Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Selain menjadi pengusaha kopi, Widyapratama Tanara juga punya seabrek kesibukan lain. Di sela rutinitas berbisnisnya, ia juga menjadi dosen di tiga perguruan tinggi. Dia pun aktif di sebuah yayasan sosial yang menampung anak-anak cacat.
Di samping menjadi pengusaha kopi yang sukses membesarkan merek Kopi Aroma, Widyapratama juga tercatat sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Di kampus ini, ia mengampu mata kuliah Manajemen Operasi dan Kewirausahaan.
Di almamaternya itu, Widyapratama sudah mengajar sejak tahun 1979. Selain Unpad, ia juga menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha dan Universitas Widyatama, Bandung. Baginya, menjadi dosen adalah sebuah panggilan hidup sekaligus refreshing dari rutinitas di perusahaan kopinya.
Sebagai dosen, dia sangat mengagumi almarhum Prof Rochmat Sumitro, Guru Besar Fakultas Ekonomi Unpad. "Beliau panutan saya," ungkapnya.
Hubungan keluarga Widypratama dengan Prof. Rochmat memang sudah terjalin sejak ia kecil. Prof. Rochmat adalah sahabat karib ayahnya, Tan Houw Sian. Sejak kecil, Prof Rochmat yang mengurus pendidikan Widyapratama. Mulai dari mendaftar sekolah sampai dengan membimbingnya banyak mata pelajaran dan menghargai dunia pendidikan.
Maklum, kedua orang tuanya tidak sekolah dan hanya meninggalkan pengetahuan soal bisnis pengelolaan kopi. Tapi, dalam membesarkan usaha warisan orang tuanya, Widyapratama mengaku banyak menerapkan ilmu yang dia dapatkan dari bangku kuliah.
Terutama dalam mengambil keputusan terkait manajemen perusahaan. Karena itu, "Seorang pengusaha harus dilengkapi pendidikan formal yang memadai," katanya.
Namun, pengalamannya menjadi pengusaha juga membantu memudahkannya dalam mengajar. Kepada para mahasiswanya, ia tidak hanya bicara seputar teori. Tapi juga, bagaimana mempraktikkan teori tersebut.
Ia ingin, mahasiswanya kelak juga menjadi seorang pengusaha yang tidak hanya mengejar untung dan mengabaikan kualitas. Makanya, dalam setiap kuliahnya, Widyapratama selalu menyelipkan pesan moral untuk selalu bersikap jujur dan ulet. Soalnya, "Prinsip utama seorang pengusaha harus jujur dan ulet," tegasnya.
Sebagai pengusaha sekaligus dosen, Widyapratama harus pintar-pintar membagi waktu. Aktivitas di pabrik, misalnya, dia dibatasi mulai dari pukul empat subuh hingga satu siang. Selepas itu, ia mengajar di kampus.
Selain mengajar, dia juga terlibat aktif mengurus anak-anak cacat di Yayasan Bhakti Mitra Utama yang bermarkas di Bandung. "Saya biasanya selalu datang setiap saat untuk meninjau yayasan ini," jelas Widyapratama.
Keterlibatannya di yayasan ini berangkat dari sikap peduli pada orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Makanya, Widyapratama menganut prinsip, bahwa di dunia ini yang ia kejar bukan hanya materi semata. "Saya ingin hidup selalu berguna bagi orang lain," terangnya.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News