kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hannie tak sekadar berkarya, tapi juga beribadah


Selasa, 23 November 2010 / 14:19 WIB
Hannie tak sekadar berkarya, tapi juga beribadah
ILUSTRASI. Pemerintah raup 12 triliun dari Lelang SUN


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Hannie Hananto tidak pernah menyangka, keikutsertaannya dalam lomba rancangan baju muslim pada 2004 dan menjadi juara kedua, berbuah manis. Wanita yang yang awalnya bekerja sebagai konsultan interior ini, akhirnya banting setir sebagai desainer baju muslimah yang memadukan corak atau motif batik dari seluruh nusantara.

Tiga tahun lalu, tak banyak desainer yang membuat baju muslimah menjadi tampak lebih modern, menarik, dan trendi. Buntutnya, kala itu, baju muslimah identik dengan model jadul alias zaman dulu, sehingga tidak ada style dan terkesan kolot atawa kuno.

Nah, dari situ, Hannie Hananto tergerak untuk mengubah imaji baju muslimah. "Saya lalu mendesain baju muslimah dengan corak etnik dan pola yang lebih rinci," kata perempuan yang dalam mendesain lebih menonjolkan sentuhan budaya tiap daerah yang ada di Indonesia.

Hannie memanfaatkan kekayaan motif kain batik Indonesia untuk dituangkan sebagai corak dan pola pada baju muslimah rancangannya, supaya terlihat lebih etnik dan bernilai seni.

Untuk mendapatkan motif-motif tradisional, Hannie sering hunting ke perpustakaan untuk melihat corak dari seluruh daerah di Tanah Air. Soalnya, "Kalau mengandalkan internet saja tidak cukup, di perpustakaan kan banyak buku tentang daerah. Dari situlah, saya dapat ide merancang corak atau motif untuk menjadi tren baru," tutur ibu dua anak ini.

Menurut Hannie, di setiap negara yang mayoritas penduduknya muslim punya model baju muslimah yang berbeda. Di Arab Saudi, misalnya, baju muslimahnya dikenal sebagai pakaian outer wear. Warna yang mendominasi adalah hitam dengan cutting lurus yang menutup seluruh tubuh.

Sementara, kaum muslimah di negara-negara Asia yang beriklim tropis, seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunai Darussalam, memakai baju muslimah bukan outer wear. Namun, tetap berkesan gamis dengan tambahan tunik dan cutting baju.

Hannie merancang baju muslimah yang memperlihatkan telapak hingga pergelangan tangan dengan motif tradisional dari Jawa, Toraja, dan Sumatra. Ada juga motif batik pesisir yang sudah mendapat pengaruh dari kebudayaan China. Ia juga menambahkan corak-corak lain, semisal, geometris, parang, benji, serta sawang.

Hasilnya, desain baju muslimah Hannie yang penuh nuansa etnik tersebut banyak diminati banyak orang, termasuk dari kalangan selebritis Indonesia. Sebut saja, Inneke Koesherawati dan Ria Gunawan.

Permintaan juga datang dari pelbagai daerah, misalnya, Yogyakarta, Solo, Cilegon, dan Malang. Juga dari beragam usia: tua dan muda, dan bermacam lapisan masyarakat: bawah, menengah, hingga atas.

Kaum muda juga mulai menyukai baju muslimah, khususnya sejak model busana ini bergeser lebih modern sejak tiga tahun lalu. Baju muslimah sekarang jauh dari kesan kolot.

Meski pesanan banyak mengalir, Hannie masih sedikit pesimistis, rancangan baju muslimah karyanya bisa menembus pasar ekspor. Sebab, "Model baju muslimah kita berbeda, saya pernah mengirim ke Malaysia dan responnya tidak terlalu bagus. Jadi, saya putuskan untuk fokus di dalam negeri saja dulu," ujar dia.

Tapi, Hannie yang enggan baju muslimah karyanya disamakan dengan industri fesyen, menyatakan, ketika mendesain dan menjual baju muslimah rancangannya, ia tidak pernah berpikir soal untung rugi. Sebab, ada hal yang lebih penting dari sekadar menghitung omzet. "Ini soal panggilan" kata Hannie "Saya mencintai Islam, budaya, dan seni Indonesia. Kecintaan itu kemudian saya aplikasikan ke dalam cara berpakaian muslimah," lanjutnya.

Makanya, setelah enam tahun mendesain baju muslimah dengan pola etnik, Hannie pun merasa ia tidak hanya sekadar berkarya, tapi juga ada unsur ibadah di dalamnya.

Baginya, baju muslimah bukan sebatas fesyen, tapi ada makna religius. Lantaran, berkerudung atau berjilbab merupakan aplikasi dari sebuah perwujudan muatan emosional yang memiliki sisi hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×