kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis patung manekin makin menjanjikan


Jumat, 19 November 2010 / 15:37 WIB
Bisnis patung manekin makin menjanjikan
ILUSTRASI. Cover Foto-Foto Negara Dengan Pajak Penghasilan Tertinggi di Dunia


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Perkembangan industri fesyen ikut mendongkrak permintaan patung manekin. Pesanan terus berdatangan seiring makin menjamurnya toko baju, butik dan galeri fesyen, baik di Indonesia atau di luar negeri. Bisnis patung manekin pun makin menjanjikan. Per bulan, seorang pengusaha patung manekin bisa mendapatkan omzet hingga Rp 30 juta.

Bisnis patung manekin memang belum terlalu tersohor. Bahkan, di pasar, persaingan penjual serta produsen patung manekin masih terasa longgar.

Peluang inilah yang ditangkap perajin patung manekin di Bekasi, Neni Sriwahyuni. Perempuan yang berumur 32 tahun itu memulai usaha membuat patung manekin di tahun 2004. "Waktu itu, belum banyak orang membuat patung manekin," ujarnya.

Padahal, permintaan patung manekin saat itu cukup tinggi, terutama untuk pasar lokal. "Permintaan patung manekin banyak datang dari Jawa, Bali, dan Kalimantan," kata dia.

Kini, Neni pun tak hanya memenuhi permintaan lokal. Belakangan, ia kebanjiran pesanan dari luar negeri. "Dibandingkan lokal, justru banyak pesanan dari luar negeri, seperti Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia," tutur Neni. Pasar dari mancanegara ini lebih banyak memesan patung manekin dari fiber.

Setiap bulan, Neni menjual minimal 20 patung manekin. Ia menyediakan beragam patung manekin jenis pria, wanita, dan anak-anak dengan pelbagai ukuran.

Patung manekin anak dibanderol mulai Rp 1,5 juta. Lalu, patung-patung manekin orang dewasa dipatok dengan kisaran harga Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

Harga yang cukup mahal, menurut Neni, lantaran ia mengincar pasar ekspor. "Di pasar internasional, kami lebih mengutamakan kualitas, jadi bahan bakunya harus bagus," ujarnya.

Oleh karena itulah, Neni juga lebih mengutamakan penjualan ekspor ketimbang dalam negeri. "Kalau di pasar lokal, kami sudah kalah dengan produk lainnya, karena banyak manekin berharga murah," kata Neni.

Hampir 60% produk patung manekinnya diekspor. Sementara, di pasar lokal, ia banyak memasok pabrik garmen yang seringkali memesan lima hingga sepuluh patung.

Berbeda dengan Neni yang lebih fokus menggarap pasar ekspor, Rahmanto justru memilih pasar lokal untuk menjual patung manekinnya. "Saya sudah mengirim patung manekin ini hampir ke seluruh wilayah Indonesia, kecuali Aceh," ujarnya.

Rahmanto yang baru enam bulan menekuni usaha pembuatan patung manekin banyak memperoleh pesanan dari Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan Timur. "Pemesanan ke kota-kota itu selalu dalam partai besar," ujar Rahmanto yang memiliki workshop di Probolinggo.

Di bengkel produksi itu, ia dibantu perajin setempat untuk memproduksi 5 sampai 10 patung setiap harinya.

Di pasar lokal, Rahmanto membidik segmen menengah. Itu sebabnya, harga patung manekinnya relatif lebih miring dari buatan Neni.

Harga manekin kepala anak dijual mulai Rp 27.000. Dan, manekin kepala orang dewasa dilego dari harga
Rp 32.000. Untuk patung setengah badan, ia membanderol harga Rp 40.000 hingga Rp 100.000. Adapun, harga patung manekin seluruh badan berkisar Rp 450.000 hingga Rp 550.000.

Rahmanto bilang, patung manekin yang terbuat dari plastik lebih banyak dipesan ketimbang yang berbahan fiber. Pasalnya, selain harganya lebih murah, model patung manekin plastik juga lebih bagus. Maklum, bahan plastik ini lebih mudah dibentuk dan tak mudah retak. Selain itu, patung setengah badan perempuan dengan kepala paling banyak dipesan untuk di-setting memakai baju dan kerudung.

Omzet yang diperoleh dari penjualan patung manekin lumayan besar. Neni mengungkapkan, dalam satu bulan ia mampu meraup omzet mulai Rp 20 juta hingga Rp 30 juta dengan menjual 20 hingga 25 manekin.
Soal omzet, meski bisa memproduksi lebih banyak, Rahmanto mengaku baru mendapat Rp 10 juta setiap bulannya. Maklum, manekinnya terbilang murah.

Untuk mengembangkan usahanya, Neni tidak terlalu banyak melakukan inovasi pada hasil patungnya. Soalnya, ia hanya membuat patung manekin berdasarkan pesanan para pelanggan.

Neni pun membuat situs di internet untuk merambah pasar yang lebih luas. Ia mempromosikan patung manekinnya dalam situs www.endo_fiberglass.com.

Melihat hasil penjualannya saat ini, Neni pun cukup puas. Makanya, ia tak mempunyai target yang muluk-muluk dalam mengembangkan pasarnya.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan Rahmanto yang ingin terus mengembangkan pasarnya. Sekadar info saja, Rahmanto membuka usaha ini dengan modal minim. Ia juga tak mau mengandalkan pinjaman bank atau kredit usaha rakyat (KUR) yang tengah digalakkan pemerintah. "Kalau ke bank terbentur bunga tinggi. Lagipula, saat ini, kami masih bisa menutup biaya produksi dan distribusi," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×