kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harum teh tak selalu semerbak


Senin, 12 September 2011 / 14:16 WIB
Harum teh tak selalu semerbak
ILUSTRASI. Obligasi


Reporter: Handoyo, Dea Chadiza Syafina, Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi

Wangi minuman teh tak akan lekang oleh perubahan zaman. Keyakinan akan terus tumbuhnya pasar minuman teh, membuat berbagai tawaran kemitraan minuman ini terus berkembang.

Dengan biaya investasi yang relatif murah, beberapa tawaran kemitraan minuman teh seperti Quick Tea dan Mr Tea mengalami peningkatan jumlah mitra. Namun, ada juga usaha serupa, seperti Berkatea yang terpaksa minum pil pahit karena tak bisa mempertahankan usaha.


• Quick Tea

Quick Tea yang berkantor pusat di Depok, Jawa Barat ini mengklaim, kualitas teh yang disajikannya berbeda dan lebih segar karena berasal dari pucuk daun teh alami. Dengan menyajikan inovasi rasa dan investasi yang ringan, menjadikan gerai minuman Quick Tea laris manis.

Saat KONTAN mengulas kemitraan Quick Tea pada Maret 2011, jumlah mitra yang bergabung baru sebanyak 20 mitra. Kini setelah lima bulan berlalu, jumlah mitra yang bergabung meningkat menjadi 40 mitra.

Mitra-mitra Quick Tea tersebar di Jabodetabek, Bandung, Jambi, dan Kalimantan. "Ada peningkatan mitra tetapi tidak terlalu signifikan," kata Kurniawan Lutfi, pemilik Quick Tea, merendah.

Lutfi menambahkan, pihaknya saat ini fokus menggarap mitra di luar Jakarta. Ia melihat usaha penjualan minuman teh di Jakarta sudah terlalu sesak. Karena itu, dia mencoba mencari celah usaha di daerah. Fokus ke daerah juga untuk memenuhi harapan Lutfie yang ingin "berjualan" teh hingga ke pelosok Tanah Air.

Kemitraan Quick Tea mulai ditawarkan pada Maret 2010. Menurut Lutfi, tawaran kemitraannya masih diminati masyarakat karena tetap konsisten, termasuk masalah biaya investasi. Sampai saat ini, Lutfi masih mempertahankan nilai investasi di harga Rp 4,5 juta tanpa sewa tempat. "Dari dulu sampai sekarang nilai investasinya sama," ujar Lutfi.

Nilai investasi itu dipakai untuk biaya kemitraan termasuk membeli perlengkapan pendukung usaha, seperti satu unit booth, gelas plastik dan sedotan, mesin pembuat teh, serta bahan baku untuk 100 gelas. Dengan mengusung konsep kemitraan, tidak ada kewajiban pembayaran royalty fee.

Mitra pun hanya dianjurkan untuk membeli bahan baku dari pusat untuk menjaga kualitas rasa. Menurut Lutfi, pembelian bahan baku dari pusat sifatnya fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan mitra. Mitra yang berlokasi di tempat yang jauh dari pusat, atau berada di luar Pulau Jawa bisa membeli bahan baku terdekat. Namun, bahan baku yang dibeli tetap dengan merek tertentu yang ditentukan oleh pusat.

Setelah beroperasi, mitra bisa menjual minuman teh dengan harga bervariasi. Untuk teh original harganya Rp 3.000 per gelas, sedangkan untuk teh dengan campuran rasa harganya Rp 4.000 per gelas.

Quick Tea memang menawarkan berbagai pilihan rasa, mulai teh melati, teh susu, teh stroberi, dan teh mangga. "Rasa inilah yang menjadi andalan kami," tambahnya. Ke depan, menurut Lutfi, Quick Tea akan mengembangkan varian menu tidak sebatas teh tapi juga kopi.

Dengan target penjualan sebanyak 70 gelas per hari, diperkirakan mitra akan meraih omzet rata-rata Rp 210.000 tiap hari atau Rp 6,3 juta per bulan. Jika target itu tercapai, maka balik modal mitra diperkirakan tiga bulan beroperasi. Asumsi balik modal akan lebih cepat jika penjualan semakin banyak.

Target balik modal yang cepat dikarenakan dari harga Rp 3.000 per gelas, mitra bisa mengantongi margin keuntungan sebesar Rp 2.000 per gelas.


• Mr Tea

Mulai berdiri tahun 2000, Mr Tea menawarkan kemitraannya pada 2009. Andopi Kartika, pemilik Mr Tea mengatakan, jumlah mitra yang bergabung dengan Mr Tea peningkatan pesat dalam waktu lima bulan terakhir.

KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan Mr Tea pada Maret 2011 lalu. Saat itu jumlah mitra yang telah bergabung sebanyak 700 mitra. Nah, dalam kurun lima bulan ini, jumlah mitra Mr Tea telah mencapai 850 mitra.

Seperti halnya Quick Tea, ringannya biaya investasi juga membuat tawaran kemitraan Mr Tea laris manis. Dengan investasi sebsar Rp 5 juta, calon mitra bisa langsung menjalankan usaha. Nilai investasi sebesar itu dipergunakan untuk membayar kemitraan, membeli mesin pembuat teh, bahan baku, dan perlengkapan seperti gelas, sedotan, dan tutup gelas.

Agar bisa bertahan, Mr Tea yang berpusat di Jakarta ini mengambil strategi promosi dengan menampilkan warna-warna mencolok. Jika biasanya minuman teh identik dengan warna merah atau hijau, Mr Tea mengusung warna pink atau merah jambu pekat pada gerainya. "Ini untuk memikat konsumen," kata Ando.

Ando menambahkan, dengan mengusung warna pink, gerai Mr Tea akan terlihat feminin. Harapan Ando, dengan warna itu pembeli akan datang, meski pelanggan Mr Tea bukan hanya perempuan.

Selain warna gerai, Ando juga berusaha memberikan variasi menu minuman yang lebih banyak. Saat ini Mr Tea menyediakan 15 varian minuman teh, kopi dan bubble. Menu-menu itu disajikan untuk membuat konsumen tidak merasa bosan dengan minuman teh yang sama.

Kebersihan usaha juga menjadi fokus Mr Tea. Karena itu Ando mensyaratkan pemilihan lokasi usaha di tempat yang bersih. Adapun untuk mempertahankan kualitas rasa, mitra diwajibkan untuk membeli bahan baku dari pusat. "Kalau mau menambah menu yang lain boleh, asal dikoordinasikan terlebih dahulu dengan kami," terang Ando.

Dengan harga minuman yang terjangkau antara Rp 2.500 sampai Rp 3.000 per gelas, tiap hari ditargetkan sekitar 100 gelas bisa terjual. Dengan target penjualan sebesar itu, maka Aldo menghitung balik modal akan terjadi dalam jangka waktu kurang dari enam bulan.


•Berkatea

Jika Quick Tea dan Mr Tea masih bisa berkembang dengan terus menambah jumlah mitra, Berkatea bernasib sebaliknya. Tawaran kemitraan minuman teh asal Tangerang ini harus gulung tikar. Sajian teh rasa aneka buah, seperti leci, lemon, dan stroberi yang ditawarkan Berkatea ternyata tak mampu mendongkrak penjualan dan penambahan mitra.

Mulai dirintis akhir tahun 2009 oleh Hamdan Rintawibawa, Berkatea hanya bertahan selama satu tahun. Walaupun telah menjaring lima mitra di Jakarta, Kalimantan, Surabaya, dan Bekasi, namun usaha ini tak berhasil.

Ahmad Noval, Marketing Berkatea mengatakan kelangsungan usaha minuman teh ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Ia bahkan mengatakan, dalam perjalanannya, Berkatea juga tersandung kasus hukum. "Usaha ini sudah resmi ditutup akhir tahun 2010 lalu," katanya singkat.

Dengan sajian minuman rasa buah, dahulu Berkatea menawarkan tiga paket investasi. Paket pertama adalah paket hemat dengan investasi Rp 4,75 juta. Kedua adalah paket ekstra Rp 6,5 juta, dan, ketiga paket Berkatea Coffee dengan investasi sebesar Rp 7,5 juta.

Selain untuk membayar biaya kemitraan, dengan nilai investasi itu, mitra akan mendapat tempat usaha berupa booth dan perlengkapan penjualan lengkap. Mitra juga mendapat varian teh rasa original, rasa susu, leci, lemon, dan stroberi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×