kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Senangnya waralaba kita menembus pasar global


Senin, 15 November 2010 / 11:15 WIB
ILUSTRASI. Dua buruh mengangkut bawang merah


Reporter: Fahriyadi, Rizki Caturini, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Ada 14 waralaba lokal yang siap go international. Mereka telah mempersiapkan diri untuk menerjuni bersaing dengan waralaba dari negara lain. Bagaimana persiapan mereka? Berikut beberapa waralaba yang siap go international itu:


Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk

Untuk menjadi mitra Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk, calon investor memang harus merogoh kocek cukup dalam. Nilai investasi awalnya saja mencapai Rp 1,3 miliar-Rp 1,5 miliar. Bisnis yang kedai pertamanya buka pada tahun 2000 ini juga memungut biaya waralaba usaha sebesar Rp 125 juta untuk lima tahun.

Meski investasinya lumayan besar, bukan berarti tawaran waralaba Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk sepi peminat. Buktinya, sejak ditawarkan 2003 lalu, sudah ada 21 mitra yang bermitra dengan PT Panen Raya Bersama.

Menurut Kepala Departemen Waralaba Panen Raya Evi Diah Puspitawati, sebelum terpilih masuk Program Ekspor Waralaba, Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk memang sudah berencana melakukan ekspansi ke luar negeri. "Pertengahan tahun depan, Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk akan membuka satu outlet di Malaysia," katanya.

Saat ini, Evi mengatakan, perusahaannya sedang menggodok dan mempersiapkan segala keperluan, seperti perizinan, mencari tempat usaha, termasuk mempelajari seluruh regulasi di Malaysia untuk mendirikan gerai. "Kalau memang harus mundur sedikit dari target tengah tahun depan juga tidak apa-apa," katanya.

Tak hanya itu, Evi menambahkan, pihaknya juga akan menawarkan waralaba ayam tulang lunak ini ke investor asing. Tapi, setelah mereka sukses dulu membuka outlet di luar negeri.


Coffee Toffee

Usaha gerai kopi yang berdiri 2004 lalu ini tumbuh lumayan subur. Sejak diwaralabakan mulai tahun 2006, kini sudah 97 gerai Coffee Toffee berdiri di seluruh Indonesia. Dari total outlet itu, hanya dua yang dimiliki oleh PT Coffee Toffee Indonesia.

Untuk menjadi mitra Coffee Toffee calon investor perlu menyiapkan dana Rp 95 juta hingga Rp 295 juta. Franchise fee-nya berbeda-beda, tergantung paket investasi yang dipilih. Contohnya, Paket Express, franchise fee-nya sebesar Rp 30 juta, Origin Rp 40 juta, Specialty Rp 45 juta, dan Signature Rp 75 juta. "Franchise fee berlaku lima tahun," kata Putri Helliyanti, Bisnis Extention Coffe Toffe Indonesia.

Sebelum proses seleksi Program Waralaba Ekspor digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bersama Kementerian Perdagangan, Coffee Toffee sudah mengincar pasar di luar negeri. "Ada mitra kami yang ingin membuka gerai di Singapura. Saat ini, masih dalam persiapan," kata Putri.

Nah, setelah lulus seleksi, Coffe Toffe berjanji akan lebih serius berekspansi ke negeri orang. "Kalau sebelumnya kita jalan di gigi dua, mulai tahun depan harus lebih cepat," imbuh Putri.

Satu caranya, dengan mengikuti pameran waralaba di luar negeri, termasuk mengurus badan hukum untuk cabang-cabang Coffe Toffe di negara tetangga. Pembenahan di dalam juga perlu dilakukan supaya rencana melebarkan sayap bisnis lebih matang lagi.


Jojo Cup

Hendrawan Buntaran mendirikan usaha minuman dari tebu bernama Jojo Cup tahun 2008. Dia menawarkan waralaba sejak 2009 dan kini telah mempunyai 26 gerai. Sebanyak 5 gerai di antaranya merupakan milik Hendrawan sendiri.

Bagi yang tertarik menjadi mitra Jojo Cup, Hendrawan menawarkan paket investasi mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 60 juta dengan mengusung konsep booth dan minicafe.

Bermodal predikat waralaba go international pilihan pemerintah, Hendrawan berharap, Jojo Cup mendapat kemudahan menembus pasar mancanegara. Alhasil, usahanya pun semakin maju.

Dengan ikut Program Ekspor Waralaba, dalam setahun ke depan, Hendrawan mengincar pasar Singapura sebagai ladang baru usahanya. Soalnya, di Negeri Merlion ini, jus tebu sangat diminati. Apalagi, "Tebu Indonesia merupakan tebu yang paling berkualitas di seluruh dunia," katanya. Dia kian percaya diri lantaran pemerintah berada di belakangnya untuk membantu mengembangkan Jojo Cup hingga ke luar negeri.

Ia pun meretas asa terhadap pemerintah agar terus memperkenalkan kuliner asli Indonesia, tidak hanya melalui usaha minuman tebu miliknya. Minuman tebu merupakan representasi dari minuman lokal negara kita. Meski manis, "Kandungan yang terdapat dalam tebu tak menyebabkan penyakit diabetes atau kencing manis," ujar Hendrawan.


Moz5

Yulia Astuti mendirikan Moz5 pada 2002. Tahun 2004, setelah memiliki tiga, Yulia mulai menawarkan kemitraan salon muslimah tersebut. Sekarang, Moz5 sudah punya 19 gerai. Sebanyak empat di antaranya adalah milik Yulia sendiri.

Salon muslimah Moz5 menawarkan paket kemitraan mulai dari Rp 34 juta sampai Rp 129 juta, dengan biaya royalti 8% dari omzet mitranya. Yulia mengklaim, dia menawarkan paket kemitraan yang fleksibel, tergantung keinginan dan kemampuan investor.

Menurut Yulia, walau merek usahanya telah lolos seleksi waralaba yang siap go international, ia belum memiliki target kapan akan memulai menjulurkan tentakel bisnisnya ke luar negeri.

Padahal, ia sudah mendapat pelbagai tawaran kerja sama dari luar negeri, seperti dari Malaysia. "Namun, kendala teknis seperti sumber daya manusia (SDM) yang membuat kami belum bisa buka cabang di sana," katanya.

Untuk itu, sebelum benar-benar go international, Moz5 akan terus mempersiapkan sistem dan SDM yang handal terlebih dahulu. SDM handal diperlukan untuk memberikan pelayanan terbaik dalam perawatan rambut, tubuh, dan wajah. Selain itu, pelayanan prima untuk refleksi, totok aura, dan rias pengantin.

"Saya bakal mantapkan dulu pasar di dalam negeri sambil menunggu momen yang pas untuk bekerja sama dengan para investor dari luar negeri," ujar Yulia.


Quemama

Quemama mulai merambah pasar ritel sejak 2008. Walaupun sudah berdiri 15 tahun lalu, usaha ini baru diwaralabakan pada Januari 2010. Saat ini, Quemama baru memiliki lima gerai, dua di antaranya miliki sendiri.

Berpusat di Pondok Gede, Jakarta, Quemama memiliki variasi 60 jenis kue yang dibuat dengan sentuhan tangan atau hand made. "Semuanya mencirikan kue basah lokal," kata Asdwin Noor, Managing Director Quemama.

Quemama menawarkan tiga paket investasi. Paket senilai Rp 35 juta untuk booth, Rp 70 juta untuk toko, dan Rp 160 juta untuk minicafe. Dari ketiga paket itu, saat ini, Quemama memfokuskan diri untuk mempromosikan paket booth, lantaran paling sesuai dengan permintaan pasar.

Meskipun telah berstatus go international versi pemerintah, Quemama belum berniat menancapkan kuku bisnisnya di luar negeri dalam waktu dekat. Menurut Asdwin, Quemama lebih memilih memperkuat konsep dan membuktikan diri di pasar lokal hingga akhir tahun ini. "Kemungkinan baru 2011 nanti," katanya.

Singapura, Malaysia, dan Brunei Darusalam adalah pasar yang disasar Quemama untuk pertama kali. Tiga negara itu memiliki karakteristik rasa yang sesuai dengan rasa Quemama.

Yang jelas, mewujudkan impian Quemama untuk go international tetap besar. Sebab, "Kami ingin seperti waralaba donat yang mapan di dunia," ujar Asdwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×