kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.764.000   -15.000   -0,84%
  • USD/IDR 16.505   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.258   -123,50   -1,94%
  • KOMPAS100 886   -22,04   -2,43%
  • LQ45 692   -18,18   -2,56%
  • ISSI 198   -4,07   -2,02%
  • IDX30 362   -8,54   -2,31%
  • IDXHIDIV20 438   -7,77   -1,74%
  • IDX80 100   -2,74   -2,66%
  • IDXV30 107   -0,87   -0,81%
  • IDXQ30 119   -2,62   -2,16%

Berkreasi Lewat Motif Lokal dan Sampah


Sabtu, 22 Maret 2025 / 05:10 WIB
Berkreasi Lewat Motif Lokal dan Sampah
ILUSTRASI. Penjualan produk Sejauh Mata Memandang dalam gerai pop up di mal PIM 3, Jakarta, Senin (17/3/2025). KONTAN/Vatrischa Putri


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. inovasi. Menjadi kata kunci bagi sebuah usaha untuk bisa terus eksis. Inilah yang menjadi fokus perhatian bagi Sejauh Mata Memandang, salah satu label fesyen lokal yang masih berdiri hingga saat ini. 

Maklum label ini berdiri sudah sejak 2014. Fokus perhatiannya adalah membuat produk fesyen dengan corak kental motif lokal. Yang menjadi pembeda Sejauh Mata Memandang adalah asal bahan bakunya, baik itu  untuk pakaian dan aksesori lainnya, terutama selendang dan scarf (syal).

Menurut Chitra Subyakto, pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, bahan baku dari produknya terbuat dari bahan-bahan alami yang bisa didaur ulang.

Kemudian proses pembuatan produknya, menurut Chitra sudah dipersiapkan secara matang. Mulai dari hulu sampai ke hilir dengan metode sirkular atau yang memperhatikan kondisi sekitarnya.

Intinya adalah, Chitra tidak ingin bahan baku untuk membuat beragam produk selendang, syal dan lainnya ada yang tersisa, atau terbuang percuma. 

Baca Juga: Menjaring Fulus dari Produk Fesyen Syari

Selain itu, dirinya juga memanfaatkan bahan baku dan pekerja lokal di dalam setiap proses produksi. Mulai dari produksi benang yang menjadi kain, lantas proses pewarnaannya hingga pemberian motif. 

"Kami menggunakan bahan baku alami, seperti katun, rami, linen atau tencel. Dan bahan baku yang kami pakai itu bisa hancur dengan sendirinya," tuturnya kepada KONTAN, Senin (17/3).

Inilah, yang menurut Chitra menjadi salah satu keunggulan dari Sejauh Mata Memandang, Kalaupun nantinya konsumen, katakanlah tidak butuh lagi produk yang dibeli darinya, maka si konsumen bisa menguburkan saja produk mereka di dalam tanah.

"Nantinya produk tersebut akan terurai dengan sendirinya," klaimnya.

Baca Juga: Potensi Industri Fesyen Lokal Menjangkau Pasar Global

Selain bahan baku yang diklaim ramah lingkungan, Chitra juga berupaya membuat motif yang dekat dengan lingkungan sekitar. Misalnya saja motif mangkuk ayam yang akrab di kalangan penyuka kuliner, kemudian juga ada motif ombak laut, hingga motif timun mas. 

"Jadi motif-motif tersebut sebenarnya cukup personal. Saya ingin kain (bermotif) itu punya ceritanya dan masih bisa relatable dengan jaman sekarang," jelasnya.

Untuk bisa merealisasikan produk Sejauh Mata Memandang, Chitra mengaku sudah menjalin kerjasama dengan para perajin di daerah-daerah. Misalnya saja untuk penenun kain berasal dari Pekalongan dan ada juga dari Tuban, Jawa Timur. 

Kemudian untuk bisa mendapatkan kain rami dirinya berkolaborasi dengan petani kapas di Wonosobo, Jawa Tengah. Untuk urusan pewarnaan produk, Chitra mendapatinya di Temanggung.

"Kami bermitra dengan artisan-artisan di Indonesia,” tambahnya.

Sayang, Chitra tak merinci hasil bisnisnya. Yang jelas dirinya bakal terus berinovasi dan tengah berupaya mendapatkan bahan baku dari sampah. Misal bikin jaket kulit dari ampas kopi.

Selanjutnya: Mewaspadai Korupsi pada Transisi Energi

Menarik Dibaca: Promo JSM Alfamart 21-23 Maret 2025, Astor-Roma Kelapa Harga Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×