Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi
Berkat mebel kayu jati kelas dua, Basuki Kurniawan sukses menyandang eksportir Usaha Kecil Menengah (UKM) berprestasi 2011. Ia membawa pulang penghargaan Primaniyarta Award 2011 dari Kementerian Perdagangan setelah menerobos pasar mebel di 74 negara dengan pertumbuhan nilai ekspor mencapai 1.661%.
Basuki Kurniawan adalah nama baru dalam deretan nama eksportir usaha kecil menengah (UKM) berprestasi di tahun 2011. Pemilik perusahaan mebel, PT Indoexim International itu membawa pulang penghargaan Primaniyarta Award 2011 dari Kementerian Perdagangan.
Penghargaan kepada Basuki itu diraih setelah ia sukses membawa produk UKM menerobos pasar ekspor ke mancanegara. Tidak hanya menerobos saja, Basuki juga mampu menorehkan pertumbuhan nilai eskpor yang spektakuler.
Tercatat sejak tahun 2006 sampai 2011, Basuki melipatgandakan nilai ekspornya hingga 1.661%. Ia berhasil mengenjot nilai ekspornya dari US$ 176.518,16 di tahun 2006 menjadi US$ 3.109.263,97 pada tahun 2011.
Ekspor itu tidak hanya untuk satu negara saja, ia mengekspor produk mebel kayu jati itu hingga ke 74 negara di lima benua. Kini ia sudah mengandeng 259 perusahaan menjadi pelanggan mebel kayu itu.
Pangsa terbesar Basuki saat ini adalah: Eropa (74%), Asia (13%), Amerika Serikat (8,3%), Afrika (3,6%.) dan Australia (1,3%).
Untuk merealisasikan ekspor itu, pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu memilih produk mebel dari kayu jati. Ia menilai, kayu jati merupakan produk khas Indonesia yang punya potensi pasar menggiurkan di mancanegara.
Melihat peluang itulah Basuki menggarap serius ekspor mebel kayu jati itu sejak tahun 2006. Ia memulainya dengan mendirikan PT Indoexim International, kini berkantor di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Sayangnya, Basuki enggan menyebut modal mendirikan perusahaan tersebut.
Pertama kali merintis ekspor, Basuki mengirim mebel kayu jati kualitas super atau jati berkualitas terbaik. Namun karena harganya mahal, mebel dari kayu jati terbaik itu pun sepi pembeli. "Apalagi saingan saya juga sudah cukup banyak," terang Basuki.
Hingga suatu saat Basuki datang ke Bali, disana ia menyaksikan banyak mebel kayu jati kelas dua buatan perajin di Bali. Saat itulah ia tebersit untuk mengekspor mebel kayu jati kelas dua. "Harga mebel kayu jati kelas dua setengah harga mebel kayu jati kualitas terbaik," kata Basuki.
Menurut Basuki, selama ini banyak penilaian kayu jati kelas dua hanya cocok untuk pasar dalam negeri. Namun Basuki membatah hal itu, ia membuktikan kayu jati kelas dua pun laris manis di pasar global. "Kayu jati tetaplah jati, kenapa mesti dibeda-bedakan," tegasnya.
Pertama kali merintis ekspor mebel kayu jati kelas dua itu, Basuki memanfaatkan produk kayu jati milik perajin jati di Jepara. Setelah sukses mendapatkan pembeli, barulah Basuki memutuskan membuka workshop sendiri.
Hingga kini Basuki memiliki 65 orang pekerja harian dan 302 perajin yang tersebar di Jepara, Semarang, Kudus, dan Blora. "Perajin itu seperti keluarga bagi saya, apalagi kami saling membutuhkan," terang Basuki.
Lewat tangan perajin itulah Basuki sukses menjadi eksportir mebel jati. Ia memiliki produk mebel indoor maupun outdoor seperti: meja, kursi, tempat tidur, lemari, mini bar, kursi pantai dan produk mebel lainnnya. Dari perajin itu juga Basuki mampu memproduksi 40 kontainer mebel kayu jati per bulan.
Tidak mudah bagi Basuki untuk mendapatkan banyak pelanggan di mancanegera. Ia ternyata harus bekerja keras mengikuti pameran, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
Pameran dalam negeri yang ikuti adalah: Trade Expo Indonesia (TEI) dan International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA). Untuk pameran luar negeri yang diikuti adalah: International Furniture Fair Singapore (AFFS), Spoga Fair di Koln, Jerman, WMCLV di Las Vegas, China International Furniture Fair di Guangzhou dan Korea International Furniture. "Saya mesti rajin keluar negeri untuk mengikuti tren mebel global," ungkap Basuki.
Untuk mencari pelanggan di mancanegara, Basuki memiliki trik khusus. Ia mencari pembeli yang merupakan pedagang mebel ritel walaupun skalanya kecil. "Lebih baik punya mitra kecil, tapi jumlah mereka itu banyak," ungkap Basuki.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News