kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra sandal Wedoro: Harga spons tak lagi empuk bagi perajin (3)


Rabu, 03 Agustus 2011 / 13:50 WIB
Sentra sandal Wedoro: Harga spons tak lagi empuk bagi perajin (3)
ILUSTRASI. Logo FIFA di depan markas besarnya di Zurich, Swiss.


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Perajin sandal di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur mengeluhkan kenaikan harga bahan baku. Harga spons melonjak hingga 271%. Akibatnya, biaya produksi sandal ikut naik, tapi perajin tidak ingin menaikkan harga jual karena takut kehilangan pembeli.

Dalam memproduksi sandal, para perajin di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, tidak lepas dari masalah. Salah satunya kenaikan harga bahan baku.

Belakangan ini, ambil contoh, para perajin mengeluhkan kenaikan harga bahan baku spons yang teramat tinggi. "Setiap tahun harga spons terus menerus naik," keluh Soliqah, salah seorang perajin sandal. Tak tanggung-tanggung, kenaikan harga spons bisa berlipat-lipat.

Dia membeberkan contoh, tahun lalu harga spons ukuran 2,10 meter (m) x 1,5 m hanya Rp 3.500 per lembar. Belakangan ini, harga spons seukuran itu telah melonjak menjadi Rp 13.000 per lembar, alias naik 271%.

Begitu pula dengan harga perekat. Tahun lalu harga perekat hanya Rp 60.000-Rp 70.000 per kemasan. Tapi belakangan, harga lem sudah naik menjadi Rp 225.000 per kemasan. "Kenaikan harga bahan baku menjadi masalah bagi kami," kata Soliqah.

Kenaikan harga bahan baku jelas menyebabkan biaya produksi sandal melonjak tinggi. Sementara itu, perajin mesti berpikir panjang untuk menaikkan harga jual sandal. "Kami tak bisa menaikkan harga jual karena persaingan ketat," ujar Soliqah.

Indah Tri Wahyuni, perajin sandal yang lain juga mengeluhkan soal bahan baku. Menurut Indah, selain harga naik, bahan baku juga semakin sulit didapat. "Kami terpaksa memesan sejak sebulan sebelumnya. Itu pun dapatnya sangat terbatas" keluh Indah.

Muhammad Yanto, pemasok bahan baku spons untuk perajin sandal di Desa Wedoro, membenarkan kegalauan itu. "Selain bahan baku terbatas, harga juga semakin tinggi," kata Yanto yang membeli bahan baku spons dari produsen di Surabaya. Dia memberi contoh, tahun lalu ia menjual spons dengan ukuran tertentu seharga Rp 6.000 per lembar. Namun, belakangan ini, spons dengan ukuran yang sama dia jual seharga Rp 15.000 per lembar.

Soal keuntungan, Yanto mengaku hanya mengutip laba Rp 150 per lembar. "Keuntungan biarlah kecil, asal pembelian bisa rutin," terang Yanto yang melayani transaksi secara tunai dan kredit kepada perajin.

Setiap perajin biasanya membeli bahan baku dalam jumlah berbeda, tergantung besar kecil usaha. Perajin skala kecil belanja bahan baku senilai Rp 4 juta. Adapun perajin skala lebih besar bisa berbelanja lebih dari Rp 50 juta.

Selain menjual spons, Yanto juga menjual lem, tali, dan karet. Hampir seluruh bahan baku yang dia jual sudah mengalami kenaikan harga. "Penyebab kenaikan harga adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar," terang Yanto. Ini aneh, sebab, kenyataannya rupiah justru menguat terhadap dolar AS.

Dalam berdagang, Yanto menyediakan bahan baku berkualitas terbaik, seperti spons kualitas super. Tapi harga spons itu juga spesial, hingga Rp 18.000 per lembar.

Yanto mengklaim, seluruh bahan baku spons yang ia jual merupakan produksi Indonesia. Bijih plastik sebagai bahan baku spons diimpor dari Korea. Alhasil, harga spons sangat tergantung pada harga bijih plastik dunia.

Perajin kini berharap ada organisasi yang menaungi mereka. Sebab, dengan organisasilah mereka mengatasi kenaikan dan kelangkaan bahan baku secara bersama.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×