Reporter: Dessy Rosalina, Harris Hadinata | Editor: Tri Adi
Selama orang sakit ingin sehat dan orang sehat ingin tetap bugar, prospek bisnis kesehatan cerah. Namun, pemain bisnis kesehatan sudah ramai. Risikonya, margin bisa tergerus jika perang harga. Layanan menjadi kunci untuk bertahan.
Bagi manusia normal, kesehatan adalah hal terpenting. Nah, selama anggapan ini masih berlaku, bisnis kesehatan bakal tumbuh subur. Potensi bisnis kesehatan pun tak bakal padam di Indonesia. Soalnya, tak cuma orang sakit yang menjadi pangsa pasar bisnis kesehatan. Orang sehat pun membutuhkan jasa kesehatan agar stamina tetap terjaga. Itu artinya, sekitar 240 juta jiwa penduduk Indonesia bisa jadi target bisnis kesehatan.
Lantaran dianggap sebagai hal penting, bisnis kesehatan tumbuh pesat. Konsultan bisnis Henky Eko Sriyantono mengatakan, pertumbuhan bisnis bidang kesehatan berkisar 50% saban tahun. "Bahkan, bisnis ini bisa meningkat hingga 100% dalam setahun," tandasnya.
Konsultan bisnis Daniel Saputro menyebut, bisnis kesehatan yang berprospek cerah tahun ini, antara lain pijat refleksi dan pusat kebugaran. Penyakit punggung yang merupakan penyakit kedua terbanyak di Indonesia membuat bisnis pijat memiliki pangsa pasar yang besar. Masyarakat kelas menengah yang bertambah 50% pun ikut menopang pertumbuhan bisnis pijat. "Sekarang biaya pijat Rp 50.000 dianggap murah," ujar dia.
Senada, pemilik jaringan Omah Refleksi, Zaenal Mahasin, menilai, jalanan macet dan tingkat stres yang tinggi menjadi lahan bagi pertumbuhan bisnis pijat. Perubahan gaya hidup pun bisa menopang pertumbuhan bisnis fitness center. Di kota besar, seusai jam kantor, orang mulai terbiasa menghabiskan waktu di gym daripada terjebak macet. Apalagi, tubuh yang langsing dan six pack masih menjadi idaman banyak orang.
Sementara itu, bisnis klinik kesehatan bisa tetap tumbuh meski tidak semenarik bisnis pijat dan gym. Daniel menilai, klinik kesehatan perlu inovasi layanan. Bahkan, klinik kesehatan harus menciptakan pasar. Klinik harus lebih gencar melakukan sosialisasi isu kesehatan tertentu untuk menciptakan pasar. Misal, edukasi tentang kanker serviks. Jika masyarakat melek isu ini, vaksin kanker serviks pasti laris manis.
Adapun bisnis apotek diprediksi Daniel bakal stagnan. Sebab, bisnis apotek menghadapi pesaing yang datang dari pemodal besar. Misal, Guardian yang merupakan jaringan toko kesehatan sekaligus kecantikan. "Bisnis apotek di perumahan tidak lagi menarik karena kini orang lebih suka beli obat di mal," ujar dia.
Jeli membidik pasar khusus
Meski prospek cerah, kompetisi pun kiat ketat. Lihat saja, bisnis pijat refleksi, klinik kesehatan, hingga fitness center kini mudah ditemukan hingga ke sudut-sudut daerah. Pemilik Mitra Laboratorium Klinik Silvan Prayogo mengakui,
klinik kesehatan sudah memasuki titik jenuh, khususnya di kota besar. "Semua dokter yang baru lulus ingin buka klinik. Pemainnya sangat banyak sekarang," ujar dia.
Tantangan lain bisnis klinik kesehatan adalah tren teknologi yang semakin canggih. Silvan bilang, dahulu kala pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan sebagainya harus dilakukan di laboratorium. Kini, layanan kesehatan semacam itu tersedia di banyak pusat perbelanjaan.
Daniel menyatakan, diferensiasi produk atau layanan menjadi kunci untuk memenangkan persaingan yang ketat. Ambil contoh layanan Nano Healthy Family. Pijat refleksi di Pluit, Jakarta Barat, ini memberikan minuman jahe gratis bagi pelanggan pijat.
Senada, Silvan menyatakan, kliniknya tidak lagi mengandalkan pemeriksaan kesehatan standar. Mitra Lab kini menyodorkan dua layanan kesehatan yang berbeda dari klinik umumnya. Pertama, Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT), yakni terapi khusus untuk menghilangkan nyeri pada persendian. Kedua, penyembuhan wasir tanpa operasi. "Dua layanan ini sukses mendatangkan pasien dari luar kota," ujarnya.
Akibat ketatnya kompetisi, para pelaku bisnis kesehatan mengakui ada penurunan margin. Zaenal mengaku, margin Omah Refleksi yang kini 30% bisa menyusut jika mesti banting harga. Adapun Silvan bilang, margin pemeriksaan kesehatan standar turun 40% dalam dua tahun terakhir.
Daniel bilang, margin normal bisnis kesehatan di atas 20%. Jika ingin margin lebih tinggi, dia menyarankan agar membidik pasar premium. Di pasar ini, harga tak jadi soal dan pesaing belum banyak. Tapi, ingat, Anda mesti punya bekal pengetahuan tentang kesehatan. "Kalau coba-coba akibatnya bisa berbahaya karena menyangkut kesehatan," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News