kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis lampu dekorasi, Yully bermodalkan Rp 6 juta


Jumat, 19 Juni 2015 / 13:06 WIB
Bisnis lampu dekorasi, Yully bermodalkan Rp 6 juta


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Hendra Gunawan

Yully Widianto tumbuh di antara keluarga yang menyukai bidang seni. Itu sebabnya sejak kecil dia sudah tertarik dengan bidang ini terutama seni lukis. Setelah pulang sekolah, Yully sering mendatangi toko buku dan senang melihat-lihat buku desain seni interior. Dia pun gemar melihat-lihat gambar di internet mengenai seni interior rumah.

Tak puas melihat-lihat, ia pun mengaplikasikan hobi di bidang seni dalam bentuk lukisan. Darah seni yang mengalir dalam dirinya inilah yang membuatnya tertarik memperdalam ilmu seni dengan menempuh pendidikan di Modern School of Design (MSD), Yogyakarta.

Yully sempat memiliki galeri lukis di dekat rumahnya. Dia pernah menjual lukisan di bahan kulit dan jaket pada tahun 1996 hingga 1997 di Malioboro, Yogyakarta. Dari situ ia pun memiliki ide untuk ikut pameran seni di beberapa tempat.

Pameran seni pertama kali yang diikutinya di Ancol tahun 1997 sampai 1998. Dari pameran tersebut dia mendapatkan ide untuk menciptakan barang interior rumah dengan desain dan bahan yang kreatif. Yully mencoba membuat lampu dekorasi dengan bahan-bahan baku dari alam.  

Dengan modal hasil lukisan yang dijual di Malioboro, tabungan dan pinjaman dana dari BUMN sebesar Rp 6 juta, ia pun mantap untuk membangun usaha barang dekorasi rumah di Yogyakarta. Bahan baku yang dia gunakan terus berkembang mengikuti perkembangan. Dia pernah membuat lampu dekorasi dari bahan pasir pantai, serbuk batu, pasir besi, bambu, rotan, kayu jati, kayu manis hingga kerang simping

Sambil menciptakan barang-barang seperti meja, kursi, cermin dan lampu rumah, pria yang telah memiliki dua anak ini pun aktif mengikuti beberapa pameran yang ditawarkan oleh Pemerintah kota setempat.

Menjadi perajin sekaligus pengusaha interior rumah, Yully bercerita bahwa produk buatannya pernah ditolak oleh beberapa galeri di Jakarta. Dia juga sempat mendapatkan konsumen yang tidak kooperatif. "Ada gelari-galeri yang susah untuk melakukan pembayaran sehingga pemasukan menjadi tertunda," kata dia.

Namun lambat laun produknya mulai dilirik oleh pasar. Berawal dari keikutsertaannya mengikuti pameran kerajinan tangan di Dubai yang diselenggarakan oleh pemerintah, Yully bisa mendapatkan kesempatan memamerkan produknya kepada pembeli di luar negeri.

Respons pembeli dari Timur Tengah ternyata cukup baik. Produknya disukai dan mulai dikenal. Yully juga sempat mengikuti pameran-pameran lainnya di luar negeri. Itulah yang membuka jalan baginya untuk memasarkan produknya di luar negeri. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×