kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bermula dari hobi otak-atik alat elektronik, Sehat menjadi pencipta cip


Jumat, 08 Juli 2011 / 16:15 WIB
Bermula dari hobi otak-atik alat elektronik, Sehat menjadi pencipta cip
Pedagang produk plastik menata barang dagangannya di pasar Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (11/7). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Feri Kristianto | Editor: Tri Adi

Tak sia-sia Sehat Sutardja menimba ilmu elektronika di Amerika Serikat. Ia berhasil menciptakan cip (chip) yang kemudian membuat Marvell Technology Group Ltd berkibar sebagai salah satu produsen semikonduktor terbesar di muka bumi.

Siapa sangka dalam jeroan ponsel atau laptop yang kita pakai sekarang ini terselip satu atau dua bagian bikinan orang Indonesia. Produknya tidak main-main, lo: chip, salah satu item penting dalam dunia teknologi informasi dan telekomunikasi.

Penciptanya adalah Sehat Sutardja. Pria kelahiran Jakarta, 50 tahun lalu, ini adalah pendiri Marvell Technology Group Ltd. Produsen semikonduktor terbesar ketiga di dunia.

Perusahaan berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat, ini mampu memproduksi 3,5 miliar cip per tahun. Hasilnya, Marvell Technology mencetak pendapatan sebanyak US$ 3,6 miliar dengan laba bersih sebesar US$ 904 juta pada 2010. Pencapaian yang menakjubkan ini langsung menempatkan Sehat menjadi salah satu orang tertajir di Negeri Uwak Sam, dengan kekayaan sekitar US$ 1 miliar atau Rp 8,6 triliun.

Padahal, dalam benak Sehat, tidak pernah terpikir sedikit pun hobi mengutak-atik peralatan elektronik yang ia gemari sejak kecil bisa berbuah menjadi bisnis raksasa. Bersama sang adik, Pantas Sutardja, dan istri, Meili Dai, Sehat lalu membangun Marvell Technology.

Ketertarikan Sehat di bidang elektronik bermula tatkala ia melihat Pantas piawai mengutak-atik aneka produk elektronik. Akhirnya, Sehat jadi tergila-gila pada hobi elektronik sejak duduk di bangku SMP Kolose Kanisius, Jakarta.

Dalam hatinya, ia sudah ‘klik’ dengan dunia elektronik dan bakal menimba karier di sini. Namun, niat Sehat berkiprah di jalur ini tidak berjalan mulus. Kedua orang tuanya menentang habis-habisan keinginan Sehat itu. Maklum, banyak saudara dan sepupu Sehat yang mengambil ilmu kedokteran karena dianggap punya masa depan ketimbang elektronik. “Orang tua bilang, masak mau jadi tukang reparasi radio? Lebih baik jadi dokter,” kenang Sehat.

Sehat tak pantang menyerah. Dengan niat yang bulat, ia meminta izin orangtuanya untuk menimba ilmu di Amerika Serikat. Ia percaya di negara inilah gudang ilmu bidang teknologi, termasuk elektronik.

Pada 1980, di usia 19 tahun, ia masuk Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika Iowa State University. Inilah awal Sehat memperdalam ilmu elektronik, termasuk komputer.

Saat kuliah, tidak ada kata leyeh-leyeh dalam kamus hidupnya. Semua waktu ia manfaatkan dengan semaksimal mungkin. Rata-rata dalam satu semester dia langsung mengambil 23 hingga 24 mata kuliah.

Dasar otak encer, Sehat berhasil menggondol gelar sarjana dalam tempo tiga tahun, dengan indeks prestasi kumulatif yang tergolong dahsyat: 3,96.

Nafsu memperdalam ilmu elektronik tidak surut. Sehat mampu menyabet gelar master dan doktor sekaligus dari University of California, Berkeley, dengan spesifikasi rekayasa elektronik dan komputer.

Dengan gelar yang komplet, Sehat bisa melenggang mulus memasuki dunia kerja di bidang teknologi informasi. Tapi, sebagai karyawan, ide dan gagasannya kerap tidak sejalan dengan pimpinan perusahaan.


Berjalan tahun ketiga

Maka, setelah tujuh tahun bekerja, Sehat mundur dan ingin mendirikan usaha sendiri. Keputusan ini mendapat dukungan dari sang adik dan istri. Dengan tekad bulat, ketiga orang ini pun mendirikan Marvell Technology tahun 1995 dengan modal US$ 350. Modal itu sebagian mereka peroleh dari saudara dan teman.

Di tahun-tahun awal, usaha Sehat berjalan amat berat. Untuk menciptakan satu cip saja, dia butuh waktu berbulan-bulan. Setelah cip perdana kelar, bukan berarti pekerjaan selesai. Justru tugas yang tak kalah pelik adalah memasarkan produk ini. Sebab, kala itu, nama Marvell Technology belum terkenal. Alhasil, kinerja di tahun pertama dan kedua anjlok. “Kami sempat bekerja di tempat lain untuk mendapat uang tambah-an,” timpal Sehat pilu.

Setitik harapan muncul di tahun ketiga. Nexstore, salah satu perusahaan teknologi informasi ternama di Amerika, menerima tawaran cip Marvell.

Sayang, baru dua bulan berjalan, Nexstore menghentikan pemesanan cip Marvell Technology. Manajemen Nexstore yang baru menilai nama Marvell masih kacangan. “Saya kecewa berat saat itu,” kata Sehat. Imbasnya, dua minggu lebih Marvell tidak berproduksi.

Untungnya, ada pesanan datang dari Seagate, produsen hard drive dan storage. Marvell Technology mulai memproduksi semikonduktor lagi. Hingga, berlanjut, cip buatan Marvell tercangkok di Cisco Switch, BlackBerry 3G, Apple iPod, dan Xbox 360. Lalu, tertanam pula di produk-produk milik Panasonic, Huawei, Toshiba, Fujitsu, SonyEricsson, HP, Samsung, serta Hitachi.

Sekarang, Sehat bisa menghidupi 5.700 karyawan yang tersebar di Amerika Serikat, Singapura, China, Jepang, Swiss, Spanyol, dan Jerman. Ke depan, Sehat berencana merancang cip yang lebih andal dan murah. Serta, membuka perwakilan Marvell di Indonesia. “Tunggu saja,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×