kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan tempat Al Quran motif batik semakin menarik


Rabu, 09 Maret 2011 / 13:28 WIB
Permintaan tempat Al Quran motif batik semakin menarik
ILUSTRASI. Pekerja mengerjakan proyek pembangunan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) seksi 2B di jalan KH. Sholeh Iskandar, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/7). Pendapatan dan nilai kontrak BUMN Karya rata-rata turun pada tahun lalu.


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Rehal banyak dibutuhkan terutama bagi umat muslim untuk memudahkan dalam membaca Al Quran. Ternyata tak hanya di negara dengan mayoritas muslim yang banyak meminta produk ini, melainkan juga umat muslim di negara lain. Namun biaya kirim yang tinggi menghambat penjualan di luar negeri.

Rehal adalah tatakan untuk meletakkan kitab suci umat muslim, Al Quran. Dengan tatakan ini, Al Quran tidak perlu di pegang sehingga membuat nyaman saat membacanya.

Muhammad Abduh adalah salah satu perajin yang memproduksi rehal. Pemilik Anin Rumah Batik di Bekasi ini memadukan antara rehal dengan batik sejak tahun 2009 lalu. "Saya ingin lebih unik dan khas Indonesia," kata Abduh.

Dengan keunikannya ini, produk rehal Anin Rumah Batik, banyak diminati oleh konsumen dari luar negeri seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Rehal buatan Abduh berasal dari kayu putih atawa gemblina. "Kayu ini tahan kutu kayu," katanya. Dengan proses pembuatan selama dua hari, harga rehal buatan Abduh dijual Rp 190.000 tiap unit.

Waktu dua hari untuk pembuatan satu rehal diperlukan untuk membentuk kayu dan membatiknya. Menurut Abduh, selain Bekasi, dia juga mendapat banyak pasokan dari salah satu cabang produksinya di Solo. Untuk membuat batik di kayu, ia mengklaim menggunakan teknik membatik sendiri yang berbeda dengan teknik membatik di atas kain. Ada komposisi kimia dari pewarna dan lilin yang berbeda dengan yang digunakan untuk membatik kain. Selain itu setelah selesai membatik masih harus di pernis.

Selain memasarkan di dalam negeri, Abduh menawarkan rehal ke luar negeri seharga lebih dari US$ 20 per unit. Dengan harga itu, bulan Februari lalu Abduh mampu memperoleh omzet sekitar Rp 20 juta. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar konsumennya adalah umat muslim di luar negeri.

Hanya, sampai sekarang Abduh masih terkendala tingginya biaya pengiriman barang dari Indonesia ke luar negeri. "Saya pernah mendapat pesanan rehal sebanyak 50 unit dari Virginia dengan nilai US$ 1.250. Namun pesanan itu saya batalkan karena biaya pengirimannya mencapai US$ 1.500 dolar," ujar Abduh.

Mahalnya ongkos kirim ini menyebabkan barang kerajinan ini menjadi sangat mahal. Ia bercerita, ada beberapa produk Indonesia yang kemudian dijual ke Hongkong dan harganya naik mencapai dua kali lipat. "Konsumen membeli barang kerajinan Indonesia karena unik, jadi kalau sudah di produksi luar bisa-bisa tidak laku lagi," katanya.

Selain Abduh, ada juga Hendriyono yang juga menjadi produsen rehal. Namun selain membuat rehal untuk Al Quran, Hendriyono juga membuat meja lipat anak-anak. "Dalam sebulan saya menjual 30 unit rehal lewat internet," katanya. Selain lewat internet, ia juga menawarkan rehal dan meja lipatnya ke berbagai sekolah.

Dengan memasarkan ke sekolah-sekolah itu, Hendriyono bisa meraup omzet lumayan. Ia mengaku dalam sebulan berhasil memperoleh pendapatan Rp 8,5 juta dari penjualan rehal dan meja lipat yang mencapai 100 unit ke berbagai sekolah. "Khusus pesanan meja lipat, mereka ingin dilukis gambar tokoh kartun," katanya. Meja lipat, menurutnya, lebih laku ketimbang rehal karena serbaguna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×