Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Kerang darah merupakan salah satu sumber protein hewani. Keunggulan kerang ini, harganya lebih murah dibandingkan dengan makanan laut lain, seperti udang dan kepiting. Meningkatnya kebutuhan hewan laut ini membuatnya marak dibudidayakan.
Kerang darah yang memiliki nama latin Anadara granosa merupakan salah satu kerang yang bisa dikonsumsi. Daging kerang ini berwarna merah, sehingga disebut kerang merah atau kerang darah. Kerang jenis ini banyak ditemukan di laut dangkal.
Di tanah air, permintaan kerang merah tergolong stabil. Permintaannya terutama datang dari restoran makanan laut (seafood). Namun belakangan, permintaan kerang merah juga datang dari kalangan rumahtangga.
Kondisi ini mendorong sejumlah pelaku usaha tertarik berbisnis kerang darah. Salah satunya Wedy Andro, pemilik usaha PD Andro Marine di Jakarta. Menurut Andro, setiap hari dia bisa memasok sekitar 30 kilogram (kg) kerang darah. Namun, dia tidak membudidayakan kerang darah. Selama ini Andro mendapatkan pasokan dari nelayan. "Saya mendapatkan pasokan kerang darah dari Tangerang dan Cirebon," kata dia.
Andro menambahkan, setiap hari ada saja pasokan kerang darah dari berbagai daerah. Dalam sebulan, dia bisa memasok kerang darah hingga 900 kg dengan harga rata-rata Rp 10.000 per kg.
Dia biasa menjual kerang darah yang memiliki kulit cangkang berwarna cokelat kehitaman. Biasanya, kerang darah ini berukuran antara dua hingga tiga centimenter (cm), yang merupakan ukuran standar. "Bahkan sekarang yang kecil-kecil juga diambil," katanya. Ada juga kerang darah berukuran 5 cm. Namun, menurut Andro, kerang berukuran besar kurang disukai konsumen.
Selain kerang darah, dia juga memasok berbagai kerang lain. Misalnya kerang hijau, kerang bambu, dan kerang kampa. "Total omzet dari penjualan kerang ini Rp 100 juta setiap bulan," ungkapnya.
Andro mengaku beruntung berbisnis kerang darah. Maklum, selama ini harganya di pasaran cenderung stabil. Hanya, ketika cuaca tidak bagus, harga kerang ini bisa naik. Namun, saat cuaca sudah membaik, harga ikut turun.
Pemain lain di bisnis ini adalah Rudi Hartono, pemilik CV Agrobis Indonesia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam sehari, dia memasok kerang darah hingga 1 ton. Dia mendapatkan pasokan dari pembudidaya kerang darah di Yogyakarta dan nelayan di Banjarmasin serta Lampung.
Selama ini Rudi lebih banyak menjual kerang darah untuk tujuan ekspor, terutama ke Jepang. "Setiap bulan kami bisa mengirim lima hingga enam kali dengan jumlah pengiriman minimal 500 kg," kata dia.
Dengan jumlah pengiriman sebanyak itu, Rudi mengklaim bisa mencapai penjualan Rp 1,5 miliar dari pasar ekspor setiap bulannya. "Untuk pasar ekspor ini harganya spesial," katanya.
Untuk pasar ekspor, Rudi mematok harga jual sebesar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per kg. Untuk pasar domestik sekitar Rp 15.000 per kg.
Rudi biasa menjual kerang darah berukuran 2 cm hingga 3 cm. Dengan ukuran sebesar itu, satu kilogram berisi 25 hingga 30 kerang. Jika ukuran kerang lebih besar, konsumen hanya bisa mendapatkan separuh dari jumlah itu.
Kebutuhan kerang darah yang besar membuat para pebisnis kerang darah, seperti Andro dan Rudi, mulai membudidayakan hewan ini. Lokasi pesisir menjadi lahan yang pas untuk budidaya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News