Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini
Seperti yang dialami banyak pengusaha lain, Ainun juga menemui banyak kendala di dalam mengembangkan Brownty. Salah satunya adalah soal daya tahan brownies buatannya.
Masalahnya, brownies buatan Ainun tidak menggunakan bahan pengawet sehingga tidak tahan lama. Padahal, untuk konsumen di luar Batu, Malang, lama perjalanan bisa sampai dua hari. Ainun khawatir, makanan tersebut sudah tidak layak konsumsi sampai di pembeli.
"Kalau brownies panggang masih bisa dikirim tetapi brownies kukus sudah pasti tidak bisa," ujar Ainun mengenai lifetime produknya tersebut.
Karena itu, Ainun tidak lagi menggunakan media sosial yang telah berjalan satu tahun untuk menjajakan produk Brownty. Dengan demikian, pembeli harus datang ke outlet jika mau menikmati brownies sayuran ini. "Brownty bisa tahan tiga hari di perjalanan," katanya.
Hasilnya, Brownty merilis frozen brownies atau beku. Jadi, Brownty bisa dinikmati dalam bentuk dingin atau bisa dikukus atau dipanaskan di oven alias dipanggang. Daya tahannya pun bisa mencapai satu bulan. Salah satu department store, Giant, juga siap memasarkan. "Ini sedang dalam tahap persiapan," ucapnya.
Selain itu, biaya pengiriman brownies juga cukup mahal supaya brownies yang dipesan pembeli tidak rusak. Ini juga menjadi alasan Ainun menghentikan pemasaran Brownty melalui internet.
Padahal, pemasaran lewat internet cukup ampuh untuk mendongkrak penjualan. Bahkan dengan pemasaran lewat internet pula, Ainun kebanjiran pembeli dari berbagai kota, mulai dari Semarang, Bandung dan Jakarta. "Saya terpaksa hentikan karena ternyata hasilnya tidak maksimal," jelas Ainun.
Saat ini, Ainun sedang berkonsentrasi mencari bahan yang tepat untuk membuat brownies buatannya lebih tahan lama tanpa pengawet buatan.
Kini, Ainun melakukan promosi Brownty lewat pameran. Kata Ainun, cara ini juga cukup jitu untuk meningkatkan penjualan. Dari pameran, Ainun meyakinkan kepada pelanggan bahwa bahan yang mengandung pada Brownty bukan sekadar ekstrak tetapi sayur dan buah asli.
Kendala lain yang kerap ia hadapi ialah sumber daya manusia. Ainun baru memiliki 10 karyawan di outlet sehingga kerap turun tangan dalam hal produksi.
Kini, Ainun akan menambah dua outlet lagi, masih di Batu. Dengan demikian tidak ada masalah ketahanan produk. Lokasinya di rumah Ainun sendiri di Jalan Panderman dan di alun-alun Batu, Malang.
Tidak hanya itu, Ainun akan berekspansi ke lini bisnis lain, yakni suvenir. Ia akan memakai limbah telur dari usaha kulinernya untuk bahan produksi suvenir. (Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News