kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra kerajinan kulit Garut: Dari penyamak jadi perajin kulit (1)


Senin, 11 April 2011 / 13:38 WIB
Sentra kerajinan kulit Garut: Dari penyamak jadi perajin kulit (1)
ILUSTRASI. Suasana pelayanan nasabah di Kantor Cabang Utama (KCU) Bank Mandiri Bintaro Tangerang Selatan, Selasa (23/6). PT Bank Mandiri Tbk menegaskan perseroan tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meski jumlah kantor cabang mengalami pengurangan. Adapun


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Masuknya pemodal besar ke industri penyamakan kulit membuat industri kecil penyamakan di Garut kulit gulung tikar. Itulah sebabnya, Sukaregang yang dulu tenar sebagai sentra penyamakan kulit berubah menjadi sentra kerajinan berbagai barang dari kulit. Ada sekitar 90 toko kerajinan kulit yang memadati sentra kulit Sukaregang.

Memasuki jantung Kecamatan Garut di Jalan Ahmad Yani, sebuah gapura menyambut. Tulisan "Selamat Datang di Sentra Industri Kulit Sukaregang" yang tertera di gapura itu menjelaskan, selain sebagai sentra dodol, Garut juga terkenal sebagai kawasan industri kulit.

Sentra industri kulit terletak di Jalan Ahmad Yani hingga ke Jalan Gagak Lumayung. Tempat ini selalu ramai dikunjungi para pembeli, termasuk wisatawan yang mau berburu kerajinan kulit. Tak sebatas sebagai sentra industri, Sukaregang sudah menjelma sebagai lokasi wisata belanja terutama produk kulit.

Erlan Firdaus, pemilik toko kulit Dakifti di Sukaregang mengatakan, dia sudah 14 tahun memproduksi jaket, tas dan sepatu kulit. “Dulu, kakek dan orangtua menjalani usaha penyamakan kulit. Akhirnya beralih ke industri kulit jadi,” kata Daus, panggilan akrabnya.

Ia menuturkan, Sukaregang sebelumnya memang dikenal sebagai sentra penyamakan kulit sapi, domba, dan kambing. Tak sulit mendapati kulit hewan untuk disamak, sebab Kabupaten Garut merupakan daerah peternakan domba garut atau biasa disebut domba priangan. Peternakan itu tersebar di daerah Wanareja, Cikajang, Pemeungpeuk, Cibalong, dan Cilawu.

Di awal tahun 1990-an, Sukaregang masih dijejali pengusaha kecil penyamakan kulit. Namun lambat laun, mereka tersingkir dengan datangnya pemodal besar yang juga memadati bisnis penyamakan kulit. Di Jalan Guguk Lumayung sepanjang kurang lebih 2 km berdiri sekitar 8 pabrik penyamakan kulit besar.

“Saya tidak punya modal. Mau ke bank bunganya besar,” keluh Jaja, 60 tahun. Jaja adalah salah seorang pengusaha penyamakan kulit skala kecil yang masih tersisa sampai saat ini.

Jaja mendirikan usaha penyamakan kulit sejak tahun 1975. Saat ini, dia dan dua pegawainya hanya mengandalkan datangnya pesanan kulit samak dari produsen jaket. Ia tetap bertahan dengan usahanya sendiri. Tak seperti banyak penyamak kulit yang bergabung dengan pabrik-pabrik besar.

Ya, lantaran tak mampu bersaing dengan industri penyamakan kulit besar, akhirnya banyak pengusaha penyamakan kulit kecil yang mati. Namun seiring berjalannya waktu, Sekaregang tidak lagi terkenal sebagai sentra penyamakan kulit, namun berubah menjadi sentra produk kulit siap pakai.

Di sentra ini ada sekitar 90 perajin kulit. Mereka harus bersaing untuk mendapatkan pembeli, di tengah persaingan yang ketat. “Tahun 1998 di Jalan Ahmad Yani ini baru ada satu dua toko. Banyak yang muncul sejak 7 tahun lalu,” kata Yusuf Sopian, pemilik toko kerajinan kulit Astiga.

Dedie Supriyadi, pemilik toko kulit Bikers, sudah sejak tahun 1992 membuat dan menjual produk kulit. “Saya dapat ilmu membuat produk kulit dari teman. Saya coba bikin sendiri dan diterima pasar,” kata Nanang, panggilan akrabnya.

Awalnya, Nanang hanya menitipkan jaket kulit buatannya ke kawannya di Bandung. Saat memulai usaha, jumlah toko kulit di sentra ini masih bisa dihitung dengan jari.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×