Reporter: Handoyo, Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi
Bubble drink atau minuman bergelembung, menjadi menu baru yang banyak digemari kaum muda dan anak-anak. Naiknya pamor minuman tersebut membuat tawaran bisnis minuman dingin asal Taiwan ini semakin banyak. Walau persaingan semakin ketat, tawaran bisnis minuman bubble masih menggembirakan. Perkembangan usaha yang cukup bagus dirasakan oleh Frezz Bubble, Toper The Bubble, dan Super Bubble dengan jumlah mitra yang terus bertambah.
• Frezz Bubble
Frezz Bubble mulai menawarkan kemitraannya pada 2008 atau setahun setelah berdiri. Usaha minuman ini cukup berkembang dengan jumlah gerai dan mitra yang bertambah. Saat diulas KONTAN pada Desember 2009 lalu, Frezz Bubble yang berasal dari Banten ini hanya memiliki dua cabang plus belasan gerai milik mitra.
Namun saat ini, jumlah gerai Frezz Bubble sudah berbiak 30 mitra tersebar di Padang, Nias, dan beberapa kota di Kalimantan. "Dulu kita hanya fokus di wilayah Jabodetabek, sekarang sudah seluruh Indonesia," kata Lisusanto, pemilik Frezz Bubble.
Keberhasilan Frezz Bubble ini tidak lepas dari keunggulan rasa yang disajikan. Agar lebih nikmat, ujar Lisusanto, dalam minuman bubble ditambahkan jeli konyaku atau agar-agar. Penambahan ini membuat bubble drink terasa empuk dan manis.
Karena itulah Lisusanto meminta mitra untuk membeli bahan baku minuman dari pusat. "Agar kualitas rasa terjaga," katanya. Tak hanya membuat sendiri, Lisusanto juga harus mendatangkan bahan baku dari luar negeri.
Beberapa bahan yang harus diimpor antara lain, tepung aneka rasa, mulai rasa cokelat, teh hijau, teh susu, leci, vanila, cappuccino, dan karamel. Untuk mendapatkan bahan-bahan itu, mitra harus membeli seharga Rp 60.000 - Rp 65.000 per kg. Juga sirup tersedia dalam bentuk cair dan bubuk dengan 15 rasa. Baik sirup maupun bubuk dijual dengan harga sama, antara Rp 40.000-Rp 45.000 per kg.
Walau sudah berjalan sekitar dua tahun, paket kemitraan yang ditawarkan Frezz Bubble tidak berubah. Paket pertama, tipe bazar dengan nilai investasi Rp 12,5 juta. Paket kedua, berkonsep gerai dengan investasi Rp 25 juta. Selain itu, mitra harus membayar Rp 5 juta untuk hak penggunaan nama selama lima tahun.
Dengan nilai investasi sebesar itu, mitra akan mendapatkan perlengkapan usaha, antara lain, meja konter, neon box, blender, mesin cup sealer, selang plastik, hingga seragam karyawan. Termasuk juga bahan baku, seperti powder dan 10 jenis sirop dengan berat masing-masing 1 kg. "Untuk paket Rp 25 juta, mitra akan mendapatkan bahan baku lebih banyak dan tidak perlu membayar lisensi," kata Lisusanto.
Dengan harga Rp 7.500 sampai Rp 12.000 per cup tergantung lokasi usaha, Lisusanto memperkirakan balik modal akan dicapai mitra dalam waktu enam bulan dengan asumsi bisa menjual hingga 50 cup sampai 70 cup per hari.
• Toper The Bubble
Toper The Bubble menawarkan kemitraan sejak Maret 2009. Dengan konsep kemitraan maka calon mitra tak diharuskan membayar royalti fee ataupun management fee.
Dengan tiga tawaran investasi, yaitu tipe booth seharga Rp 6 juta, tipe mahasiswa Rp 3,9 juta, dan paket 2 in 1 senilai Rp 11,5 juta atau Rp 13,5 juta, saat ini Toper sudah memiliki 120 mitra. Bahkan pemilik usaha ini mengaku setidaknya ada satu permintaan menjadi mitra tiap minggu. Namun demikian, Toper belum berhasil menembus pasar internasional.
Dibandingkan dengan saat KONTAN mengulas Februari 2011 lalu, jumlah mitra Toper jelas melonjak tinggi. Saat itu Toper hanya memiliki 80 mitra dengan menawarkan dua paket kemitraan. Mitra-mitra tersebut tersebar di Biak, Sumbawa, Bangka, Medan, serta beberapa kota di Kalimantan.
Menurut Yoyok Widiartono, pemilik Toper, keputusannya menambah paket investasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. "Kami namakan 2 in 1, karena mitra bisa menjalankan dua bisnis berbeda yakni bisnis minuman bubble dan crepes dalam satu outlet," katanya.
Berbeda dengan paket yang lain, untuk paket 2 in 1, mitra mendapatkan mesin pemanggang dan mesin penutup gelas. Adapun tipe booth dan tipe mahasiswa hanya mendapatkan peralatan, seperti gelas plus tutup, sendok, stoples, dan termos es. Selain itu, mitra juga memperoleh bahan baku sirup serta bubuk mutiara bubble untuk 250 cup.
Selain penambahan mitra, Toper juga menambah varian rasa dari 18 menjadi 85 rasa. Rasa yang ditawarkan antara lain, bubble drink cokelat, taro, cappuccino, taro coco, coffee coco, dan beraneka macam rasa buah. "Agar kualitas terjaga, mitra harus membeli bahan baku dari pusat," terang Yoyok.
Yoyok menambahkan, harga per cup atau gelas bubble drink antara Rp 4.000 sampai Rp 7.000, tergantung lokasi. Dengan menjual sekitar 100 gelas per hari, mitra Toper akan mampu meraup omzet hingga Rp 700.000 per hari. Untuk paket 2 in 1, Yoyok menjanjikan omzet per hari mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.
Jika asumsi itu tercapai maka diperkirakan modal akan kembali dalam kurun waktu enam bulan. Menurut Yoyok, untuk meningkatkan omzet mitra diperbolehkan menjual menu lain selain bubble dan crepes.
• Super Bubble
Tak hanya Toper atau Frezz Bubble saja yang menikmati penambahan mitra. Demikian juga dengan Super Bubble yang mulai usaha tahun 2008. Tak hanya dari Ibukota, mitra Super Bubble saat ini sudah tersebar hingga ke Papua, Kalimantan, dan Sulawesi. Total, Super Bubble memiliki sebanyak 100 mitra.
Menurut pemilik Super Bubble, Edri Adam, nilai investasi yang terjangkau membuat jumlah mitra terus melonjak tinggi. "Dari awal tahun sampai Juli ini, ada tambahan 30 mitra baru," ungkap Edri dengan nada gembira.
Edri menawarkan investasi Super Bubble dengan nilai investasi terendah Rp 2,95 juta dan tertinggi sebesar Rp 7,95 juta. Selain mendapatkan berbagai perlengkapan dagang nan lengkap, calon mitra juga mendapatkan bahan baku awal. "Untuk investasi Rp 7,95 juta akan mendapat sepeda untuk berjualan, perlengkapan usaha, dan bahan baku awal," terang Edri.
Karena permintaan mitra yang semakin banyak, sampai saat ini Edri belum ingin mengubah nilai investasinya. Nilai investasi yang murah itu berbanding lurus dengan asumsi omzet yang ditawarkan oleh Adam.
Adam memerinci, mitra diperkirakan mampu menjual sekitar 30 - 50 cup tiap hari. Dengan harga Rp 5.000 per cup, omzet per hari diperkirakan mencapai Rp 150.000 sampai Rp 250.000.
Dengan rendahnya nilai investasi dan tingginya omzet tersebut, menurut Edri, calon mitra lebih baik mengambil paket lebih dari satu. "Satu orang bisa memiliki dua sampai tiga paket kemitraan sekaligus," katanya.
Dengan mengambil paket kemitraan lebih dari satu, menurut Edri, akan lebih efektif memperoleh laba. Apalagi jika mitra beruntung mendapatkan tempat strategis untuk memulai usaha.
Selain memiliki rasa menyegarkan, Edri mengklaim bahwa minuman buatannya memiliki kandungan bahan alami sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan. "Tidak ada bahan kimia yang terkandung, sehingga selain mampu mengusir dahaga juga menyehatkan," klaim Edri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News