Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi
Dalam dunia fotografi dikenal teknik fotografi infrared. Teknik ini menangkap warna infrared yang dipantulkan oleh objek foto namun tidak bisa ditangkap oleh mata kita. Warna yang dihasilkannya pun cenderung monocrome, lebih tajam dan menimbulkan efek dramatik. Infrared (IR) photography sebenarnya sudah berkembang sejak lama. Mulai dari foto analog sampai kehadiran kamera digital.
Perubahan yang dilakukan untuk mendapatkan efek IR pada kamera standar adalah dengan mengganti hot mirror atau bagian dari kamera yang berfungsi sebagai penghasil warna. Dengan pencopotan hot mirror tersebut, warna yang ditangkap oleh kamera lebih cenderung pada hitam putih.
Kini, makin banyak pula fotografer yang IR. Namun, tak banyak orang yang bisa mengolah atau mengoprek kamera hingga menghasilkan gambar berkualitas. Maklum, selain ketelitian, sentuhan seni juga diperlukan untuk membuat membuat kamera IR.
Salah seorang yang menggeluti teknik oprek IR ini adalah Harlim. Lelaki yang telah 15 tahun berkecimpung di dunia fotografi ini mengawali profesinya dari hobi. Ia pun mengembangkan keahliannya mengoprek kamera untuk para pecinta fotografi. Alhasil, Harlim pun sudah tersohor sebagai pengoprek kamera IR.
Harlim memang tak asing dengan dunia IR. Maklum, saat bekerja di perusahaan tekstil, ia banyak melihat bahan, tekstur serta materi pembuatan tekstil dengan infrared.
Lantas, ia mengaplikasikan pengalamannya pada hobinya di bidang fotografi. Kini, sudah banyak klien yang memanfaatkan jasanya untuk membuat kamera IR. Bahkan, klien tak hanya berasal dari dalam negeri. Ada pula klien yang datang dari Jerman, Inggris, Amerika Latin, dan Prancis. "Kalau dihitung-hitung, sampai sudah ada 2.500 klien sampai sekarang," ungkap Harlim yang memperoleh banyak order lantaran aktif dalam komunitas fotografer.net.
Selain pehobi fotografi, tak sedikit dari kalangan profesional yang menyambangi Harlim untuk memodifikasi kamera. Ia pun meyakini dunia fotografi ini pasti ada masanya. "Akan ada kejenuhan jika tidak ada kreativitas yang dikembangkan," ujarnya.
Menurut Harlim, hampir semua produk yang berhubungan dengan lensa bisa dimodifikasi menjadi IR. "Jadi, selain kamera DSLR dan pocket, kamera handphone bisa juga dibuat infrared," tandasnya.
Hanya, setelah dioprek, seringkali kecepatan kamera menjadi lebih lambat. Karena itu, perlu adanya perhitungan yang matang ketika memodifikasi.
Harlim memerlukan waktu tiga hingga empat jam untuk modifikasi kamera profesional atau DSLR. Namun, untuk mengatur jarak fokus dibutuhkan waktu sehari.
Ketika kamera dimodifikasi, jarak fokus kamera akan mengalami pergeseran. Harlim mencontohkan jika jarak normal satu meter sudah tepat di kamera, setelah di oprek fokusnya menjadi mundur sekitar 20 cm.
Adapun untuk memodifikasi kamera saku digital waktu yang diperlukan lebih lama antara dua sampai tiga hari. "Perangkatnya kecil-kecil, harus hati-hati," ujar Harlim.
Ia pun memasang harga jasa modifikasi kamera ini bervariasi. Untuk kamera pocket biayanya Rp 600.000, sedangkan kamera DSLR
Rp 2,9 juta.
Dalam satu bulan Harlim dapat mengerjakan sekitar lima sampai 10 unit kamera. Alhasil, dari jasa modifikasi ini, Harlim yang masih menjadi konsultan di perusahaan tekstil itu bisa mengantongi omzet sekitar Rp 15 juta sebulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News