kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Workmate meraih pendanaan Seri A senilai Rp 73 miliar


Kamis, 14 November 2019 / 12:35 WIB
Workmate meraih pendanaan Seri A senilai Rp 73 miliar
Co-Founder & CEO Workmate Mathew Ward


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Platform tenaga kerja end-to-end, Workmate menutup putaran pendanaan Seri A dengan meraih US$ 5,2 juta atau setara Rp 73 miliar. Investasi ini dipimpin oleh Atlas Ventures dengan partisipasi oleh Gobi Partners dan Beacon Venture Capital (Kasikorn Bank), serta investor-investor pada ronde sebelumnya.

Dana dari investor akan digunakan untuk meningkatkan investasi dalam penjualan, memperbesar tim teknologi, dan memperluas bisnis ke kota-kota baru. Dengan pendanaan ini, Workmate yang dulu bernama Helpster telah mengumpulkan total dana sebesar Rp 140 miliar sejak diluncurkan pada tahun 2016. Perusahaan rintisan ini memiliki misi utama untuk memfasilitasi sektor tenaga kerja informal dengan skala tinggi di Asia Tenggara.

Di Asia Tenggara, sektor tenaga kerja informal menyumbang lebih dari 50% dari total tenaga kerja, dengan upah senilai Rp 2.800 triliun dibayarkan kepada pekerja informal setiap tahun. Pada tahun 2025, pasar rekrutmen tenaga kerja informal di wilayah ini diprediksi akan meningkat dua kali lipat.

Baca Juga: NextICorn 2019 kembali digelar, fintech masih menjadi primadona

Namun, di balik potensi besar ini, metode pencarian tenaga kerja di Asia Tenggara masih berkutat pada cara tradisional, sosialisasi mulut ke mulut. Oleh karena itu, masih terdapat hambatan untuk mendapatkan pekerjaan yang konsisten dan dapat dipercaya.

CEO dan Co-founder Workmate, Mathew Ward memiliki misi untuk mengubah sektor pencarian tenaga kerja informal. Mathew, bersama dengan para co-founder, telah memiliki rekam jejak yang sukses dalam membangun startup teknologi di Asia Tenggara. Beberapa diantaranya adalah Admax Network, Ardent Capital, Ensogo, dan aCommerce.

“Ketika agen tenaga kerja masih melakukan cara manual, kami telah membangun sistem otomatis. Perusahaan bisa langsung menghubungi calon karyawan, tanpa harus melalui jasa agen yang biasa menetapkan tarif perantara hingga 30%. Kami telah mengimplementasikan metode modern ini secara luas,” jelas Mathew dalam keterangan resmi, Rabu (15/11).

Menurut dia, model bisnis perekrutan sekarang masih sangat manual dan sangat sedikit tersentuh teknologi. Jika dilihat, model bisnis ini belum berubah banyak selama 40 tahun terakhir.

Karena itu, sektor tenaga kerja informal ini punya potensi besar untuk mendapatkan disrupsi. Model bisnis yang ditawarkan oleh Workmate juga sedang berkembang pesat di pasar internasional.

Baca Juga: Alami Fintek sepakati fundraising syariah empat modal ventura dari Asia Tenggara

Bagi perusahaan, pencarian tenaga kerja yang berkualitas dan dapat diandalkan sangat memakan waktu, terutama karena kurangnya data dan informasi publik yang tersedia tentang para pekerjanya. Di sisi lain, pekerja informal juga kesulitan mencari lowongan pekerjaan.

Mereka terkadang bisa menganggur hingga beberapa minggu karena tidak menemukan lowongan yang tepat. Hal ini bisa menyusahkan pekerja dalam mendapatkan penghasilan yang cukup.

Melihat kesulitan dari kedua belah sisi, Workmate hadir untuk menawarkan solusinya. Semua pekerja di Workmate telah disaring terlebih dahulu, untuk memastikan hanya pekerja berkualitas yang tersedia di platform. Kemudian, perusahaan bisa melakukan pencarian staf melalui platform, dan Workmate akan langsung mencocokkan perusahaan dengan pekerja di lokasi terdekat yang memenuhi syarat dan ketentuan.

Pihak perusahaan dapat mengakses pengalaman, rating, dan riwayat kinerja masing-masing pekerja, sebelum memilih pekerja mana yang diinginkan. Platform Workmate juga mengelola kontrak kerja, manajemen kehadiran, time sheet, dan proses pembayaran pekerja, sehingga memberikan solusi end-to-end terbaik.

Bagi para pekerja, setelah lulus dari proses penyaringan awal, mereka akan mendapatkan penawaran pekerjaan setiap hari melalui aplikasi Workmate. Lowongan pekerjaan ini telah dikurasi dan disesuaikan dengan kemampuan mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi mencari pekerjaan, melainkan pekerjaan yang mencari mereka.

Baca Juga: Ratusan miliar dana investor mengalir deras ke startup kopi

Workmate juga menyediakan perlindungan pekerja dari penipuan upah, memberikan jaminan sosial, dan ke depan akan menawarkan asuransi dan akses dukungan keuangan. Fasilitas ini bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja melainkan juga membuat sektor kerja informal menjadi pilihan mata pencaharian yang jauh lebih menarik bagi masyarakat luas.

Workmate berkantor pusat di Singapura, dengan kantor cabang di Bangkok, Jakarta, Bali, dan memiliki rencana untuk berekspansi lebih lanjut pada tahun 2020. Beberapa pelanggan awal dari platform ini mencakup aCommerce, Flash Express, JD Central, Taco Bell, Lazada dan Chilindo di Thailand.

Di Indonesia, Workmate telah mendukung Ismaya Group, Grab, NinjaVan, Kopi Kenangan, dan STOQO. Pada tahun 2018, platform ini juga mengirimkan lebih dari 1.000 pekerja ke Asian Games yang diadakan di Jakarta dan Palembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×