Reporter: Epung Saepudin | Editor: Tri Adi
Asal punya keahlian dan keberanian, bisnis tak perlu modal besar. Ini dibuktikan oleh Jesscica Febiani yang sukses mengembangkan bisnis pakaian merek Moretosee. Produknya tersebar sampai negara lain dengan memanfaatkan jejaring sosial.
Muda berani memulai usaha, tua kaya raya. Mungkin, semboyan inilah yang mendorong Jessica Febiani merintis bisnis sejak usia belia. Ya, ia sukses sejak usia muda. Di usia 22 tahun, ia sudah memiliki bisnis butik pakaian dan sepatu dengan pendapatan mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
Pemilik label dan butik Moretosee ini sudah memiliki beberapa gerai di Bandung dan Jakarta. Bisnisnya juga sudah meluas sampai ke negara tetangga, seperti Malaysia. Dari modal awal yang hanya sebesar Rp 1,5 juta, kini, omzet Jessica mencapai lebih dari Rp 100 juta per bulan.
Saat ini, Moretosee sudah mempekerjakan sebanyak 50 karyawan, mulai penjahit, pembuat pola, bagian finishing, dan pemasaran. Moretosee antara lain memproduksi sepatu, tas, beauty case, dan busana. “Boleh dibilang, bisnis saya dimulai ketika kelas dua SMA,” ujar Jessica yang pernah menggelar show tunggal produk Moretosee di Belezza, Permata Hijau, Jakarta Selatan.
Terlahir dari keluarga yang jauh dari bidang seni, ibu pegawai BUMN dan ayah seorang konsultan Teknologi informasi, Jessica memulai bisnis secara otodidak. Semua berawal dari kegemarannya membaca buku tentang pemasaran, mode, dan produksi. Ia juga hobi menggambar pola sejak masih bersekolah di SMPN 17 Denpasar, Bali. Ia memajang hasilnya di majalah sekolah dan sesekali dikirim ke koran daerah.
Ternyata, banyak yang menyukai desain dan kreasi pola baju Jessica. Alhasil, sejak SMP, ia sudah menerima pesanan untuk mendesain pola baju. Bahkan, ia sering diminta sekaligus menjahit gambar desain baju itu menjadi pakaian. “Ternyata, selalu terjual habis,” ujar dara kelahiran Denpasar, 20 Februari 1989 itu mengenang.
Saat meneruskan sekolah di SMAN 17, Bandung, bakat Jessica ini semakin terasah. Di kota Kembang ini, insting bisnis dan keseriusannya mendalami fashion semakin besar. Pasalnya, ia lebih mudah mendapatkan bahan baku tekstil, kulit, dan berdiskusi dengan beberapa desainer.
Dengan modal dari keluarga, di Bandung, Jessica mulai membuka toko Moretosee pertama pada tahun 2005. Awalnya, ia hanya menjual baju dan tas seperti ankle boots, sepatu boot semata kaki dari bahan swead, sepatu kulit, dan sepatu pesta. Setelah sukses di Bandung, mulai tahun 2006, ia mulai menggarap pasar Jakarta dengan membuka dua toko di Tebet dan Mal Thamrin City.
Selain lewat toko, Jessica juga menawarkan produk melalui internet, khususnya jejaring sosial seperti Friendster, Facebook, Blog, dan Twitter. Menurutnya, model penawaran online memiliki efek berantai (word of mouth). “Satu orang puas, kesan itu akan terus menyebar,” ujarnya. Cara ini membuatnya mudah menjaring konsumen sehingga barang dagangan Jessica cepat habis.
Jessica mengaku memakai merek Moretosee dengan maksud produk yang ia bikin akan selalu memiliki model atau corak baru. Sehingga, konsumen tidak akan bosan untuk terus mencari apa yang terbaru di Moretosee. “Makin banyak pilihan untuk konsumen,” ujar mahasiswa Universitas Bina Nusantara, Jakarta, ini.
Andalkan internet
Melalui penawaran lewat internet, Jessica juga banyak mendapat pembeli dari luar negeri. Dari situ, ia juga berkenalan dan mengajak kerja sama pemasaran. Kini, ia memiliki distributor tetap di Malaysia, Australia, Belanda, Jerman, Singapura, dan Brunei Darussalam. “Pasar paling bagus sekarang adalah Belanda,” katanya.
Harga produk sepatu dan pakaian Moretosee berkisar Rp 150.000- Rp 400.000. Jessica menilai, harga itu terhitung murah jika dibandingkan dengan bahan baku, model, dan jahitan. “Buat saya, kualitas selalu nomor satu,” tuturnya.
Kini, meski pasar terus membesar, Jessica tetap memilih Bandung sebagai workshop untuk merancang berbagai produk Moretosee. Saat ini, produksi tiap bulan mencapai 200 potong pakaian, belum termasuk sepatu dan aksesori lain.
Moretosee makin dikenal lantaran Jessica sering ikut pameran, baik di dalam maupun luar negeri. Ia pernah ikut pameran di Belanda atas undangan Kementerian Luar Negeri. Ia juga sering ikut pameran yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri, Kemnakertrans, dan Mahkamah Agung.
Target pasar produk Moretosee adalah wanita yang ingin tampil modis. Jessica mengaku, ide desain produk justru sering berasal dari masukan pelanggan. Orang menyukai lantaran produk Moretosee tidak dibuat secara massal. “Ini memberi kesan eksklusif,” tuturnya.
Selain mematangkan bisnis dengan membuka pasar baru, Jessica juga terus berinovasi. Saat ini, ia juga terus mempertajam ilmu bisnis dengan mengambil dua bidang studi sekaligus di Universitas Binus, yakni manajemen dan teknologi informasi. “Bisnis harus mengalami peningkatan berkelanjutan dengan baik,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News