Reporter: Melati Amaya Dori | Editor: Tri Adi
Pasar perabot bayi di dalam negeri cukup luas dan kuat. Inilah peluang yang dilirik Iwan Suhermin. Banting setir dari bisnis teknologi informasi (TI), dia mengembangkan bisnis ranjang bayi Babybelle. Kini, produknya telah tersebar ke berbagai kota di Indonesia.
Kebanyakan orang mempunyai mimpi memiliki usaha sendiri. Ya, dengan usaha sendiri, mereka berharap bisa mengembangkan potensi dan kemampuan lebih maksimal. Berbagai tantangan pun menjadi pelajaran berharga dan membuat mereka menjadi lebih dewasa.
Iwan Suhermin membuktikannya. Tujuh tahun menjadi karyawan salah satu perusahaan teknologi informasi (TI), Iwan akhirnya berketetapan untuk memulai usaha sendiri. “Sejak dulu, saya memang ingin berwirausaha, namun masih bingung menemukan bidang usaha yang sesuai,” kenang pria yang sejak muda memiliki ketertarikan pada dunia TI ini.
Hingga akhirnya, pria 36 tahun ini melirik peluang bisnis ranjang bayi pada 2007. Namun, pilihan berbisnis furnitur bayi ini juga tak datang secara tiba-tiba. Ide bisnis ini datang dari sang istri, Daisy Natalia, yang telah lama bergelut di usaha furnitur milik orang tuanya.
Iwan mengaku tertarik untuk mengisi pasar perabot bayi lantaran peluang pasarnya masih terbuka lebar. “Jumlah pemainnya belum banyak dan pasarnya sangat luas karena setiap hari pasti ada bayi yang lahir,” jelas pria yang pernah menimba ilmu di Oklahoma State University, Amerika Serikat ini.
Bermodal tabungannya, Iwan pun segera membangun bisnisnya sendiri. Ia membidik pasar kelas atas untuk memasarkan produk ranjang bayi dengan merek Babybelle. “Konsumen saya adalah orang tua yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan produk untuk buah hati mereka,” tutur dia. Dari situ, Iwan pun berkomitmen untuk membuat perabot bayi berbahan kayu, yang aman dan tahan lama.
Awalnya, Iwan memang belum memiliki pabrik sendiri. Saat merintis usaha ini, ia menjalin kerja sama dengan para perajin furnitur. “Tapi, kami mendesain sendiri koleksi ranjang bayi, hasil dari berbagai riset yang dilakukan,” kata Iwan. Tak jarang, ia meniru desain yang sudah ada, dan dibedakan dengan beberapa modifikasi.
Jaringan perajin mebel yang kuat merupakan modal pertama Iwan dan istrinya untuk bisa bertahan di bisnis tempat tidur bayi. Maklum, sebagai pendatang baru, ia harus pandai menyisir pasar, menghadapi pemain lama yang produknya sudah melekat di hati konsumen.
Inovasi produk
Saat membuka showroom pertamanya, di Ruko Mutiara, Jakarta Barat, Iwan baru memajang empat produk Babybelle, yang terdiri dari ranjang dan lemari bayi. “Saat itu, penjualan kami masih berkisar antara enam hingga tujuh item setiap bulan,” kata Iwan.
Untuk merebut perhatian pasar, Iwan pun melakukan inovasi desain. Pengalaman hidup di luar negeri cukup membantu Iwan dalam menggali ide desain ranjang baru.
Iwan pun membuat ranjang bayi yang bisa dikonversi menjadi tempat tidur berukuran anak hingga orang dewasa. “Ranjang Babybelle bisa diubah menjadi sepanjang dua meteran,” kata Iwan. Karena ranjangnya menggunakan kayu solid sebagai bahan baku, tidak ada masalah jika beban di atasnya bertambah berat. Berkat inovasi ini, penjualan Babybelle pelan-pelan terus meningkat.
Namun, tak selamanya, perjalanan sebuah usaha terus berjalan mulus. Pengusaha harus siap menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk penjualan yang menurun. Pada 2008, saat terjadi krisis finansial, penjualan Babybelle anjlok. “Penjualan kami turun hingga 30%,” kata Iwan. Lantas, ia pun menebar berbagai promo untuk mengangkat penjualan. Langkah itu berhasil, dua tahun berikutnya, Iwan mendapati penjualan Babybelle sudah kembali stabil.
Tak hanya mengandalkan konsumen yang datang ke toko, untuk mendongkrak penjualan, Iwan mulai menawarkan sistem distributor dan reseller. Dengan langkah ini, ia ingin produknya bisa tersebar ke seluruh kota besar di Indonesia.
Ayah dua anak ini pun tak menyia-nyiakan kesempatan, jika ada yang ingin bekerja sama dengannya. “Saya masuk ke setiap toko bayi yang juga menjual ranjang bayi. Ternyata, peminatnya banyak,” cetus dia.
Setelah jaringannya cukup kuat, baik produksi maupun penjualan, Iwan mulai berpikir untuk memajang produknya di pusat belanja. Dengan suntikan modal dari bank, ia mulai membuka gerai di mal. Selain di empat mal di Jakarta, “Dalam waktu dekat, kami akan buka di Mal Sumarecon Bekasi dan Gandaria City,” ujarnya.
Babybelle kini memiliki 68 titik penjualan, baik gerai milik sendiri atau mitra toko bayi. Dengan jaringan distributor tersebut, produk Babybelle bisa ditemui di kota-kota besar, baik di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News