kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nunung melepas karier untuk memulai usaha sendiri (1)


Kamis, 30 Juni 2011 / 14:37 WIB
Nunung melepas karier untuk memulai usaha sendiri (1)
ILUSTRASI. Ilustrasi. Lelang mobil sitaan kejaksaan murah Rp 100-an juta, ada Fortuner, Honda VRZ dll. KONTAN/Muradi/2013/09/03


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Delapan tahun menggeluti profesi sebagai tenaga marketing di sebuah perusahaan, Nunung Syahrul Qirom jenuh. Ia meninggalkan pekerjaannya dan mulai merintis usaha pembuatan kardus-kardus cantik. Setelah dua tahun mulai bergelut membuat kardus, kini, Nunung bisa mengantongi omzet lebih dari Rp 100 juta per bulan.

Siapa sangka keputusan Nunung Syahrul Qirom untuk mengakhiri kariernya di sebuah perusahaan yang bergerak di konsultan kecantikan, justru berbuah manis. Kini, ia menuai sukses dengan usaha pembuatan kardus cantik. Tiap bulan, Nunung bisa mengantongi omzet lebih dari Rp 100 juta.

Istri Syahrul Qirom, Humas PSIS Semarang serta Ketua Bidang Bisnis dan Industri KONI Semarang ini, memang berasal dari keluarga berpendidikan sekaligus berada. Namun, berbagai kelebihan yang ia miliki itu tak menjadikan Nunung sebagai sosok yang hanya mengandalkan pemberian orang tua.

Keadaan yang serba kecukupan itu juga tak menjadi halangan baginya untuk mengungkung segala impiannya. Nunung justru terpacu untuk mematahkan persepsi, bahwa ia mampu membangun usaha dari jerih payahnya sendiri.

Lantaran banyak menghabiskan hidupnya di Semarang, Nunung pun paham seluk-beluk dan tipikal masyarakat Semarang. Pengetahuan inilah yang menjadi bekal Nunung menemukan celah pasar.

Sejak menamatkan kuliahnya di Fakultas Teknik Sipil Universitas 17 Agustus Semarang, Nunung memang tak tertarik menggeluti pekerjaan sesuai dengan disiplin ilmunya. Ia justru tertarik terjun pada dunia marketing. "Setelah saya lulus, saya langsung diterima di sebuah klinik kecantikan," kenang wanita kelahiran 27 Juli 1978 ini.

Setelah delapan tahun melakoni pekerjaan di klinik tersebut sebagai tenaga pemasaran, kejenuhan pun melanda Nunung. "Saya butuh sesuatu yang berbeda, karena saya sudah berada di titik jenuh pada waktu itu," katanya.

Selain jenuh, alasan lainnya adalah ia memiliki anak yang saat itu masih balita dan sangat membutuhkan perhatiannya. "Posisi sebagai manager marketing mengharuskan saya sering keluar kota. Rasanya, tak tega meninggalkan anak terlalu lama," kenang Nunung.

Sang suami pun menerima keputusan Nunung yang keluar dari pekerjaannya. "Suami saya mendukung semua keputusan yang saya lakukan," kata Nunung.

Selama beberapa bulan pertama, Nunung hanya menghabiskan waktunya di rumah. Ia hanya fokus mengasuh kedua buah hatinya. Tiap hari menjalani rutinitas seperti itu, kebosanan pun segera menghampiri Nunung.

Maklum, jika sebelumnya, Nunung terbiasa dengan berbagai aktivitas, kini ia hanya berhadapan dengan pekerjaan rumah yang kurang menantang. "Jenuh tentunya, yang tadinya kita setiap hari bekerja, kini hanya di rumah," kata Nunung.

Lantas, ia pun ikut membantu suami yang kebetulan mewarisi usaha keluarga. Sejak 15 tahun lalu, keluarga sang suami telah sibuk dengan bisnis kardus makanan. Mereka menjual dan menerima pesanan kardus makanan berbagai ukuran.

Dari sini, Nunung mempunyai ide untuk mengembangkan desain kardus-kardus yang biasanya tampil polos itu. Selain memberi motif, Nunung juga membuat desain baru, yakni bentuk kardus yang lebih cantik dan unik.

Jika pada awalnya, ia hanya mengandalkan pemasukan dari para konsumen yang datang ke tokonya, Nunung pun melancarkan strategi pema-saran jemput bola.

Ia pun melakukan cara pemasaran seperti yang dilakukannya saat bekerja dulu. Nunung mendatangi toko-toko roti yang ada di Semarang dan menawarkan kardus-kardus baru yang diproduksinya. "Karena sedang promosi, enggak apa-apa rugi sedikit untuk testimoni produk," ingat Nunung.

Tapi, bukan perkara mudah untuk menjajakan kardus cantik untuk pembungkus roti kepada para pedagang di Semarang. Nunung pun sering kembali dengan tangan hampa. Namun, ia tak putus asa.

Tanpa kenal lelah, ia terus menawarkan kardus-kardusnya. Kegiatan itu terus dijalaninya, karena selain untuk mengisi kesibukan, ia juga bersemangat untuk membantu perekonomian keluarga juga begitu besar.

Ia pun terus berpikir untuk mengembangkan usaha kardusnya dengan membuka pasar yang lebih luas. Tak hanya kardus untuk wadah makanan dan kue, ia juga membuat kotak-kotak berbahan kardus untuk berbagai kebutuhan. Seperti, kotak untuk tempat suvenir, kotak kado dan kotak untuk hantaran pernikahan. Setelah produknya makin dikenal, Nunung pun memberi nama untuk usaha kardusnya ini, Omah Kreatif.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×