Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi
Berprofesi sebagai pelukis, Agus Sriyanto terus berupaya menambah kemampuannya dengan menjajal aneka bahan sebagai media lukisannya. Ia harus melakukan inovasi lantaran penggemar lukisan di daerahnya, yakni Purwokerto, mulai bosan dengan lukisan cat air. Indikatornya, jumlah lukisan cat air karya Agus yang terjual terus berkurang.
Agus pun lantas memutuskan mengasah kemampuannya dengan hijrah ke kota Bandung. Di Kota Kembang ini, Agus berharap mampu mengasah kemampuannya. Banyak sanggar lukisan ia singgahi hingga ia kemudian memutuskan berguru di sanggar Olah Seni. Tak hanya belajar teknik melukis, Agus juga belajar melukis dengan berbagai media seperti kain perca.
Tak puas dengan kain perca, pria berusia 36 tahun ini lantas memilih untuk berkelana dengan tujuan menimba ilmu ke kota lain. Yogyakarta dan Solo sempat ia singgahi untuk mendongkrak kemampuannya melukis. "Dari sana, saya banyak memperoleh masukan dan teknik baru dalam melukis," ujarnya.
Pada tahun 2010, Agus memutuskan mencoba melukis dengan sabut kelapa. Ide ini muncul saat ia mendapati banyak sabut kelapa tak terpakai di sekitar rumahnya di Bandung.
Awalnya, Agus hanya mencoba-coba menempel sabut kelapa di lukisannya. Ternyata, gurat-gurat indah yang dihasilkan oleh sabut kelapa itu sangat mempesona. "Selain alami, sabut kelapa juga membuat lukisan hidup dan indah," ujarnya.
Dari lukisan sabut kelapa ini pula, kini Agus mampu mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Maklum, dalam seminggu, Agus bisa menjual lima lukisan sabut kelapa. Satu lukisan sabut kelapa ia jual dengan harga Rp 5 juta.
Pembelinya pun bukan hanya kolektor dari Kota Kembang, tapi juga beberapa wilayah lain. "Kami juga membuat untuk memenuhi pesanan ekspor ke Singapura dan Malaysia," ujar Agus bangga.
Menurut Agus, sejatinya, melukis dengan sabut kelapa sama dengan melukis dengan cat air, cat minyak, atau bahan apa saja. Yang terpenting dalam melukis dengan sabut kelapa ini adalah keuletan.
Agus memaparkan langkah-langkah pembuatan lukisan sabut kelapa. Satu lukisan dengan ukuran 120 cm X 140 cm membutuhkan minimal sabut dua butir kelapa.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat sketsa lukisan di atas kanvas. Selanjutnya, sabut kelapa yang sudah dibersihkan ditempel satu per satu sesuai sketsa. "Setelah itu, lukisan dijemur dan diwarnai sesuai dengan selera," ujar Agus berbagi ilmu.
Kendala melukis dengan sabut kelapa adalah cuaca. Saat musim hujan adalah masa-masa sulit bagi Agus yang saban hari mampu menyelesaikan satu lukisan berukuran 120 cm X 140 cm. Maklum, ia butuh waktu lebih lama untuk menjemur lukisannya.
Meski demikian, teknik melukis dengan sabut kelapa ini telah mendatangkan banyak rezeki bagi Agus. Apalagi, bapak satu anak ini bercerita, biaya melukis menggunakan sabut kelapa lebih murah ketimbang menggunakan cat minyak. Bila harus melukis menggunakan cat minyak, Agus bisa mengeluarkan biaya sampai Rp 1,5 juta untuk satu lukisan. "Kalau dengan sabut kelapa hanya Rp 300.000 untuk satu lukisan," ujarnya.
Agus yakin, penikmat lukisan unik ini akan terus bertambah. Apalagi, bahan dari kelapa itu juga ramah lingkungan. "Pasar lukisan sabut kelapa masih terbuka lebar," ujar Agus yang mengusung aliran abstak untuk lukisan sabut kelapanya. Selain pasar lokal, pasar ekspor pun masih menganga lebar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News