kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih ada celah di waralaba burger


Senin, 04 Oktober 2010 / 10:27 WIB
Masih ada celah di waralaba burger


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Burger sudah menjadi menu lazim di negeri ini. Berbagai gerai penjaja burger terus bermunculan, mulai dari kelas gerobak hingga restoran waralaba asing.

Meskipun persaingan usaha roti tumpuk isi daging ini kian ketat, bukan berarti tak ada lagi celah di bisnis ini. Kesan mahal harga burger sudah musnah. Apalagi sekarang banyak penjaja burger kelas gerobak yang menawarkan burger berharga murah.

Di antara sekian penjaja burger, terselip nama Quickie Eat&Tasted. Quickie menawarkan menu makanan cepat saji berupa burger dan hotdog.

Hadir sejak tahun lalu, Quickie juga menawarkan kemitraan. Kini, Quickie memiliki dua gerai sendiri dan satu gerai milik mitra.

Guz Ardi, pemilik Quickie Eat&Tasted, masih yakin bahwa kedai burger tetap diminati masyarakat. Sebab, burger telah menjelma menjadi makanan rakyat. "Tak peduli usia maupun golongan, semua menyukai burger," katanya.


Pria berumur 24 tahun ini menargetkan menu andalannya mampu merangkul semua segmen. Dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 16.000 per porsi, Ardi yakin burger dan hotdognya mampu bersaing dengan burger buatan restoran dan kedai lain.

Nah, untuk menjadi mitra Quickie, calon pemodal harus mengeluarkan investasi Rp 10 juta. Paket kerja samanya selama dua tahun.

Dengan investasi sebesar itu, mitra akan mendapatkan booth, peralatan lengkap, bahan baku awal, serta pelatihan. Selama periode kerjasama, mitra akan dibebaskan dari royalty. "Mitra diberikan keleluasaan melakukan inovasi menu namun tetap atas persetujuan pusat," kata Ardi.

Keleluasaan itu membuat mitra tidak hanya terpaku pada menu burger saja. Mitra bisa mengkombinasikannya dengan menu lain, seperti spaghetti atau rice bowl, yaitu daging burger dengan campuran nasi.

Ardi mengklaim menu yang disajikan Quickie terdiri dari 100% daging tanpa campuran MSG atau bahan kimia lainnya. "Saus dan mayones diracik sendiri, jadi aman bagi kesehatan," ujarnya. Sembari terus berpromosi, dia menjamin kesegarannya karena selalu memantau pengiriman bahan ke tangan mitra.

Ardi meyakini, mitra bisa meraup omzet Rp 15 juta per bulan dari usaha ini. Jika target omzet itu tercapai, maka kemungkinan balik modalnya maksimal empat bulan.

Argumentasinya, peta persaingan usaha burger di kota-kota besar belum terlalu besar. Sebab, hanya ada satu atau dua pemain besar di waralaba burger yang menguasai hampir 50% pasar burger.

Jadi, Ardi optimistis, sampai akhir tahun ini akan ada dua gerai baru lagi. Bahkan, dia juga berencana menawarkan paket investasi miniresto senilai Rp 55 juta, yang berjangka waktu dua tahun.

Erwin Halim, konsultan waralaba dari Proverb Consulting, menyatakan bahwa saat ini kemitraan burger masih mempunyai pangsa pasar yang cukup luas. Namun, ia mengingatkan, mudahnya orang untuk meniru usaha ini menjadi kelemahan yang perlu diwaspadai. "Mudah ditiru kompetitor sehingga sulit berkembang jika tidak memiliki nilai lebih," imbuh dia.

Paket investasi Quickie sebesar Rp 10 juta, menurut Erwin, juga terlalu mahal. Sewajarnya untuk produk burger dengan nama baru, paket investasi awalnya di kisaran Rp 5 juta - Rp 7 juta. Karenanya, dia mengimbau agar mengkaji ulang nilai paket investasi termasuk menambahkan sesuatu yang menarik bagi mitra. "Agar investasi sepadan dengan apa yang di dapat," pungkasnya.

Quickie Eat&Tasted
Jl. Bintaro Utara Blok H1 No. 19.
Jakarta Selatan
Hp: 08561600258

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×