Reporter: Rivi Yulianti, Gloria Natalia | Editor: Tri Adi
Sebagai olahraga paling populer sejagad, permintaan sepatu sepakbola cukup bejibun. Ditambah demam futsal, produsen sepatu bola sepak makin kebanjiran pesanan, termasuk order membuat sepatu sesuai dengan selera konsumen alias custom. Dalam sebulan, perajin bisa meraup omzet Rp 50 juta.
Sejak lama, sepakbola menjadi olahraga yang paling digandrungi di muka bumi ini. Tak terkecuali di Indonesia. Karena itu, tak mengherankan jika futsal, olahraga turunan sepakbola, juga cepat mewabah di seluruh penjuru Tanah Air.
Kalau sudah begini, yang senang bukan saja pemilik lapangan sepakbola atau futsal saja. Produsen sepatu juga menuai berkah. Bahkan, kini, pembuat sepatu sepakbola dan futsal menerima pesanan khusus sesuai keinginan pelanggan (custom).
Mereka juga siap mengerjakan sepatu dengan model yang sama dengan keluaran produsen-produsen sepatu dunia. "Pasar sepatu sepakbola dan futsal amat besar," ungkap Irpan, pemilik situs www.futsalhandmade.com.
Berkat pasar yang gede itu, Irpan yang masih berumur 25 tahun sudah mampu mengantongi omzet hingga Rp 50 juta per bulan, dengan keuntungan bersih sebesar 30%. Dengan harga sepatu mencapai Rp 180.000 per pasang, saban bulan, ia mendapat pesanan 300 pasang sepatu custom.
Untuk menambah penghasilan, Irpan juga menjual sepatu futsal dari pemasok resmi, dengan harga hingga Rp 800.000 per pasang.
Sementara, Anas Abdillah, pemilik A-One di Surabaya, bisa mendapatkan penghasilan Rp 45 juta per bulan. Omzetnya menggelembung kalau ada momen pertandingan sepakbola semacam AFF seperti sekarang ini. Bulan ini saja, ia mendapat pesanan sebanyak 500 pasang sepatu.
Untuk setiap pasang sepatu, Anas hanya mematok harga Rp 125.000-Rp 135.000. Harga sepatu memperhitungkan biaya bahan baku yang mencapai Rp 65.000-
Rp 75.000 per meter. "Promosi banyak melalui online untuk membuka jaringan distribusi luar Jawa," kata dia.
Irpan mengungkapkan, untuk membuat sepasang sepatu custom, biasanya ia menghabiskan biaya sekitar Rp 90.000 hingga Rp 100.000. Dari biaya itu, sebanyak Rp 34.000 di antaranya untuk membeli bahan baku limbah kulit sapi (kukit) impor. "Kukit impor kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan produk lokal," katanya.
Untuk mengerjakan sepatu pesanan, Irpan dibantu oleh 15 pekerja. Karyawannya sebagian besar berasal dari warga sekitar bengkel produksinya. Mereka membuat sepatu dari awal sampai bentuk jadi. Sepasang sepatu bisa diselesaikan dalam tempo empat hari.
Pangsa pasar sepatu Irpan paling besar dari luar Jawa, seperti Sumatra dan Papua. Jika pembeli perorangan bisa memesan sepasang sepatu, minimum order bagi perusahaan 100 pasang. "Saya juga memasok produk ke reseller dengan harga 30%-40% dari harga jual," paparnya.
Pasar yang besar ini membuat Irpan berniat memproduksi sepatu secara massal. Namun, "Persaingan datang dari produk China yang memberikan harga murah dengan model yang lebih beragam," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News