kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bahan bakar kompor berbentuk jeli bioetanol


Kamis, 22 Maret 2012 / 13:26 WIB
Bahan bakar kompor berbentuk jeli bioetanol
ILUSTRASI. Cukai Rokok. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/06/2020


Reporter: Eka Saputra | Editor: Tri Adi

Tak bisa dipungkiri, sumber energi fosil kini semakin langka dan mahal. Terbatasnya sumber energi fosil itu telah mendorong pengembangan sumber energi terbarukan. Contohnya, Ahmed Tessario yang menekuni usaha pemanfaatan bioetanol sebagai bahan pengganti spiritus untuk kompor pemanas makanan.

Pria asal Surabaya ini mengolah bioetanol cair menjadi berbentuk jeli. Bioetanol yang digunakan umumnya berbahan baku cassava atau molasses. Selanjutnya, bioetanol jeli itu dikemas dalam kaleng bekas.

Ia sengaja menggunakan kaleng bekas karena mengusung konsep ramah lingkungan. “Karena berbentuk jeli jadi lebih praktis, tidak mudah tumpah, apinya biru, dan lebih cepat panas,” kata Ahmed yang lulusan Institut Teknologi Surabaya itu.

Karena lebih cepat panas, ia mengklaim, produknya itu bisa menghemat energi sampai 30% dibandingkan dengan spiritus biasa. Ahmed memasarkan produk bioetanolnya itu dengan label green flame sejak pertengahan tahun silam di bawah bendera CV Joy Fresh International.

Dalam waktu singkat, produk buatannya itu kini mulai diterima pasar. Pelanggannya tersebar di beberapa daerah, mulai dari Padang, Yogyakarta, hingga Papua. Rata-rata pelanggannya adalah perusahaan penyedia jasa katering makanan, restoran, hotel, dan kelompok pecinta alam.

Ia membanderol jeli bioetanol berbobot 198 gram sekitar Rp 3.500-Rp 4.000 per kaleng. Selain itu, ia juga mengembangkan kompor kecil berlabel smart stove yang dijual Rp 35.000 per unit. Dalam sebulan, ia bisa menjual 15.000 kaleng green flame. Dari situ, omzetnya mencapai Rp 45 juta-Rp 50 juta per bulan, dengan laba sekitar 30%.

Usaha serupa juga ditekuni Arizal di Bekasi, Jawa Barat. Di bawah bendera usaha IRS'S, ia menawarkan sterno pasta sebagai bahan pengganti spiritus. Sterno pasta merupakan hasil fermentasi spiritus yang diklaim lebih praktis, aman dan hemat energi.

Pengembangannya dilakukan sekitar tahun 1995. "Jadi, kami melakukan semacam fermentasi dari spiritus, yang hasilnya berupa pasta itu. Pembakarannya tidak mengeluarkan asap dan tidak tumpah, sehingga aman untuk pemanas makanan," katanya.

Arizal membanderol sterno yang dikemas dalam kaleng sekitar Rp 2.000 per kaleng. Dalam sebulan ia bisa menjual rata-rata 25.000-50.000 kaleng. Jumlah pesanan berfluktuasi, tergantung pesanan. "Kadang satu bulan hanya 15.000 kaleng," tandasnya. Pelanggannya terutama sejumlah hotel di Jawa, Kalimantan, dan Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×