Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi
Hobi ternyata bisa menjadi sumber rupiah yang menjanjikan. Setidaknya itulah pengalaman Dimas Meiyanda. Dia mengembangkan hobi menggambar dengan membuat iklan animasi. Lewat pesanan iklan animasi seharga Rp 15 juta per iklan itulah duit mengalir deras ke kantong Dimas hingga ratusan juta rupiah per bulan.
Sudahkah Anda menonton iklan komersial bertemakan pengemis yang minta-minta di televisi baru-baru ini? Iklan serial milik salah satu operator seluler itu mengisahkan tentang pengemis yang punya keluarga kaya hingga tujuh turunan, sementara dia tetap miskin karena menjadi keturunan yang ke-8.
Jika Anda sudah pernah menonton iklan itu, berarti Anda sudah pernah menyaksikan salah satu iklan animasi di televisi karya Dimas Meiyanda. Dimas sendiri lebih suka menyebut dirinya sebagai motion graphic designer.
Walaupun masih berusia 26 tahun, tak perlu meragukan kreativitas animasi besutan pria asli Jakarta ini. Iklan "tujuh turunan" itu membuktikan, karya Dimas mendapat pengakuan dari pemesannya.
Namun, untuk mendapatkan kepercayaan membuat iklan animasi sebuah perusahaan besar tidaklah mudah. Butuh mental yang kokoh dan kuat agar bisa menjadi pembuat animasi yang kreatif.
Dimas juga sudah berpengalaman, beberapa pesanan iklan animasinya ditolak si pemesan itu sendiri. "Pembuat animasi mesti siap jika si pemesan materi iklan tiba-tiba menolak pesanannya," kata Dimas.
Tetapi Dimas sudah lolos dari ujian mental itu. Kini, iklan animasi buatan Dimas sudah ramai pemesan. Lihat saja, dalam sebulan Dimas bisa memproduksi 10 iklan animasi.
Untuk satu iklan animasi berdurasi di bawah satu menit, Dimas membanderol seharga Rp 15 juta. Harga bisa berubah, tergantung kerumitan dan kesulitan produksi.
Dalam belajar memproduksi iklan animasi, Dimas pertama kali mencobanya pada 2007 lalu, usai lulus kuliah. "Saat itu iklan animasi produk saya masih sering ditolak pengiklan," kenang Dimas.
Walaupun ditolak, Dimas juga tak peduli. Dia tetap enjoy dan tidak mau ambil pusing dengan penolakan itu. Ia tetap membuat rancangan desain iklan animasi yang baru. "Yang penting saya bikin dulu. Soal diterima atau tidak, itu belakangan," katanya.
Ya, Dimas tak ambil pusing dengan penolakan itu karena dia memang hobi membuat animasi. Sejak kecil dia sudah suka menggambar. Bahkan, saat kuliah pun dia mengambil jurusan yang ada kaitannya dengan gambar menggambar. "Saya tanpa ragu memilih jurusan desain komunikasi visual,” terang Dimas.
Dimas yakin jurusan komunikasi visual memiliki prospek yang cerah dalam mengembangkan bisnis animasi. “Apalagi pelaku animasi masih sedikit, terutama orang yang menguasai program animasi di komputer,” kata Dimas
Walaupun laki-laki berbintang Taurus itu sudah populer, tapi ia mengaku karyanya masih ada yang ditolak pemesan iklan atau biro iklan.
Namun begitu, banyak karya iklan animasi milik Dimas kini dicari oleh pengiklan. "Banyak iklan yang ditolak tetapi sebanyak itu pula yang disetujui," terang Dimas yang pernah menggarap iklan animasi untuk Bank Indonesia.
Dalam memproduksi iklan animasi, Dimas butuh waktu paling cepat satu minggu. “Dalam seminggu saya bekerja siang malam di depan komputer,” perinci Dimas.
Dalam proses pengerjaan iklan itu, Dimas mesti melewati perdebatan materi iklan dengan si pengiklan. Sering materi presentasi iklan berakhir penolakan. "Terkadang materi iklan tidak sesuai keinginan pemesan,” terang Dimas.
Jika materi iklan disetujui, Dimas bisa masuk tahap pemberian efek, animasi 3 dimensi (3D) dan sebagainya, lewat aplikasi komputer. “Setelah selesai, iklan itu dibawa ke biro iklan dan selanjutnya dibawa ke pemesan iklan,” ungkap Dimas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News