kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asyik mengalunkan laba dari usaha sekolah musik


Jumat, 17 September 2010 / 10:47 WIB
Asyik mengalunkan laba dari usaha sekolah musik


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Tri Adi

Sekolah musik tak pernah sepi peminat. Siswa datang mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Alhasil, bisnis sekolah musik pun kian menjanjikan. Ingar bingar industri musik turut mendorong tingginya animo masyarakat terhadap musik.

Industri musik di Tanah Air tengah menggeliat kencang. Bagai jamur di musim penghujan, banyak penyanyi dan grup band baru dengan kualitas luar biasa maupun ala kadarnya bermunculan meramaikan persaingan. Banyak orang yang memang ingin terjun profesional di bidang musik, tapi tak sedikit pula yang sekadar menyalurkan hobi.

Geliat industri musik itu ternyata mendatangkan rezeki pula bagi pemilik sekolah musik, karena semakin banyak orang yang ingin mahir bermain musik. Sekolah musik pun menjadi pilihan untuk mengasah bakat bermain musik.

Karena itu, bisnis sekolah musik terbilang menjanjikan. Maklum, peminatnya bukan hanya anak-anak dan remaja saja, banyak pula orangtua yang berminat belajar musik.

Nah, kalau mau, Anda bisa memanfaatkan peluang ini dengan mendirikan sekolah musik. Cukup banyak pengusaha yang terbilang sukses menjalani bisnis ini. Salah satunya Ruwiyono Hadi, pemilik sekolah musik bernama Jaguar Music (JM) Music School di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. “Peluang bisnis ini masih cukup besar,” ujar Hadi. Berdiri sejak 2006, kini JM Music School mampu meraup penghasilan sekitar Rp 74 juta per bulan. Adapun jumlah siswanya kini mencapai 500 orang lebih.

Ruwiyono memulai usaha ini dengan modal awal sekitar Rp 355 juta. Dalam waktu tidak lebih dari dua tahun usahanya sudah bisa break even point (BEP) alias balik modal.

Musisi Gilang Ramadhan, pemilik Gilang Ramadhan Studio Drummer (GRSD) di Jakarta, juga menikmati nyaringnya laba dari sekolah musik. Berkecimpung di bisnis sekolah musik sejak 2006, kini usahanya sudah berkembang pesat. Tercatat GSRD memiliki 14 cabang yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Setiap cabang bisa menghasilkan laba bersih lebih dari Rp 22 juta per bulan.

Kendati memiliki prospek cerah, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan bila tertarik menjajal usaha ini.


Memilih pasar

Sebelum memulai bisnis sekolah musik, ada baiknya Anda mengidentifikasi segmen pasar yang hendak dituju. Soal ini penting karena segmen pasar turut menentukan tingkat kesuksesan usaha Anda.

Gilang Ramadhan menuturkan, pasar bisnis sekolah musik membentuk sebuah piramida. Lapisan paling atas memiliki jumlah konsumen paling sedikit. Mereka adalah orang-orang yang belajar musik karena ingin menjadi musisi profesional.

Lapisan kedua ditempati oleh orang-orang yang memiliki hobi di bidang musik. Lapis paling bawah diisi anak-anak yang belajar musik karena ingin meningkatkan intelligence quotient (IQ) dan melatih saraf motorik. “Paling banyak di sini,” ujar Gilang.

Ruwiyono mengamini, konsumen paling banyak adalah anak-anak. Ia sendiri membidik segmen anak-anak mulai dari usia empat tahun. Saat ini, seluruh siswa di JM Music School adalah anak-anak. “Banyak orangtua menyadari pentingnya pelajaran musik untuk mendukung prestasi di sekolah,” kata Ruwiyono.

Meski membidik anak di bawah usia sekolah, Ruwiyono mengaku tidak kesulitan mengajari mereka. Soalnya, belajar musik bisa dibantu dengan gambar sehingga tidak harus bisa membaca.

Meski segmen pasar paling banyak adalah anak-anak, sebaiknya Anda tetap memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk belajar. Ruwiyono, misalnya, menyiapkan kelas khusus bagi anak-anak autis atau anak hiperaktif.

Lantaran banyak membidik pasar anak-anak, lokasi sekolah musik harus di tempat strategis. Menurut Ruwiyono, lokasi sebaiknya dekat dengan sekolah atau perumahan. Hal itu untuk memudahkan orangtua yang melakukan antarjemput anak.


Investasi peralatan

Untuk menyelenggarakan sekolah musik, Anda tentu harus bersiap merogoh kocek dalam-dalam untuk investasi peralatan musik. Alat musik yang Anda beli harus disesuaikan dengan jenis atau bidang musik yang akan diajarkan ke siswa.

Semakin komplet tentu semakin bagus. Umumnya, sekolah musik juga melengkapi peralatan alat musik standar untuk sebuah band.

Sebagai gambaran, untuk membeli peralatan musik Anda harus merogoh biaya sekitar Rp 175 juta. Dengan uang sebesar itu, Anda sudah bisa membeli beberapa peralatan kursus musik, seperti piano, drum, keyboard, biola, gitar listrik, gitar akustik, saksofon, plus satu set peralatan band lengkap untuk pentas.

Hanya, biaya sebesar itu belum termasuk sewa gedung sekolah, peredam ruangan, air conditioner (AC), dan perizinan. Untuk gedung sekolah, Anda bisa menyewa sebuah ruko berukuran tiga lantai. “Sediakan juga lahan untuk kafe tempat orangtua menunggu anaknya yang tengah belajar di kelas,” kata Ruwiyono.


Kurikulum

Sekolah musik juga harus memiliki kurikulum yang jelas. Dengan kurikulum yang baik, proses belajar siswa akan menjadi lebih mudah. Selain itu, kurikulum juga berguna sebagai pedoman guru dalam mengajar. “Sebelum sekolah musik berdiri, kurikulum harus sudah dibuat,” kata Ruwiyono.

Gilang Ramadhan juga menilai bagus tidaknya sebuah sekolah musik dapat dilihat dari kurikulum yang diberikan. Sebagai contoh, GRSD merancang kurikulum untuk program profesional dengan sistem kredit per kuartal. Untuk sampai ujian akhir, setiap siswa harus menempuh pendidikan selama enam kuartal atau tiga tahun.

Tapi, kurikulum yang bagus akan sia-sia jika tak dilengkapi tenaga pengajar profesional. Tenaga profesional ini harus menguasai materi dan alat musik yang diajarkan kepada para siswa. “Tenaga pengajar ini memegang peranan penting, mereka menentukan mutu pendidikan di sekolah,” ujar Gilang.


Strategi pemasaran

Agar sekolah musik dapat berkembang maksimal, metode pemasaran juga harus Anda perhatikan. Selama ini, Ruwiyono dan Gilang Ramadhan punya kiat tersendiri dalam memasarkan sekolah musiknya.

Ruwiyono memilih menggandeng musisi terkenal Jimmie Manopo dalam mengembangkan usahanya. “Saya hanya meminjam nama dengan kontrak kerja sama selama tiga tahun,” kata Ruwiyono.

Sejak pertama berdiri tahun 2006 hingga 2009, Ruwiyono menggunakan label Jimmie Manopo (JM) Music School. Dengan menggunakan nama musisi terkenal itu, perkembangan sekolah musiknya sangat cepat. Setelah kontrak kerjasama habis, Ruwiyono berani memutuskan untuk membangun bisnisnya sendiri dengan nama Jaguar Music (JM) Music School.

Untuk melebarkan sayap usahanya, kini JM Music School juga menawarkan kerja sama waralaba. “Sekarang sudah ada dua cabang dengan jumlah siswa sekitar 500 orang,” katanya.

Berbeda dengan Ruwiyono, nama Gilang Ramadhan sudah tersohor di dunia musik. Tidak heran dalam jangka waktu tiga tahun, GRSD sudah berbiak menjadi 14 cabang di berbagai kota besar. Toh, promosi langsung juga tetap dibutuhkan untuk mengenalkan sekolah musik Anda. Caranya bisa beriklan di media, menyebar brosur, atau memasang spanduk.

Promosi juga bisa dilakukan secara tidak langsung dengan mengikutsertakan para siswa dalam acara-acara musik yang biasa digelar di pusat perbelanjaan atau tempat pertunjukan lain. “Siswa juga diajak untuk bisa bermain dengan para musisi terkenal,” kata Gilang.

Dengan tampil dalam ajang-ajang musik, menurut Gilang, mental siswa untuk tampil di depan publik akan terlatih. Jika penampilan siswanya bagus, secara tidak langsung ikut mempromosikan nama sekolah musik.

Sebelumnya, GRSD juga sempat menawarkan waralaba. Tapi, mulai tahun ini, Gilang menghentikan tawaran itu. “Saya lebih senang membuka cabang sendiri,” ujar Gilang.

Ayo uji peruntungan Anda!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×