kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis warnet masih tetap prospektif


Senin, 22 November 2010 / 13:39 WIB
Bisnis warnet masih tetap prospektif
ILUSTRASI. Wisatawan asing di Candi Prambanan


Reporter: Fahriyadi, Rizki Caturini, Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Dalam era keterbukaan informasi, kehadiran internet mutlak untuk mempermudah dan menunjang pelbagai pekerjaan dan kegiatan. Tak heran, warung internet alias warnet terus bermunculan terutama di kota-kota besar semacam Jakarta dan Surabaya.

Jaringan warnet ada yang tumbuh melalui sistem waralaba, yang dalam beberapa tahun terakhir terus bermunculan, meski jumlah pertambahan gerai boleh dibilang tidak terlalu signifikan.

Meski begitu, dengan makin berkembangnya teknologi informasi dan kebutuhan orang untuk berselancar di dunia maya, waralaba jaringan internet masih cukup punya prospektif. Apalagi, bermain internet bukan monopoli orang berduit saja. Yang berkantong pas-pasan pun tetap bisa menikmati teknologi ini dengan datang ke warnet.

Berikut perkembangan sejumlah usaha warnet yang menawarkan waralaba:


Multiplus

Multiplus merupakan jaringan internet dengan format pusat layanan bisnis alias business service center. Bisnis tersebut satu paket dengan setidaknya 10 usaha lainnya, seperti warung telekomunikasi (wartel), benda-benda pos, jasa pengiriman, fotokopi, sewa kotak surat, biro iklan, hingga penjualan alat tulis dan tiket pesawat terbang.

Mulai beroperasi pada 1999 lalu di daerah Karawaci, Tangerang, saat ini Multiplus memiliki 72 gerai yang tersebar di 17 kota di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut menurun dibandingkan 2007 yang mencapai 85 gerai.

Menurut Djunaidi Atmodjo, Product Development Manager Multiplus, penyusutan jumlah gerai tersebut bukan lantaran tutup. Tapi, Multiplus memberikan kebebasan kepada mitranya untuk membuat merek dagang sendiri setelah kontrak kerjasama berakhir. "Jadi, dapat dikatakan kami memberikan pembelajaran manajemen pengelolaan di usaha ini," katanya.

Nah, jumlah gerai Multiplus berkurang karena ada mitra yang pisah kongsi setelah kerjasama berakhir dengan membuat merek sendiri.

Memang, Djunaidi mengungkapkan, permintaan untuk menjadi mitra tidak sebanyak pada 2004-2005 lalu. Bahkan, saat ini, gerai mitra bisa menyediakan 20 komputer. Akibat minat berbisnis warnet yang sedikit menurun, kini Multiplus hanya menyiapkan 10 komputer saja.

Saat ini, kontribusi warung internet terhadap total omzet gerai Multiplus kurang dari 20%. Usaha percetakan dan fotokopi memberi sumbangan paling besar dari sisi pendapatan Multiplus. Sementara itu, usaha wartel sudah dicoret sejak 2007.

Paket investasi waralaba yang ditawarkan Multiplus sekarang sekitar Rp 450 juta-Rp 500 juta. Nilai tersebut sudah termasuk franchise fee selama 5 tahun dan peralatan. Omzet yang bisa dikantongi tiap gerai mencapai Rp 60 juta- Rp 100 juta per bulan. "Tergantung dari lokasi dan kawasan yang dipilih oleh mitra," ucap Djunaidi.


Kubus

Warnet Kubus berada di bawah bendera CV Agni Biru yang beroperasi sejak 1997 silam. Setelah tujuh tahun beroperasi, warnet ini menambah layanan baru, yaitu game online yang belakangan makin digandrungi.

Sejak awal 2008, Agni Biru mulai menawarkan sistem kerjasama kemitraan kepada masyarakat. Pada Februari 2008, Kubus telah memiliki enam gerai yang semuanya berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Perkembangan yang pesat tersebut tidak diikuti di bulan-bulan berikutnya.

Kini, gerai Kubus hanya bertambah satu yang juga berlokasi di Bandung. Lima di antaranya adalah cabang dan dua sisanya milik mitra. "Dua mitra kami berada di daerah Merdeka dan Padasuka," ujar Dadi Sugiana, Managing Director Agni Biru.

Dadi mengklaim bahwa sebetulnya banyak yang mengajukan diri menjadi mitra. Tapi, Dadi menilai banyak persyaratan yang belum dipenuhi oleh para calon mitra. Misalnya, calon mitra sudah memiliki tempat namun modalnya yang belum cukup atau pun sebaliknya. Nah, ini yang membuat perkembangan gerai Kubus berjalan sangat lambat bak siput.

Ke depan, Dadi bilang, perusahaannya akan mengubah aturan main soal modal awal menjadi mitra, bahkan kalau perlu bisa dinegosiasikan dengan calon investor.

Hingga kini, Agni biru masih menawarkan tiga paket investasi kemitraan dengan modal awal yang bervariasi.

Paket pertama, dengan biaya franchise sebesar Rp 40 juta dan modal awal Rp 325 juta hingga Rp 400 juta. Paket kedua, biaya franchise Rp 60 juta dengan modal awal Rp 425juta hingga Rp 500 juta. Paket ketiga, biaya franchise Rp 80 juta dan modal awal minimal Rp 500 juta. "Modal awal ini yang bisa berkurang jika modal dari calon mitra terbatas," ungkap Dadi.

Syarat lain menjadi mitra Kubus: memiliki lokasi usaha yang strategis. Dadi menyarankan, lokasi warnet ada di sekitar kampus atau pusat perbelanjaan.

Dadi mencontohkan, untuk simulasi usaha paket pertama, mitra bisa balik modal sekitar 1,5 hingga 2 tahun. Dengan catatan, omzet mitra mencapai Rp 45 juta per bulan.

Agni Biru saat ini juga sedang menawarkan kerjasama kemitraan dengan pihak universitas. Melalu pembaharuan manajemen seperti ini, Dadi berharap Kubus bisa mengembangkan usaha yang tak hanya sebatas di Bandung.


Warnet Gue

Menjelang akhir tahun ini omzet Warnet Gue cenderung stabil. Tidak ada peningkatan yang signifikan pada penghasilan. Tapi, jumlah mitra Warnet Gue bertambah, dari sebelumnya 16 mitra pada pertegahan 2010 menjadi 18 mitra yang tersebar di Jabodetabek plus Serang dan Bali.

Omzet yang statis tersebut, Salman, pemilik Warnet Gue, mengungkapkan, karena makin banyaknya pesaing warung internet di sekitar lokasi gerai miliknya dan kepunyaan mitra Warnet Gue.

Salman menuturkan, waralaaba yang ditawarkan Warnet Gue terbilang lebih baik dan memiliki keunggulan ketimbang para pesaing. Selain investasi yang cukup murah, Warnet Gue yang beroperasi sejak 2004 lalu juga tidak memungut royalty fee.

Itu sebabnya, permintaan untuk menjadi mitra terus mengalir. Walau banyak yang sudah mengajukan diri termasuk Kalimantan, Salman belum bisa meluluskan semua permohonan untuk menjadi mitra Warnet Gue. Salah satu alasannya, lokasinya yang jauh dan perlu survei terlebih dahulu agar usaha Warnet Gue di daerah tersebut bisa berkembang bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×