Reporter: Handoyo, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Selain disayur, buah melinjo juga nikmat dijadikan camilan. Itulah sebabnya, camilan emping melinjo berupa keripik juga laris manis di pasaran, bahkan banyak pesanan dari luar negeri. Namun produsen emping melinjo kini mengeluh soal mahalnya harga bahan baku.
Siapa yang tidak kenal kudapan bernama keripik atau emping melinjo. Apalagi menjelang lebaran seperti sekarang ini, keripik melinjo adalah hidangan wajib yang harus tersedia di atas meja di ruang tamu untuk sesuguhan.
Menilik namanya bahan baku emping melinjo atau belinjo, memang dari buah melinjo (Gnetum gnemon linn). Buah melinjo yang bisa dibuat emping adalah buah yang sudah tua. Pembuatan emping belinjo juga masih sederhana, yakni satu atau dua buah melinjo digeprak hingga gepeng kemudian dijemur hingga kering dan digoreng sebelum dikudap.
Meskipun proses produksinya masih sederhana, emping melinjo merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilainya. Selain itu, potensi pasar emping melinjo ini juga luas.
Nah, melihat potensi sedemikian besar inilah yang membuat Saefudin Zuhri, pada 1997 lalu memproduksi emping melinjo dengan bendera Emping Mlinjo Indonesia.
Berlokasi di Batang, Jawa Tengah, Saefudin mengaku memasarkan emping melinjonya hingga ke Kalimantan dan Sumatera. Bahkan belakangan, emping melinjo buatannya telah merambah pasar Malaysia dan Brunei Darussalam.
Usaha emping melinjo Saefudin memang berkembang pesat. Lihat saja, ia kini telah mampu mempekerjakan sekitar 6.000 tenaga kerja dengan kemampuan produksi hingga 75 ton per bulan untuk emping kering dan 135 ton emping basah.
Gurihnya berjualan emping melinjo juga dinikmati oleh Amir Munajad, pemilik usaha emping melinjo dengan merek 5S3 di Sleman, Yogyakarta. Dengan 16 karyawan, dalam sehari Amir mampu memproduksi sekitar 30 kg per hari.
Meskipun dipasarkan melalui distributor, Amir menuturkan, jika emping melinjo buatannya telah masuk ke pasar Kanada dan Jepang. Selain itu, Amir juga telah menjadi pemasok tetap untuk 49 pasar swalayan yang tersebar di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.
Harga emping melinjo sejatinya juga lumayan mahal. Saefudin, misalnya, melepas satu kilogram (kg) emping melinjo kering seharga Rp 29.000 dan Rp 24.000 per kg untuk emping basah dengan diameter 5 cm. Adapun Amir, untuk emping dengan diameter yang sama menjual seharga Rp 28.000 per kg untuk rasa asli, dan seharga Rp 40.000 untuk emping yang sudah berbumbu.
Oh, ya, asal tahu saja, biasanya produsen membuat tiga ukuran emping, yakni dengan diameter 5 cm, 7 cm, dan diameter 12 cm. "Paling tidak untuk membuat emping berukuran 5 cm dibutuhkan melinjo sebanyak lima buah," jelas Amir.
Meski penjualan relatif bagus, Saefudin dan Amir kompak mengeluh soal mahalnya harga bahan baku melinjo. Amir bilang, harga bahan baku buah melinjo kini melenting tinggi. "Kenaikannya hingga dua kali lipat," ungkap Amir.
Jika saat musim panen harga buah melinjo hanya Rp 5.000-Rp 6.000 per kg, di luar musim panen harganya bisa melambung hingga Rp 11.000 per kg. Padahal, untuk memproduksi sekitar 200 ton emping melinjo basah dan kering, Saefudin butuh buah melinjo hingga 300 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News