kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,13   1,49   0.16%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menangkap laba dekorasi dari pasar yang makin luas


Rabu, 26 November 2014 / 14:14 WIB
Menangkap laba dekorasi dari pasar yang makin luas
ILUSTRASI. Ilustrasi industri gula. KONTAn/Muradi/2017/09/14


Reporter: J. Ani Kristanti, Melati Amaya Dori | Editor: Tri Adi

Dekorasi merupakan unsur penting untuk memvisualisasikan suasana. Nuansa atau tema tertentu pasti akan lebih mudah terlihat apabila didukung dengan dekorasi yang pas.

Banyak faktor yang diperlukan untuk menciptakan dekorasi nan cantik. Selain ditentukan kreativitas sang dekorator, dekorasi yang indah dan unik juga membutuhkan properti atau aksesori sesuai dengan tema yang diinginkan.

Dari sinilah terbuka peluang untuk menyewakan properti dan aksesori dekorasi. Usaha ini juga makin menggiurkan lantaran kebutuhan dekorasi sudah meluas ke berbagai kegiatan. Dekorasi kini tak cuma dibutuhkan di berbagai acara-acara formal, seperti pernikahan, tapi di ajang kegiatan pemotretan, pembuatan film, video klip. “Saat ini, pasar dari properti dekorasi sudah beragam,” kata Azka Alia Yudiannisa, pemilik Azka Anggun Art.

Azka yang mewarisi usaha dari orangtuanya, membandingkan kondisi sekarang dengan era tahun 1990-an. Kala itu, penyewaan dekorasi terbatas untuk acara pernikahan dan korporasi saja. Namun kini, properti dekorasi juga disewa untuk photo booth, pembuatan film dan video klip, atau sesi pemotretan.

Jika dahulu kliennya datang dari wedding organizer, kini Azka Anggun Art banyak menerima pesanan dari sutradara film, iklan, dan video klip. Adakalanya, mahasiswa dan pelajar juga mencari dia untuk memenuhi tugas akademis.

Situasi tak jauh berbeda dialami oleh Harri Gunawan, pemilik Galeri Retro. Ia mendapat banyak pelanggan baru dari usaha penyewaan properti dan aksesori dekorasi. “Siapa sangka, kantor dan restoran juga sering menyewa lukisan ataupun perabot antik untuk pelengkap interior mereka,” ujar kolektor barang antik ini.  

Melalui website www.galeriretro.com, Harri menawarkan berbagai perlengkapan antik, seperti teko, teko arang, perlengkapan makan kuno, lukisan, hingga gramofon. Dia memilah  barang-barangnya menjadi tiga kategori. Masing-masing adalah kolonial, Indonesian heritage, dan oriental.

Untuk pernak-pernik unik, Harri mematok tarif sewa mulai Rp 50.000 per hari. Adapun ongkos menyewa sebuah lukisan mulai Rp 300.000 hingga jutaan rupiah per hari. “Tergantung dari harga lukisannya sendiri,” tambah pria yang koleksi propertinya mencapai ratusan item ini.

Sementara, Azka Anggun Art memiliki ribuan item koleksi properti antik, mulai stoples, meja kursi kayu hingga gebyok berukuran 38 meter. Koleksi barang antik terbagi menjadi tema Indonesia dan shabby chic yang bergaya barat.

Azka dan Harri sepakat usaha jasa penyewaan properti untuk dekorasi ini memiliki prospek yang bagus. Alasan mereka, semakin banyak orang yang ingin menghadirkan kesan unik di suatu kegiatan maupun acara.

Apalagi, bisnis penyewaan barang-barang ini punya keterbatasan dalam pasar yang mereka bisa jangkau. Maklumlah, banyak item properti tidak bisa dipindah dalam jarak jauh, karena mengantisipasi risiko rusak. Alhasil, peluang makin terbuka di kota-kota yang belum banyak pemainnya.

Apalagi jika melihat ramainya bisnis Azka Anggun Art. Azka bilang, bisa melayani sewa di 10 tempat perhelatan per minggu. Omzet Azka bisa mencapai

Rp 100 juta per bulan. “Untungnya berkisar 25%–30%,” kata Taufik Arman, suami Azka.


Perhatikan kualitas

Setelah melihat adanya peluang di daerah Anda, apakah  Anda tertarik merintis usaha penyewaan properti ini? Jika tak ingin langsung menanamkan modal besar, Anda bisa mulai dengan mencicil koleksi barang-barang properti ini, dari item kecil yang banyak dicari. Itu sebabnya, Anda perlu tahu apa barang yang sering disewa.

Harri juga mengumpulkan barang-barang koleksinya satu per satu. Dengan cara ini, dia tak perlu menyediakan tempat khusus, karena semua barang itu bisa disimpan di rumahnya.

Untuk berburu properti, Harri menempuh berbagai macam cara. Ada yang ia beli saat jalan-jalan, atau tukar beli dengan sesama penggemar barang antik. Sedang Azka biasa memburu koleksinya di Yogyakarta, Solo, Semarang dan Bali. Dia juga memiliki pemasok khusus di Semarang. “Kalau di Jakarta bisa cari di Jalan Surabaya,” kata Taufik.

Selain kelengkapan koleksi, satu hal yang harus diperhatikan adalah kualitas barang. Sebaiknya, memilih barang dengan bahan berkualitas. Pasalnya, perlengkapan itu akan sering naik turun kendaraan.

Untuk menekan risiko barang hilang atau rusak, usahakan menangani sendiri urusan transportasi barang. Agar lebih nyaman melepas barang antiknya, Harri juga memberlakukan sistem deposit bagi penyewa. “Deposit akan dikembalikan setelah barang kembali,” kata dia. Nilai deposit itu berkisar 40%–60% dari nilai barang.

Anda perlu mencatat seluruh koleksi dalam daftar inventaris.  Selain berguna untuk mengontrol, daftar semacam itu juga penting untuk menjaring order. Mereka yang hendak menyewa properti Anda, pasti akan terbantu dengan daftar itu.

Untuk menjangkau pasar, Anda bisa masuk ke jaringan wedding organizer. Selain itu, Anda bisa menawarkan jasa  penyewaan properti via website. Usahakan, setiap gambar ditampilkan secara detail, mulai ukuran, warna dan jumlah barang yang tersedia. “Ini untuk menghindari keluhan konsumen, yakni barang tak sesuai pesanan,” terang Taufik.

Promosi melalui media sosial juga bisa menjadi pilihan. Seperti yang dilakukan Azka, yang aktif berpromosi melalui Twitter, Facebook, Path, dan Instagram. “Saya merasa promosi paling efektif melalui Instagram,” kata Taufik.

Jauhi tempat lembap

Keawetan barang menjadi salah satu kunci untuk mendapat lebih banyak profit. Dengan begitu, Anda tak perlu mengeluarkan biaya tambahan apalagi membeli barang baru yang menambah biaya investasi.

Salah satu tip untuk menjaga agar barang tetap awet adalah membersihkan properti  setiap kali barang tersebut akan disewakan dan ketika akan disimpan. Bisa juga dipelitur ulang atau dicat kembali. Jika ada barang yang rusak, sebaiknya diperbaiki terlebih dulu.

Jika setelah dirawat bekas lecet tak hilang, ada baiknya Anda bicarakan dengan konsumen. “Agar sama-sama merasa enak,” ujar Harri Gunawan, pemilik Galeri Retro.

Beda lagi dengan barang antik yang memang sengaja tidak diperbaiki agar nilai memorinya tetap ada. Untuk barang-barang tersebut, bisa dirawat dengan dibersihkan. “Kadang memang ada barang yang harganya jadi lebih mahal tanpa rekondisi,” tambah Harri.

Selain itu, sebaiknya, Anda memperhatikan tempat penyimpanan barang. Pastikan, tempat penyimpanan tidak mudah berdebu dan bersuhu lembap. Tujuannya agar koleksi berbahan kayu dan logam tak mudah berkarat dan berdebu.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×