kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melongok sentra durian Bukit Menoreh (1)


Selasa, 29 September 2015 / 10:11 WIB
Melongok sentra durian Bukit Menoreh (1)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Dikky Setiawan

Banyak orang rasanya setuju jika Yogyakarta dijadikan salah satu destinasi wisata favorit turis lokal maupun asing. Meski sebagian besar turis lebih mengenal wisata candi peninggalan sejarah serta wisata gunungnya, namun Yogyakarta juga menyimpan kuliner khas daerah. Di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo misalnya, dikenal sebagai sentra durian menoreh. Nama menoreh diambil dari nama gunung yang membentang di dekat daerah ini.

Tempatnya berada di Rest Area Kalibawang. Letaknya di pertigaan jalan utama, bercabang ke arah Sendang Sono, tepat di samping Pasar Bendo, Dusun Potronalan. Ketika KONTAN menyambangi tempat ini, terlihat pohon indukan durian menoreh kuning berdiri kekar meski tampak telah berusia tua. Pohon ini kala itu sedang disiram dan dirawat oleh salah seorang warga di desa Banjaroya.

Madun, salah satu warga di desa ini mengatakan, pohon induk durian ini merupakan varietas durian khas Banjaroya yang dijadikan mata pencaharian sebagian besar masyarakat desa di sana. Sebab ketika panen, pohon induk ini bisa menghasilkan hingga 8.000 durian. “Dari pohon induk ini buah durian hasil panen akan dijual di rest area Kalibawang ini,” ujar Madun.

Sebagian warga juga memiliki kebun sendiri untuk budidaya durian menoreh. Kurang lebih ada seratus petani yang menanam dan menjual durian menoreh dari desa ini. Salah satunya adalah Petrus Sugito. Menurut informasi Aven, anak dari Petrus, ayahnya mula membudidayakan durian menoreh sejak tahun 2005. Setelah ditetapkan oleh varietas durian unggul oleh pemerintah setempat pada 2007 silam, Sugito makin aktif membudidayakan durian ini.

Petani yang menjajakan durian menoreh di Desa Banjaroya ini lokasinya memang tidak berdekatan dan berkumpul di satu jalan. Ada yang berada di Jalan Kajoran, ada juga petani di Potronalan, dan lainnya.

Petrus bisa memanen sekitar 200 durian per bulan dengan tiga varian berbeda, yaitu menoreh jambon, menoreh gurih dan menoreh kuning. Untuk durian menoreh kuning dan menoreh gurih, harga jual mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per buah. Pembelinya selama ini datang dari berbagai kota di Jawa. "Tiap panen durian selalu habis terjual, karena kadang sudah ada pesanan sebelum durian matang," ujar Aven. Dari berjualan durian menoreh ini, ayahnya bisa meraup omzet minimal Rp 10 juta dalam sebulan.

Penjual durian menoreh lainnya adalah Ahmad Baehaqi. Dia memiliki pohon duren di pekarangan rumahnya sejak tahun 1990-an. Setelah ditetapkan menjadi buah khas desa ini, durian menoreh bisa dijadikan bisnis yang menguntungkan. Menurutnya, hasil panen tidak menentu, bisa mencapai ratusan buah tiap panen. Kadang, Ahmad juga membeli dari petani lain untuk menambah pasokan.

Ahmad menjual durian sekitar Rp 50.000 hingga Rp 75.000 per buah. Dia mengaku bisa mengantongi omzet hingga Rp 25 juta per bulan dari bisnis ini. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×