kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tenang saja, aroma gerai ayam bakar masih wangi


Selasa, 19 April 2011 / 14:39 WIB
Tenang saja, aroma gerai ayam bakar masih wangi
ILUSTRASI. Politisi Malaysia Anwar Ibrahim berbicara selama KTT Singapura di Singapura, 15 September 2018.


Reporter: Handoyo, Dharmesta | Editor: Tri Adi

Ayam bakar tentu sudah tak asing lagi di lidah masyarakat Indonesia. Menu yang satu ini sangat mudah ditemui di pusat-pusat jajanan di berbagai tempat.

Maklum saja, bila penggemar ayam bakar kian bertambah. Aroma dan kelezatan ayam bakar telah membuat banyak orang ketagihan.

Tak heran, banyak pula pengusaha makanan yang menawarkan kemitraan atau waralaba ayam bakar. Namun, meski sama-sama mengusung menu ayam bakar, setiap rumah makan mempunyai ciri khas masakannya sendiri.

Dalam review kali ini, KONTAN ingin menyajikan beberapa kemitraan dan waralaba ayam bakar, seperti Ayam Bakar Larasati & Java Steak, Ayam Pakuan dan Chicken Roasten. Kami juga pernah mengulas usaha mereka tahun lalu.

Nah, bagaimanakah kondisi mereka saat ini? Anda bisa menyimak dari review masing-masing waralaba tersebut berikut ini.


Larasati & Java Steak

Ayam Bakar Larasati & Java Steak sebenarnya merupakan pengembangan usaha ayam goreng Widoro Kandang yang sudah berdiri sejak 30 tahun silam di Solo. Dengan mengusung resep dan racikan bumbu yang sama, Prabho Sidhi Asmoro kemudian mendirikan usaha ini.

Berbeda dengan Widoro Kandang, restoran tradisional milik sang ibu, Prabho menerapkan konsep yang lebih modern. Ia pun hanya menonjolkan menu ayam dan bebek bakar.

April 2010 silam, saat KONTAN mengulas usaha ini, gerai Ayam Bakar Larasati & Java Steak masih memiliki tujuh mitra. Kini, Prabho pun berhasil menambah jumlah mitranya hingga 12 orang. Sementara itu, ada tiga mitra lagi yang sedang mengajukan proses perizinan.

Paket kemitraan yang ditawarkan pun masih tetap sama. Pertama, paket Rumah Makan Ayam Bakar Larasati dan Java Steak, dengan investasi Rp 100 juta. Kedua, paket Rumah Makan Ayam Bakar Larasati. Ketiga, paket Rumah Makan Java Steak. Nilai investasi untuk paket kedua dan ketiga sama, yakni Rp 85 juta.

Dengan membeli ketiga paket itu, mitra berhak memakai nama usaha selama lima tahun, mendapat software analisis keuangan, training, peralatan promosi dan desain ruang. Mitra pun harus menyediakan tempat usaha dengan luas minimal 100 m².

Untuk menjaga cita rasa tetap khas, mitra wajib membeli bumbu dan tepung dari Prabho. Selain itu, mitra juga harus membayar biaya royalti sebesar 5%.

Biaya ini mengalami penurunan, karena sebelumnya, Prabho mematok royalty fee sebesar 7%. "Kami ingin mitra mendapatkan keuntung lebih banyak," kata Prabho.

Di setiap gerai mitra Ayam Bakar Larasati & Java Steak, Prabho memberi kisaran harga menu antara Rp 7.500 sampai Rp 13.000. Ia pun menaksir mitra bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta dalam sehari. Alhasil, modal mitra pun bisa kembali dalam rentang waktu 15 bulan.


Ayam Pakuan

Ayam Pakuan merupakan waralaba yang menyajikan menu ayam goreng dan ayam bakar. Bila pada awal penawaran kemitraan, tahun 2007 silam, Kusnadi Ihwani, pemilik Ayam Pakuan, menawarkan dua paket kemitraan, kini ia hanya menjual satu paket kemitraan, yakni, paket mini resto seharga Rp 40 juta.

Kusnadi mengevaluasi prospek penjualan dari paket mini resto ini lebih baik. Sekadar catatan, selain mini resto, pada awal penawaran kemitraan dulu, ia juga menjual paket gerobak.

Perbedaan lainnya, nilai investasi paket mini resto kini menjadi Rp 40 juta. Mitra pun hanya mendapatkan hak penggunaan nama selama tiga tahun dan pelatihan. Mitra tidak mendapatkan peralatan untuk berjualan lagi seperti dulu.

Selain itu, mitra juga harus membayarkan royalty fee sebesar 3% saban bulan. Untuk paket barunya ini pula, Kusnadi memberi kriteria ukuran luas ruangan. Ruang ideal mini resto Ayam Pakuan berukuran 4 x10 m² atau paling tidak bisa menampung 25 orang pengunjung.

Pada saat KONTAN mengulas kemitraan Ayam Pakuan, Oktober 2008 silam, Kusnadi sudah menggandeng 14 mitra. Dua tahun berlalu, jumlah mitra hanya bertambah empat orang. "Bulan Mei nanti, kami juga ada rencana pembukan untuk mitra baru, yakni di Riau dan Solo," kata Kusnadi.

Pemilihan bahan baku ayam yang higienis menjadi keunggulan Ayam Pakuan. Kusnadi menerapkan spesifikasi khusus untuk bahan baku yang digunakan, seperti kondisi ayam dan juga berat ayam.

Mitra memang tak mendapatkan pasokan ayam segar dari pusat. Mereka harus berbelanja sendiri, sesuai kriteria yang ditetapkan Kusnadi. Namun, mitra tetap harus membeli bumbu dari pusat untuk menjaga cita rasa ayam bakar.

Banderol harga sajian Ayam Pakuan ini juga mengalami kenaikan. Dulu harganya berkisar Rp 6.000 sampai Rp 8.000. Saat ini, patokan harga per porsi berkisar Rp 11.000 sampai Rp 14.000, menyesuaikan dengan harga daging ayam dan bahan lainnya yang terus melonjak.

Kusnadi pun meningkatkan perkiraan pendapatan omzet dari gerai mini resto Ayam Pakuan ini, yakni berkisar Rp 2,5 juta sampai Rp 6 juta per hari. Alhasil, dengan perolehan omzet sebesar itu, mitra bisa mengembalikan modalnya dalam jangka waktu tiga bulan.

Selain merek Ayam Pakuan, kini Kusnadi juga mengembangkan gerai baru, yakni Ayam Keprek Sambel Korek.


Chicken Roasten

Chicken Roasten telah berdiri sejak Okbekter 2010. Selain ayam bakar gerai Chicken Roasten juga menawarkan menu lain, seperti, pindang, soto dan pempek. Aneka menu itu menurut Jufri, pengelola PT Chicken Roasten Indonesia bertujuan untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.

Pasalnya, Chicken Roasten membidik pasar di tingkat menengah, seperti pelajar dan mahasiswa. Mereka pun mematok harga tiap porsi mulai dari Rp 6.000 hingga Rp 23.000, seharga rata-rata makanan Rp 15.000 per porsi.

Keunggulan Chicken Roasten adalah penggunaan 20 bumbu rahasia yang membuat rasa ayam bakar dan menu-menu lainnya benar-benar khas.

Pada saat KONTAN mengulas waralaba Chicken Roasten, Oktober 2010, mereka baru memiliki empat gerai waralaba yang tersebar masih di seputar Jakarta. Kini, jumlah gerai pun bertambah menjadi enam buah. Satu di antaranya berdiri di Pekalongan.

Alasan Jufri hanya memperoleh dua mitra baru, lantaran dia punya kesibukan bisnis lainnya, sehingga belum aktif berpromosi di media massa atau internet. Meski begitu, omzet terwaralaba bisa mencapai Rp 100 juta per bulan.

Nilai investasi Chicken Roasten juga tetap sama, yakni, Rp 130 juta. Perinciannya, Rp 50 juta merupakan biaya lisensi atau kerja sama, pelatihan karyawan dan promosi. Sisanya, Rp 80 juta digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan serta bahan baku awal.

Jufri pun optimistis dengan prospek Chicken Roasten, "Banyak pelanggan yang menanyakan tentang pembukaan cabang Chicken Roasten di wilayah tempat tinggal mereka," ujarnya. Karena itu, ia pun berharap, tahun depan bisa rajin mengikuti berbagai ajang pameran waralaba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×