Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Ikan patin akrab bagi lidah masyarakat Indonesia. Tak hanya bisa dikonsumsi segar dengan dibakar, dipindang ataupun digoreng, ikan yang hidup di air tawar ini bisa diolah jadi biskuit yang kaya protein. Saban bulan, usaha biskuit ikan patin datangkan omzet puluhan juta rupiah.
Siapa yang tidak mengenal kelezatan ikan patin? Asal pandai mengolahnya, ikan yang hidup di air tawar ini mampu membangkitkan selera makan dengan keempukan dan rasa gurih dari dagingnya.
Wajar bila jumlah pengonsumsi ikan patin ini terus bertambah. Konsumsi yang terus bertambah sudah barang tentu juga diimbangi dengan kenaikan produksi atau budidaya ikan patin.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, jumlah produksi ikan patin mencapai 273.554 ton per tahun. Diperkirakan jumlah ini akan bertambah seiring dengan kebutuhan dan konsumsi masyarakat.
Apalagi, dalam perkembangannya, ikan patin tak hanya bisa menjadi lauk pauk yang lezat tapi juga menjadi camilan dan gurih. Inovasi membuat camilan berbahan ikan patin inilah yang dilakukan Nirmala Larasati.
Bertempat di Bogor, Jawa Barat, ia mengembangkan usaha pembuatan biskuit dari ikan patin sejak tahun lalu. Saat ini, ia bisa menjual 200 bungkus biskuit ikan patin dalam sepekan.
Dengan harga sebungkus biskuit ikan patin seberat 500 gram itu, seharga Rp 30.000, Nirmala mengaku bahwa omzet yang ia dapatkan mencapai Rp 20 juta saban bulan.
Mengusung merek Crisptin, konsumen biskuit hasil olahan Nirmala berasal dari wilayah di Jabodetabek, Bandung hingga Semarang. "Namun, sekitar 40% pembeli biskuit ikan patin ada di Jakarta," terangnya.
Untuk mengolah ikan patin menjadi biskuit itu, Nirmala terlebih dahulu mengolah ikan patin menjadi tepung ikan. Tidak seluruh bagian ikan patin bisa diolah menjadi tepung ikan, Nurmala harus memisahkan kulit ikan, duri serta isi perut terlebih dulu. Hanya bagian daging ikan patin serta kepala saja yang bisa diolah untuk menjadi tepung.
Bila tepung sudah jadi, proses akan berlanjut dengan membuat biskuit berbahan baku tepung dari ikan patin.
Saat ini, Nirmala mampu mengolah sekitar 500 kilogram (kg) tepung ikan patin. Ia mendapat pasokan ikan patin dari pembudidaya ikan patin di wilayah Bogor.
Selain Nirmala, ada Rudianto yang juga merintis usaha membuat biskuit ikan patin sejak Februari 2011 lalu. Walaupun terbilang baru, Rudianto sudah mampu memproduksi 300 kg biskuit ikan patin yang dijual dalam kemasan plastik.
Untuk satu kilogram biksuit ikan patin, Rudianto menjualnya seharga Rp 45.000. "Konsumen saya baru dari Jabodetabek," terang pemilik CV Solo Karya di Sukabumi ini.
Selain memiliki kandungan protein, Nirmala mengklaim biskuit ikan patin itu memiliki asam amino, asam lemak esensial, vitamin serta mineral. Selain itu, biskuit ikan patin juga mengandung kalsium tinggi yang sangat baik untuk anak-anak.
Biskuit ikan patin bermanfaat bagi kesehatan usia lanjut yang membutuhkan pasokan kalsium yang lebih banyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News