kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bakti ke publik lewat kelas fotografi gratis (3)


Kamis, 04 April 2013 / 11:38 WIB
Bakti ke publik lewat kelas fotografi gratis (3)
ILUSTRASI. Intip kurs dollar-rupiah di BRI jelang tengah hari ini, Rabu 3 November 2021. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/17/10/2017


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

Sosok Anton Ismael tak hanya semata-mata berpikir soal bisnis yang menguntungkan dirinya yang kini sudah mampu menghasilkan ratusan juta rupiah per bulan. Ia terpanggil untuk berbagi ilmu dengan masyarakat luas. Ia membuka pendidikan gratis fotografi yang ia namakan Kelas Pagi.

Kegiatan ini sudah dilakoninya sejak 2006 silam. Lantaran cukup banyak peminatnya, ia harus membatasi penerimaan siswa. Maklum, ia memanfaatkan salah satu ruang di studio Third eye Space miliknya. Penerimaan siswa baru Kelas Pagi hanya dilakukan setahun sekali lewat pengumuman di situs jejaring sosial.

Seluruh siswa akan diajari fotografi seminggu sekali. Kegiatan ini disebut Kelas Pagi, karena waktu belajarnya dimulai pukul 6 pagi hingga 11 siang. “Saya pilih pagi, supaya saya juga tetap bisa bekerja siang sampai malam," ujar Anton.

Setiap angkatan belajar teori dan praktik fotografi selama kurang lebih satu tahun. Sebagai aspek legalitas menggantikan ijazah, Anton mewajibkan siswa Kelas Pagi membuat pameran fotografi pada akhir tahun ajaran, sebagai tanda kelulusan.

Selain Anton, ia melibatkan rekan-rekan seprofesinya sebagai tenaga pengajar di Kelas Pagi. Bahkan, kata Anton, baru-baru ini, sutradara kawakan Riri Riza sempat menjadi salah satu pengajar.

Pria 38 tahun ini mengakui, minat masyarakat terhadap Kelas Pagi cukup tinggi. Calon siswa datang dari berbagai latar belakang, mulai dari wartawan, musisi, penulis, sampai seniman.

Wajar saja, Kelas Pagi tidak menetapkan syarat khusus bagi calon siswa. Bahkan, Anton tidak mewajibkan siswa memiliki kamera untuk bisa mengikuti Kelas Pagi. Bapak satu anak ini berujar, ia hanya mewajibkan siswa bisa bangun pagi supaya bisa mengikuti kelas tersebut. “Sejak 2006 sampai sekarang, total sudah ada 2.500 siswa. Sudah ada 7 angkatan,” ungkapnya.

Anton bilang, pendirian Kelas Pagi didasari dua hal. Pertama, ia memang senang bertemu banyak orang, sebab ia menganggap setiap orang adalah sumber informasi. Kedua, ia yakin pendidikan adalah hak setiap orang yang berduit maupun yang tidak berduit. “Kebetulan saya bisanya di fotografi. Ya, saya berbagi pendidikan di fotografi,” ucapnya.

Ia mengaku tidak takut akan lahir fotografer profesional dari Kelas Pagi, yang bisa menyaingi kemampuannya. "Sudah banyak siswa saya yang menjadi fotografer profesional, tapi tidak masalah bagi saya. Semua rezeki di tangan Yang Maha Kuasa," ujar Anton.

Ke depan, ia berharap bisa menemukan orang yang bisa ia percayai untuk mengelola Third Eye Space. Soalnya, ia punya rencana bisnis lain.

Saat ini, Anton memang sedang getol-getolnya belajar memasak. Nantinya, ia ingin bisa berkonsentrasi penuh pada hobi barunya itu, dan mempercayakan pekerjaan fotografi kepada orang kepercayaannya.

“Sekarang saya punya warung daging asap. Kecil-kecilan, baru punya satu karyawan. Tapi keuntungannya lumayan. Suatu hari saya ingin fokus di situ,” kata Anton. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×