kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fredrik ingin menjadi raja di negeri sendiri (3)


Jumat, 29 Oktober 2010 / 13:54 WIB
Fredrik ingin menjadi raja di negeri sendiri (3)
ILUSTRASI. Sentra pembuatan tempe di Desa Geneng, Prambanan, Klaten


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Setiap sebulan sekali, tim riset CV Sekawan Cosmetics milik Fredrik Ong menemukan jenis kosmetik dan toiletries baru. Namun tak sedikit produk hasil temuannya itu gagal dipasarkan lantaran proses perizinan dari pemerintah yang sangat lama. Buntutnya, sejak 2004, Fredrik lebih fokus menjajakan produknya ke luar negeri.

Kehati-hatian sangat diperlukan dalam memproduksi barang kosmetik dan toiletries. Jika salah meracik kosmetik ataupun toiletries, bukannya wajah cantik dan kulit halus yang didapat, kulit tubuh dan wajah bisa rusak. Kalau sudah begitu, produsen kosmetik bukannya mendapat untung, malah tuntutan ke meja hijau yang seringkali datang.

Hal itu dipahami benar oleh Fredrik Ong, pemilik CV Sekawan Cosmetics yang bermarkas di Sidoarjo, Jawa Timur. Itu sebabnya, meskipun bisnis kosmetik dan toiletries yang dia jalankan hanya berskala usaha kecil menengah (UKM), tetapi semua produk kosmetik dan toiletries yang dia hasilkan telah melalui riset yang cukup mendalam. "Saya punya divisi riset dan pengembangan sendiri," katanya.

Karena itu, Fredrik berani mengklaim, semua produk buatannya tak kalah dengan kosmetik dan toiletries buatan pabrikan besar. Bahkan, ia mengaku kalau produknya itu bisa disetarakan dengan produk dari produsen kelas kakap.

Bahkan dengan skala usaha yang relatif lebih kecil, ia mempunyai keunggulan soal harga produk yang lebih murah. Sebab, Fredrik tak harus mengeluarkan biaya promosi yang tinggi.

Setiap satu bulan sekali, tim riset dan pengembangan produk (R&D) CV Sekawan Cosmetics bisa menghasilkan lima temuan produk baru. Namun setiap produk yang dihasilkan itu menurut Fredrik belum tentu diproduksi massal dan dilempar ke pasar. Pasalnya, belum tentu setiap produk yang dihasilkan bisa diterima konsumen.

"Jadi saya juga harus melakukan riset permintaan pasar seperti apa dan harga yang cocok berapa. Mulai dari konsumen hingga supplier," katanya.

Tak heran, sering dari kelima produk itu, hanya satu yang layak untuk dipasarkan. Sisanya disimpan dan dikembangkan lagi jika sewaktu-waktu cukup ekonomis untuk dipasarkan.

Untuk memasarkan produk baru, Fredrik terlebih dulu harus mendapatkan izin edar dari beberapa institusi pemerintah yang seringkali membutuhkan waktu yang lama. "Bahkan, ada yang dua tahun sampai tiga tahun belum juga bisa keluar," katanya.

Karena itu, pada akhir 2004, ia memutuskan untuk mengekspor produk yang izin edarnya tidak kunjung terbit. Pasalnya, jika produk baru itu tak bisa dipasarkan, sulit baginya untuk mengembangkan usaha. "Itulah awal mula saya mengekspor produk," kenangnya.

Negara pertama yang menjadi tujuan ekspornya adalah Yaman. Dari situ, produknya menyebar ke negara Timur Tengah lainnya. Setelah sukses menjelajah Timur Tengah, kosmetik CV Sekawan mengalir ke benua Amerika dan Eropa.

Menurut Fredrik, lembaga perizinan di luar negeri lebih cepat dalam mengeluarkan perizinan bila dibandingkan dengan di negeri sendiri. Bahkan kata dia, "Izin edar yang dikeluarkan oleh Amerika bisa menjadi rujukan bagi negara lainnya dalam memberikan izin serupa. Jadi itu mempermudah saya masuk ke negara lain," katanya.

Ia menghitung, rata-rata izin edar dari negara lain sudah bisa didapatnya hanya dalam waktu dua minggu.

Karena kemudahan mendapatkan izin pemasaran produk di luar ngeri, kini Fredrik lebih fokus menjajakan produk kosmetik dan toiletries ke pasar ekspor. Dari total produk yang diproduksi, sekitar 60% ditujukan untuk ekspor.

Sejatinya, Fredrik ingin memperbesar pasar di dalam negeri. Tapi, kesulitan memperoleh izin edar menjadi hambatan baginya. Padahal, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan potensi pasar yang sangat menjanjikan bagi pemasaran produknya.

Karena itu, rencana pemerintah memangkas proses perizinannya menjadi hanya dua minggu mulai Januari tahun depan cukup melegakan Fredrik.

Ia makin senang dengan kabar bahwa pemerintah juga akan memberikan keleluasaan pemasaran produk kosmetik miliknya meski izin belum resmi keluar. "Kami akan menunggu saja, seperti apa penerapannya. Karena antara kebijakan dan realisasi terkadang berbeda," ujar Fredrik.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×