kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra lentera Cianjur: Tanpa merek, mereka menembus ekspor (1)


Kamis, 09 Juni 2011 / 13:48 WIB
Sentra lentera Cianjur: Tanpa merek, mereka menembus ekspor (1)
ILUSTRASI. Soal dan jawaban TVRI SMP, Kamis 3 September 2020: Aljabar. ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/wsj.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Kampung Gentur, Cianjur sohor sebagai pusat kerajikan lentera atau lampu hias sejak dulu. Tanpa embel-embel merek, produk mereka bisa terkenal hingga di luar negeri. Tak pelak, banyak warga Gentur menggantungkan ekonominya pada pembuatan lentera.

Lentera atau lampu hias dengan warna-warna terang, merah, kuning, hijau tampak bergantung di etalase hingga pintu rumah penduduk Cianjur. Tepatnya di kampung Gentur, Desa Jambudipa, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat.

Saat pagi hari, sekitar pukul 9, mereka mulai beraktivitas membuat lentera hingga pukul 4 sore hari. Setelah istirahat sebentar, mereka kembali melanjutkan membuat lampu hias hingga waktu Isya atau sekitar pukul 7 malam.

Maklum saja, kerajinan lentera atau lampu hias sudah mendarah daging bagi penduduk Gentur. Konon keberadaan sentra ini sudah ada sejak awal Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dengan rekam jejak seperti itu, sentra lentera ini menjadi ikon atau simbol kebanggaan warga desa Gentur, sekaligus pemerintah daerah setempat.

Saat ini, ada sekitar 30 perajin di Gentur yang menggantungkan ekonomi keluarganya pada usaha pembuatan lentera. "Sekitar 30% warga di sini aktif memroduksi lentera," ujar Dede Syarifuddin, produsen lampion yang sudah menekuni kerajinan pembuatan lentera sejak 17 tahun lalu ini. Jadi bisa dikatakan, pembuatan lentera sudah menjadi aktivitas sehari-hari para warga kampung ini.

Dari usaha pembuatan lentera, Lukita, seorang perajin lentara di desa ini, berhasil menyekolahkan kedua anaknya hingga lulus sarjana. Dari jualan lampu hias, Lukita mengantongi pendapatan sebesar Rp 8 juta saban Minggu, atau sebesar Rp 32 juta per bulan.

Seperti kebanyakan produsen lampion di Gentur, Lukita atau Dede mewarisi usaha ini dari orang tuanya yang sudah membuat lentera sejak tahun 1940-an. "Awalnya, mereka hanya membuat lampu centir atau lampu dari minyak tanah," ujarnya.

Kedatangan berbagai pihak ke desa ini, termasuk orang-orang dari Timur Tengah membuat produk lampu mereka menjadi terasimiliasi, mulai dari bentuk hingga corak. Dengan berbagai keperluan, banyak wisatawan Timur Tengah suka bertandang ke kawasan Cianjur.

Dede yang mempekerjakan 15 pegawai dalam pembuatan lentera, menuturkan, ia dan sesama produsen lampu hias di Gentur menggunakan rumah mereka sebagai pusat pembuatan sekaligus penjualan.
Makanya, galeri tempat memajang hasil akhir lampu hias dibuat di teras rumah mereka. Alhasil, mereka umumnya tak memasang papan nama di galeri mereka.

Lentera hasil produksi masyarakat Gentur umumnya terbuat dari kuningan, aluminium dan kaca berwarna. Proses pengerjaannya sederhana. Pertama-tama membuat rangka dari aluminium dengan cara dipatri. Kemudian, potongan-potongan kaca yang telah disesuaikan dengan bentuk atau model disemprot dengan warna sesuai keinginan. Dan terakhir adalah menempel kaca di rangka.

Yang paling susah dalam proses pembuatan lentera adalah menemukan ide bentuk. "Kami juga melayani order," ujar Dede. Bahkan, saat ini, Dede tak memiliki stok lantaran semua lampu hias yang dibuatnya adalah pesanan pelanggan. Tiap bulan, Dede melayani sedikitnya 500 lentera.

Untuk membuat lampu hias, satu pegawai bisa menghasilkan satu lampu per hari. Waktu pengerjaan bisa lebih lama jika konsumen memesan bentuk lampu yang rumit. "Paling lama dua hari jadi," ujar Dede yang membanderol satu lampu dengan harga Rp 75.000- Rp 3 juta.

Dari banyak varian lampu, produk Dede yang paling banyak diminati konsumen adalah lentera lilin dan lentera gantung. Permintaan paling banyak datang dari Denpasar, Bali.

Adapun Lukita yang mengambil alih usaha pamannya sejak 13 tahun silam ini mengirim lentera-lentera bikinannya hingga ke luar pulau Jawa, yakni Bali, Kalimantan dan Sumatra.

Meski tanpa menggunakan merek, Lukita dan Dede yakin lampu Gentur terjamin kualitasnya. Makanya, pasar ekspor berhasil mereka tembus. Mereka menamai lampu sesuai negera pemesan, seperti lampu india atau maroko.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×