Reporter: Rizki Caturini | Editor: Tri Adi
Natal dan Tahun Baru memang masih satu bulan lagi. Namun, produsen kotak kado mulai merasakan keceriaan hari raya tersebut. Saat ini, permintaan kotak kado untuk keperluan Natal dan Tahun Baru melonjak hingga dua kali lipat. Buntutnya, pelaku usaha di sektor ini bisa mengantongi omzet hingga Rp 150 juta sebulan.
Momen istimewa harus dirayakan dengan cara yang istimewa pula. Memberi bingkisan saat hari raya semacam Natal dan Tahun Baru sudah menjadi tradisi bagi sebagian orang.
Dulu, kertas kado masih jadi favorit untuk membungkus hadiah agar tampil lebih cantik. Tapi sekarang, orang lebih memilih membungkus bingkisannya dengan kotak khusus. Selain lebih praktis, kado tampak lebih rapi dan menarik. Pelbagai macam ukuran, motif, dan aksesori yang ditawarkan para produsen kotak kado.
Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru seperti sekarang ini, permintaan kotak kado meningkat drastis. Aifan Hu, pemilik usaha pembuatan kotak kado di daerah Cinere, Jawa Barat, mengungkapkan, sejak Agustus lalu, pesanan yang datang terus menanjak.
"Hingga Desember nanti, permintaan kotak kado bisa naik hingga dua kali lipat dibandingkan dengan bulan biasa," katanya. Aifan menambahkan, order kotak kado yang masuk bisa mencapai 15.000 pieces.
Di bulan biasa, rata-rata, Aifan bisa melego sekitar 7.500 kotak kado. Tak hanya dari wilayah Jabodetabek, pesanan juga datang dari Jawa dan Sumatra.
Selain membikin bentuk yang standar, Aifan juga menerima permintaan membuat kotak kado sesuai dengan selera konsumen. "Saat ini, kotak kado yang sedang tren adalah, yang menggunakan magnet di tutupnya," ungkapnya.
Untuk menghadapi lonjakan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru, Aifan harus menambah pekerja di dua bengkel kerja alias workshop-nya yang terletak di Cinere dan Cirendeu sejak Agustus lalu. Jika pada bulan-bulan biasa, pegawainya hanya sekitar 30 orang saja, memasuki bulan Agustus jumlahnya bertambah setengahnya, total menjadi 45 orang.
Harga jual kotak kado made in Aifan beragam, mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 100.000 per pieces. Tergantung dari bahan baku, desain, ukuran, dan jumlah pemesanan. "Walau permintaan naik tapi harga tetap. Untuk pemesanan di atas 500 kotak, ada potongan harga hingga 25% dibandingkan harga normal," ujarnya.
Sayang, Aifan enggan menyebut angka pasti omzet penjualan. Namun, kalau dihitung-hitung, dengan angka penjualan 7.500 kotak tiap bulan dan harga rata-rata Rp 20.000, maka ia bisa mengantongi pendapatan mencapai Rp 150 juta.
Pembeli kotak kado buatan Aifan bukan dari kalangan pribadi saja, pesanan yang datang juga banyak dari perusahaan untuk parsel.
Sama persis dengan Afian, Lisa Kriswanti, pemilik Kintan Handicraft di Yogyakarta, juga kebanjiran pesanan menjelang Natal dan Tahun Baru. Permintaan yang masuk bisa mencapai 1.000 kota atau naik 100% ketimbang bulan biasa yang cuma 500 pieces saja.
Lisa lebih banyak memasok kotak kado ke toko-toko suvenir di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Tapi, ia terkadang juga melayani pesanan dari Jakarta, Malang, dan Bali. Lisa membanderol harga kotak kado bikinannya sekitar Rp 2.000 hingga Rp 40.000 per pieces.
Banyaknya pemain di ceruk bisnis kotak kado membuat persaingan usaha di sektor ini kian sengit. Untuk menyiasatinya, Aifan yang memulai usaha kotak kado sejak 2007 lalu, terus melahirkan inovasi, baik dari segi motif maupun bahan baku pembuatannya.
Misalnya, ia membuat motif batik sebagai hiasan di dinding kotak. Atau, bahan baku kotak dipadu dengan kain atau wall paper.
Jurus lain untuk bersaing, Aifan terus menjaga kualitas produk dan pelayanan terhadap konsumen. "Soal harga juga harus bisa bersaing dengan produk-produk lain," kata Aifan.
Walaupun risikonya, ia harus mengorbankan perolehan margin. Aifan mengaku, dari setiap kotak kado, dia mendapat margin hanya sekitar 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News