kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.929   1,00   0,01%
  • IDX 7.180   38,89   0,54%
  • KOMPAS100 1.103   7,53   0,69%
  • LQ45 872   6,12   0,71%
  • ISSI 221   1,16   0,53%
  • IDX30 445   2,31   0,52%
  • IDXHIDIV20 536   1,54   0,29%
  • IDX80 127   0,74   0,59%
  • IDXV30 134   0,46   0,35%
  • IDXQ30 148   0,48   0,33%

Iklan berkualitas memerlukan kreativitas


Jumat, 09 September 2011 / 15:53 WIB
Iklan berkualitas memerlukan kreativitas
ILUSTRASI. YouTube down! Netizen keluhkan sulit menonton video di YouTube


Reporter: Handoyo, Fahriyadi, Bambang Rakhmanto, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Perkembangan televisi swasta di Indonesia telah mendorong industri periklanan. Tak hanya iklan animasi, iklan konvensional bertema cinta tanah air juga semakin digemari. Di tengah persaingan ketat, kreator iklan mesti menyajikan sebuah iklan kreatif.

Persaingan yang semakin ketat menuntut inovasi dan kreativitas dalam berpromosi. Melalui iklan di media cetak maupun media elektronik merupakan upaya promosi yang ampuh untuk menarik pelanggan.

Namun tidak semua iklan berpengaruh kuat terhadap masyarakat. Nah, agar iklan meresap di benak pembaca atau pendengar media, butuh strategi periklanan yang tepat.

Untuk itulah peran advertising agency atau agen periklanan dibutuhkan. Konsep iklan yang tepat dan menarik perhatian, harapannya, akan membuat masyarakat mau membeli produk yang diiklankan atau setidaknya mengingat produk tersebut.

Perkembangan agen periklanan semakin pesat sejak kehadiran televisi swasta di Indonesia. Selain itu, membanjirnya produk barang konsumsi dan jasa membuat produsen perlu jor-joran untuk mengiklankan produk-produk itu.

Salah satu advertising agency yang menikmati perkembangan industri periklanan di Indonesia adalah Ric Studio. Herik Fandri, pemilik sekaligus kreator iklan di Ric Studio mengatakan, memulai bisnis periklanan khususnya untuk televisi sejak 2009.

Tak hanya iklan animasi, Herik juga mengerjakan iklan dengan konsep binatang, manusia atau tumbuh-tumbuhan. Herik yang merupakan lulusan jurusan desain komunikasi visual, Institut Kesenian Jakarta ini mengaku setiap bulan bisa menerima tiga sampai empat proyek iklan, dan sebagian besar adalah iklan animasi. Beberapa iklan yang pernah ditanganinya adalah handphone dan website.

Biaya pembuatan iklan menurut Herik bervariasi tergantung kerumitan. Semakin rumit, biaya semakin mahal. Untuk iklan animasi dengan durasi antara 15 detik sampai 1 menit biayanya mencapai Rp 25 juta sampai Rp 35 juta. Biaya pembuatan iklan semakin besar hingga Rp 100 juta jika ada penambahan footage atau potongan gambar.

Yosia Krismanto Mangele, pemilik Mangele Private Studio di Bandung, juga fokus pada produksi iklan animasi. Yosia mengaku sudah banyak mengerjakan iklan handphone, aksesori pakaian, dan makanan. "Kami berusaha fokus dan menjaga kualitas bukan kuantitas," katanya. Karena itu dalam sebulan Mangele hanya menerima satu hingga dua order iklan animasi.

Biaya pembuatan iklan animasi untuk televisi berkisar antara Rp 30 juta untuk durasi 30 detik. Harga tersebut dapat berubah sesuai durasi dan teknologi yang digunakan. Walau hanya mengerjakan satu atau dua proyek iklan, Yosia mengaku bisa mengumpulkan pendapatan antara Rp 30 juta sampai Rp 100 juta per bulan.

Berbeda dengan agen periklanan milik Henrik atau Yosia yang lebih banyak menggarap iklan animasi, Dentsu Strat hingga kini masih kebanjiran order iklan konvensional. Lebih dari 90% iklan televisi keluaran Dentsu, didominasi penggunaan model manusia. "Saat ini sedang booming iklan dengan tema cinta tanah air," kata Adie Muhammad, Art Director Dentsu Strat.

Dentsu yang memiliki afiliasi dengan perusahaan Jepang ini pernah menggarap iklan maskapai penerbangan, kopi, makanan dan minuman ringan, serta produk elektronik. Menurutnya, rata-rata iklan yang pernah dibuat Dentsu berbiaya Rp 400 juta hingga Rp 3,5 miliar.

Herik menambahkan, setiap konsep iklan baik animasi maupun bukan memiliki tantangan tersendiri. Apalagi jika membuat iklan animasi namun diperankan benda hidup. "Kita harus bisa membuat setiap gerakan terlihat natural," katanya.

Oh, ya, pembuatan iklan itu juga butuh waktu yang cukup. Herik sendiri mengaku butuh waktu kurang lebih seminggu untuk membuat satu iklan animasi.

Selain ketErampilan dalam mengolah gambar, kesabaran juga diperlukan dalam memproduksi iklan. Apalagi setidaknya ada lima tahapan pembuatan iklan, yaitu modeling atau penentuan alur iklan, pemberian musik atau jingle, koreografi animasi, compositing dan pewarnaan, hingga finishing dengan pemberian sound effect tambahan.

Adapun Adie membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk menyelesaikan satu iklan. Iklan dengan model manusia butuh proses pembuatan sekitar satu bulan. Iklan ini juga perlu riset lebih dahulu sebelum iklan diproduksi. "Perlu ada focus group discussion, supaya iklan tepat sasaran," katanya.

Menurut Adie, perumusan konsep adalah hal tersulit dalam pembuatan iklan. Yakni, bagaimana menerjemahkan bahasa tulisan menjadi visual. Setelah konsep disepakati, tahap produksi dan pascaproduksi akan berjalan dengan mudah. "Cari ide iklan, itu hal yang paling susah," imbuhnya.

Soal susahnya cari ide itu Herik setuju dengan Adie. Menurut Herik, meskipun jalan cerita atau visual iklan televisi menarik, belum tentu masyarakat yang dituju mengerti pesan yang akan disampaikan. Itulah sebabnya, perlu adanya konsep matang sebelum iklan diproduksi. "Kita sering berdebat dengan klien tentang konsep iklan," ujarnya.

Sebuah iklan, menurut Herik, harus berisi keistimewaan atau penonjolan produk yang ditawarkan.Bahkan menurut Yosia, kreator iklan harus lihai memainkan selera pasar agar tidak tergelincir. Sebab, terkadang kreativitas yang berlebihan justru ditolak pasar. "Kreativitas memang perlu tetapi ide, konsep, serta efektivitas penyampaian pesan dalam iklan yang utama," ujarnya

Baik Herik, Yosia, maupun Adie, mengakui ketatnya persaingan bisnis ini. Namun bukan berarti mutu kemudian dikorbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×