kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,02   -27,70   -2.87%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adonan bisnis martabak masih legit


Jumat, 17 Agustus 2018 / 12:00 WIB
Adonan bisnis martabak masih legit


Reporter: Elisabeth Adventa, Nur Pehatul Janna, Puspita Saraswati, Tri Sulistiowati | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siapa yang tak kenal martabak? Martabak merupakan salah satu kudapan yang sangat familiar di lidah masyarakat Indonesia. Disajikan dengan berbagai varian rasa, martabak tak pernah membosankan. Penggemarnya justru bertambah dengan berbagai inovasi dan membuat martabak jadi makanan kekinian.  

Para pelaku bisnis martabak juga terus bermunculan. Padahal, pemain lama juga tak tersisih. Bahkan, mereka ikut mengembangkan usaha dengan menawarkan paket kemitraan.

Untuk mengetahui tren martabak dan kondisi bisnis kemitraannya, KONTAN akan mengulas tiga penjaja martabak yang sebelumnya pernah ditulis bisnis waralabanya. Ketiga pemain itu adalah Martabak Banditz, Martabak Bari dan Martabak Pizza G2.  

Martabak Banditz
Usaha besutan Nico Andrew Siahaan yang mulai beroperasi pada 2015 lalu nampak berjalan lancar. Kerjasama kemitraan yang dimulai pada setahun lalu, telah berbuah manis.

Kini, sudah ada sembilan mitra yang bergabung. Gerai milik mitra seluruhnya berada di Sumatra Utara, seperti Pemantang Siantar, Tarutung, sampai dengan Kabupaten Karo.

Sekarang masihb ada dua mitra yang masuk dalam daftar tunggu. Sesuai rencana,  gerai mereka akan dibuka di Kupang dan Sumatra Utara."Kebanyakan memang di daerah karena potensi usaha disana masih besar, persaingannya juga belum terlalu ketat seperti disini (Jakarta)," katanya Nico pada KONTAN, Kamis (2/8).
Jauhnya lokasi gerai mitra tidak jarang membuat pengiriman bahan baku jadi kendala. Terutama, saat libur panjang atau bertepatan dengan momen hari raya.  

Nico mengatakan, untuk lokasi-lokasi yang jauh, butuh waktu lebih dari dua minggu untuk pengiriman bahan. Alhasil, ada beberapa mitra yang harus rela menutup gerainya lantaran tidak ada bahan.

Kendala lainnya adalah sulitnya pengawasan manajemen ke gerai mitra. Dalam pengawasan itu, Nico ingin  memastikan penerapan standar operasional produksi (SOP) dilakukan dengan benar.

Sekarang Nico sedang me-review lagi sistem kerjasamanya untuk memperbaiki manajemen agar sama-sama menguntungkan mitra dan menjaga nama baik usaha. Rencananya, dia akan menerapkan sistem full management untuk menjamin SOP dilakukan pada setiap gerai.

Untuk paket kemitraan, Nico belum lakukan perubahan. Paketnya masih sama, yakni mulai dari paket senilai Rp 10 juta sampai Rp 45 juta. Mitra mendapatkan seluruh fasilitas berjualan.

Harga jual produk pun tak berbuah, masih sama yaitu Rp 20.000 sampai Rp 50.000 per loyang khusus diluar Jakarta. Langkah ini dilakukan untuk menyesuaikan tingkat pendapatan daerah.  

Martabak Bari
Pelaku usaha martabak lainnya adalah Mohammad Fadli dengan bendera usaha Martabak Bari. Kemitraan Martabak Bari telah berjalan sejak tahun 2016 dan sudah dua tahun ini dirinya fokus membuka kemitraan martabak manis. Sebelumnya, usaha yang dimitrakan adalah martabak telor.

Penjualan selama setahun terakhir pun diakuinya meningkat. Saat ini, dia sudah memilih delapan mitra yang membuka gerai Martabak Bari. “Sekarang ada delapan mitra, tapi masih tersebar di daerah Sumatra Selatan saja, yakni di Pagar Alam, Serang, Sekayu, Palembang,” katanya kepada KONTAN.

Tahun lalu, Fadli memang memasang target untuk membuka cabang di luar Sumatra Selatan (Sumsel). Namun, tampaknya target tersebut meleset. Baru pada tahun ini, ia mempersiapkan pembukaan gerai Martabak Bari di Aceh.  Sementara, secara keseluruhan, hingga akhir tahun ini, Fadli menargetkan bisa membuka lima gerai lagi.  

Saat ini, Fadli juga tengah menawarkan promo paket kemitraan Martabak Bari. Sebelumnya paket kemitraan yang ditawarkan sebesar Rp 20 juta. Kini hanya dengan Rp 8 juta, mitra bisa mebuka  gerai Martabak Bari.

Namun, bentuknya booth tanpa atap yang dapat dimodifikasi secara bebas. Menurutnya, booth ini biasa ditempatkan di area-area toko ritel ramai pengunjung.

Mitra Martabak Bari diperkirakan bisa mendapatkan laba bersih Rp 300.000 per hari. "Kalau di akhir pekan, mitra bisa mendapat Rp 500.000 hingga Rp 600.000,” tambahnya.
Keuntungan yang bisa dikantongi mitra tiap bulan berkisar Rp 8 juta hingga Rp 9 juta. Dengan keuntungan tersebut, ia memperkirakan, modal mitra bisa kembali hanya dalam waktu sebulan.  

Martabak Bari menyuguhkan setidaknya 25 varian rasa martabak. Harga jualnya berkisar Rp 25.000-Rp 75.000 per porsi. “Yang paling banyak dibeli martabak varian rasa cokelat, kacang dan keju,” ujar Fadi.

Lantaran jumlah mitranya kian berkembang, Fadli pun mengaku mulai merasakan adanya kendala. Khususnya dalam mencari karyawan karyawan yang loyal. “Namanya usaha, pegawai sering keluar masuk. Jadi harus sering mengajari pegawai baru,” pungkasnya.  

Martabak Pizza G2

Pelaku usaha kemitraan martabak lainnya adalah Abdul Basit asal Bandung. Ia mendirikan Martabak Pizza G2 sejak awal tahun 2015 dan mulai membuka kemitraan pada tahun 2016. Saat diulas KONTAN pada Mei tahun  2016, Martabak Pizza G2 baru memiliki satu gerai saja dan belum memiliki gerai mitra.

Dua tahun berselang, rupanya bisnis martabak yang satu ini tidak terlalu beruntung ketimbang pemain lainnya. Abdul memutuskan menutup gerai Martabak Pizza G2 miliknya sejak Mei tahun 2018 lalu. "Sekarang martabak pizzanya sudah tidak ada. Kemitraannya tidak berjalan dan gerai punya saya juga sudah tutup," tuturnya.

Salah satu permasalahan yang membuat gerainya tutup adalah biaya sewa tempat yang semakin mahal. Selain itu, ia juga kesulitan mendapatkan tempat usaha pengganti, khususnya yang lokasinya strategis dan biaya sewa terjangkau.  

Padahal, ia mengaku jika minat pasar terhadap jajanan martabak masih sangat besar. "Kalau biaya sewanya mahal tapi tempatnya pas sih nggak apa-apa. Pas dalam arti strategis dan ramai. Tempat saya yang dulu itu biaya sewa mahal tapi kurang pas, jadi tidak sesuai," ungkapnya.

Abdul juga mengatakan, dirinya sempat menolak beberapa calon mitra lantaran lokasinya yang terlalu jauh atau di luar kota Bandung. Sedangkan, saat itu, dia hanya mengincar calon-calon mitra yang ada di sekitar Bandung, Jawa Barat.

Meski menutup gerai Martabak Pizza G2, Abdul masih menjalankan dua gerai bisnis martabak yang lain. Hanya saja, bisnis martabak tersebut bukan kemitraan dan menunya berupa martabak biasa, bukan martabak pizza. Ia mengatakan jika dua gerai martabak tersebut masih bertahan hingga saat ini.

"Kalau martabak biasa sepertinya pasarnya lebih banyak dibanding martabak pizza. Dan masih bagus potensinya. Saya masih belum tau kapan mau membuka Martabak Pizza G2 lagi," ujarnya.

Sebelumnya, Martabak Pizza G2 menawarkan dua paket kemitraan, yakni paket Rp 25 juta dan paket Rp 35 juta. Dan kerjasama kemitraan berlangsung selamanya tanpa biaya royalti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet Using Psychology-Based Sales Tactic to Increase Omzet

[X]
×