kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Duo pengusaha yang bikin bulu mata lentik


Jumat, 04 Januari 2013 / 15:03 WIB
Duo pengusaha yang bikin bulu mata lentik
ILUSTRASI. Gedung Menara BCA di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Ini daftar bank yang masuk Indonesia Top 40 Awards 2021


Reporter: Melati Amaya Dori | Editor: Tri Adi

Gemas melihat produsen bulu mata asing merajalela Purbalingga, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco terjun ke usaha ini. Melepaskan status sebagai karyawan swasta, kini, mereka mampu mengekspor bulu mata palsu ke lima benua di dunia.

Tak sia-sia Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco nekat melepas karier masing-masing di sebuah perusahaan swasta. Berkat kejelian mereka melihat peluang bisnis di daerah asalnya, kini, dua sekawan itu menjadi salah satu produsen bulu mata besar di Purbalingga, Jawa Tengah.

Tahun 2012 ini, usaha dua sahabat ini mampu memproduksi 24 juta pasang bulu mata palsu di pabriknya. Produknya pun berhasil merambah lima benua, dari Amerika, Eropa, Asia, Afrika, serta Australia.

Sejak awal, Ferry dan Audrei memang mengincar pasar ekspor. Namun, mereka tidak membatasi diri pada bulu mata saja. Mereka hanya ingin mengekspor produk kerajinan asal Purbalingga. Bulu mata, sapu bambu, dan tikar kayu pun menjadi pilihan mereka.

Lantaran respons pertama datang dari pemesanan bulu mata palsu, mereka kemudian memutuskan untuk menjadi eksportir produk tata rias itu. “Pasar ekspor bulu mata memang cukup besar,” kata Ferry. Apalagi, pengiriman contoh produk ke calon konsumen murah karena bulu mata bisa dikemas dalam paket mungil.

Awalnya, Ferry tak membuat sendiri bulu mata palsu. Ia meneruskan pesanan ke perajin bulu mata yang banyak terdapat di Purbalingga. Sayang, saat sedang merintis usahanya, justru banyak perajin gulung tikar.

Tak mau bisnis yang baru saja lahir ikut mati, Ferry dan Audrei lantas mendirikan pabrik sendiri. Maklum, pesanan bulu mata mulai menghampiri kedua pengusaha muda ini.

Bermodal tabungan Rp 50 juta, pabrik bulu mata palsu milik kedua sahabat itu berdiri pada Oktober 2008. Awalnya, mereka menyewa sebuah rumah di Cirongge dan mempekerjakan 30 perajin di pabrik barunya. Tak lupa, Ferry membuat badan hukum untuk usahanya, yakni PT Bintang Mas Triyasa (BMT).

Pada tahap awal, pemesanan bulu mata masih terbilang kecil. Pembeli dari Malaysia, Singapura, dan Australia memesan rata-rata 10.000 hingga 20.000 pasang bulu mata. Tidak semua konsumen BMT puas. Banyak produk mereka yang ditolak.

Namun, konsumen yang mengembalikan bulu mata justru memberi pelajaran bagi BMT. “Mereka mengarahkan produk kami sesuai dengan standar pasar ekspor, sekaligus memberitahu model bulu mata yang sedang tren,” ujar Ferry. Beruntung pula, mesti kecewa, para pembeli itu tak lantas memutuskan hubungan bisnis.


Masuk Amerika

Bulu mata palsu produk BMT terdiri dari bulu mata berbahan dasar rambut asli dan rambut sintesis. Rambut asli yang diolah merupakan rambut yang berasal dari sisa-sisa potongan rambut manusia. Bahan baku ini diperoleh dari pengepul di Indonesia dan India.

Maklum, rambut dari kedua negara ini kualitasnya sangat baik sebagai bahan bulu mata. “Perbedaannya, diameter ketebalan rambut asal India lebih besar ketimbang rambut asli dari Indonesia,” kata Ferry.

Sedang bahan baku untuk rambut sintesis dipasok oleh produsen dari Jepang dan Korea. Produk kedua negara itu dikenal berkualitas baik.

Seperti pengusaha lain, Ferry dan Audrei pernah mengalami hari-hari buruk di tahap awal usaha mereka. Beberapa kali, pemesan tidak membayar. “Kami begitu mudah percaya, hingga merugi puluhan juta,” kenang Ferry.

Untuk mencegah kejadian serupa berulang, mereka menerapkan sistem letter of credit bagi pemesan baru. Setelah terjalin kepercayaan yang baik, baru BMT mau menerima pembayaran di belakang, atau setelah pesanan diterima.

Berbagai pengalaman turut membesarkan BMT. Pesanan bulu mata terus mengalir. Hingga awal 2009, BMT sudah memiliki perwakilan pemasaran di Amerika Serikat (AS).

Dari kantor ini, produk BMT semakin dikenal di Negeri Paman Sam. BMT pun masuk ke pasar Eropa karena rajin mengikuti pameran tata rias yang diadakan negara-negara di Benua Biru itu. Maklum, banyak pebisnis menganggap, perusahaan yang rajin ikut pameran memiliki kredibilitas baik.

Pengiriman bulu mata pun terus meningkat. Pesanan bahkan datang dari produsen alat kecantikan kelas dunia. Untuk memenuhi pesanan yang melonjak, BMT membangun pabrik baru. Pabrik yang menempati lahan seluas 3.000 m² di Karang Sentul, Purbalingga itu, dibangun dengan pinjaman bank. Dengan mempekerjakan 300 orang karyawan, produksi BMT meningkat hingga 2,9 pasang bulu mata per tahun.

Pasar yang terus membesar membuat BMT terus menambah pabriknya. Tahun 2011, BMT membuka pabrik baru di daerah Mewek, Purbalingga. Ferry mempekerjakan 2.000 karyawan untuk memproduksi 14 juta pasang bulu mata sepanjang tahun lalu.

Tak berhenti di situ. Ferry pun mendiversifikasi usahanya. Kini, BMT juga merambah bidang plastik vacuum foaming, sektor finansial, serta jasa distribusi berbagai produk kosmetik dan tata rias.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×