Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi
Cuisine dari Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Taiwan, kini semakin digemari. Biasanya, masakan seperti itu ditawarkan oleh restoran-restoran mahal. Nah, kondisi ini membuka peluang untuk usaha kedai masakan Asia Timur. Menarik, lo!
Demam musik K-Pop alias Korean Pop ternyata bisa mendatangkan peluang bagi mereka yang jeli. Bukan cuma di bidang usaha butik baju yang menawarkan tren busana ala Korea, demam K-Pop juga membuat latah pengusaha makanan menjajakan menu-menu Korea atau Asia Timur lain. “Mumpung ada peluang, kenapa tak dicoba,” kata Bowo Widianto, Manajer Musiro Fusion Korean Food.
Musiro Fusion Korean Food merupakan kedai makanan korea yang berdiri Oktober 2010 di Yogyakarta. Makanan yang ditawarkan, misalnya sundubu, jigae, gimbab, topoki, dan kimchi. “Kami memulai seiring dengan demam K-Pop. Dan, ternyata hasilnya lumayan,” kata Bowo. Bowo mengungkapkan, Musiro bisa meraup omzet yang cukup besar, yakni Rp 30 juta per bulan. Keuntungan yang diperoleh lebih dari 50%.
Bowo bilang, untuk cepat menarik konsumen, dia memang mengusung konsep warung atau kedai untuk menjajakan makanan khas Korea ini. Langkah itu ternyata cukup jitu, sebab semua kalangan bisa menikmatinya. “Biasanya kalau masakan korea itu tersaji di resto-resto yang mahal, kami coba mendekatnya menu korea ini dengan konsep warung. Hasilnya cukup bagus, habis Lebaran nanti kami akan buka satu cabang,” kata Bowo.
Selain masakan korea, menu taiwan juga cukup digemari. Terbukti, Kedai Moy Moy ala Taiwan dalam setahun terakhir bisa cukup ekspansif. Awal bulan ini, Moy Moy sudah membuka satu cabang, sehingga total cabang ada 4. Di tahun ini juga, Moy Moy akan menawarkan waralaba. “Konsepnya masih diproses. Kami yakin bisnis ini akan berkembang. Makanan itu selalu dibutuhkan dan makin hari permintaannya semakin tinggi. Jadi usaha makanan masih terbuka lebar peluangnya,” kata General PR & Marketing Promotions Department Manager Kedai Moy Moy ala Taiwan Onma Pasti Gultom.
Usaha makanan terbilang gampang-gampang susah jadi harus dibarengi strategi manajerial yang baik. Salah satu strateginya adalah menawarkan menu yang beda daripada yang lain dengan harga yang tak menguras kocek pembeli. “Kami menawarkan aneka bubur khas Taiwan yang rasanya juga cocok di lidah orang Indonesia. Kami juga berikan menu di luar bubur seperti mi dan minuman khas Taiwan,” kata Onma. Menu yang ditawarkan Moy Moy, antara lain berbahan sagu juga ketan. Omzet yang dihasilkan Moy Moy Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulan. Keuntungan yang didapat sekitar 30%. Perkiraan balik modalnya sekitar 1 hingga 1,5 tahun.
Anda ingin menjajal usaha ini? Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian.
Tentukan segmen dan kuasai menu
Untuk memulai usaha makanan ini ada baiknya Anda sudah menentukan pasar atau segmen yang akan menjadi sasaran utama. Sebab, ini juga akan menentukan lokasi usaha dan strategi pemasaran yang akan dilakukan. Misalnya, Anda mengincar kalangan pelajar atau mahasiswa, lokasi yang dicari adalah yang dekat sekolah atau kampus atau tempat kalangan ini suka nongkrong. “Kebetulan kami di Jogja, jadi segmen ini paling cocok untuk disasar. Jadi warung kami pun di area kampus, ” kata Bowo.
Onma mengatakan, dengan penentuan segmen ini akan sangat membantu pengembangan strategi pemasaran. “Usaha semacam ini juga harus jemput bola. Meski di pusat perbelanjaan, tetap saja harus aktif berpromosi di luar mal,” katanya.
Moy Moy yang juga menyasar ke kalangan pelajar dan mahasiswa, melakukan strategi promosi di sekolah-sekolah atau kampus. Misalnya, dengan membagikan brosur. Selain itu, mereka sering ikut pameran yang diselenggarakan oleh sekolah atau kampus.
Kedai Moy Moy ala Taiwan hadir di tengah-tengah kawasan yang banyak kalangan muda. Misalnya, Kedai Moy Moy yang berada di Jl. Moses Gatotkaca Yogyakarta yang merupakan kawasan kampus dari beberapa universitas. “Jadi cukup strategis karena memang ramai kawasannya,” Onma.
Selain itu, Moy Moy juga hadir di food court swalayan yang cukup besar di Jogja. Onma bilang, hari Sabtu-Minggu kadang menjadi bonus bagi Moy Moy, sebab pada hari itu, bukan hanya kalangan muda yang mampir, tapi juga keluarga yang tengah berbelanja di kawasan perbelanjaan tersebut.
Mengingat makanan yang ditawarkan mengedepankan kekhasan suatu negara, Surya Sinaro, pemilik Warung Jepang Shinaro di kawasan Bintaro, mengingatkan supaya pemilik warung menguasai menu yang ditawarkan. “Paling tidak punya satu ahli. Karena saya jualan masakan jepang, meskipun kita kelas warung tapi harus tetap punya chef yang ahli,” katanya.
Plus, meski makanan yang ditawarkan khas dari negara lain, Anda sebaiknya menciptakan citarasa makanan yang sesuai dengan lidah konsumen.
Ciptakan harga yang bersaing
Selanjutnya, tentukan banderol makanan yang akan Anda jual. Mengingat persaingan yang cukup ketat dalam bisnis kuliner, sebaiknya Anda tak perlu menggebu mengejar untung besar. “Bisnis makanan biasanya bisa untung sampai 50%, tapi kami memilih ambil untung sekitar 30%,” kata Onma. Harga yang ditawarkan oleh Kedai Moy Moy mulai Rp 3.000 hingga Rp 10.000 per porsi.
Onma mengatakan, Kedai Moy Moy memang berusaha memasang harga yang bisa dijangkau masyarakat luas. “Yang harus dipikirkan adalah kelangsungan bisnis ini dalam jangka panjang. Kalau kita kasih harga mahal bisa-bisa konsumen hanya mampir sesekali,” katanya.
Supaya bisa memberikan harga miring, ada biaya yang harus ditekan. Misalnya, biaya sewa lokasi. Akan lebih baik memang membuka usaha di lokasi sendiri sehingga tak ada ongkos sewa. Kalaupun harus sewa, upayakan pilih lokasi di luar mal. “Selain sewanya mahal, jam buka, dan biaya lain, seperti listrik dan air, mal punya kebijakan sendiri dan ongkosnya bisa lebih mahal dibanding di luar mal,” ujar Onma.
Onma bilang, sewa di mal ukuran 30 m² antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per bulan. Adapun di luar mal hanya sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per bulan. Kalaupun harus buka di mal, harga makanan Anda pun harus menyesuaikan.
Selain itu, bisa juga Anda menekan biaya promosi. Misalnya, berpromosi hanya dengan memanfaatkan media jejaring sosial, seperti Facebook sebagai media untuk memperkenalkan diri pada calon konsumen. Biaya promosi via online dan brosur ini tentu jauh lebih murah. Paling sebulan hanya menghabiskan biaya Rp 200.000 hingga Rp 300.000.
Namun, Bowo mengingatkan agar jangan terlalu tipis juga mengambil margin. Ini untuk mengantisipasi ada kenaikan-kenaikan biaya operasional. Misalnya, kenaikan biaya sewa lokasi. Biasanya, pemilik lokasi akan menaikkan biaya sewa ketika tahu usaha kita sudah maju. Jadi usahakan margin tetap besar tapi tetap terjangkau konsumen. Jangan asal murah. Soalnya ketika ada biaya lain naik, Anda tidak kuasa menaikkan harga karena takut kehilangan pelanggan. “Margin kita pun tambah tipis. Kalaupun dinaikkan risiko pelanggan pergi,” jelasnya.
Untuk memanjakan pelanggan Anda dianjurkan untuk selalu menyajikan menu baru. “Paling tidak tiga bulan sekali ada menu baru, jadi pelanggan tidak bosan,” kata Onma.
Menghitung modal
Untuk membuka usaha warung jepang, uang harus Anda siapkan cukup besar, bisa sampai Rp 100 juta. Modal itu digunakan untuk renovasi, membeli perlengkapan dan peralatan warung.
“Kami dulu habis sekitar Rp 178 juta. Cukup besar memang. Sebab, masakan Jepang itu prosesnya berbeda dengan masakan lain. Pisau dagingnya macam-macam dan saya pakai yang memang berkualitas. Alat memasaknya juga cukup mahal,” katanya. Bila modal Anda tipis, bisa mencontoh Misuro atau Moy Moy. Modal yang disiapkan sekitar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta. Perinciannya, untuk biaya renovasi antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Untuk membeli perlengkapan dan peralatan kedai sekitar Rp 10 hingga Rp 15 juta. Biaya promosi awal menghabiskan Rp 10 juta. Biaya promosi awal memang cukup besar karena harus membuat neon box, umbul-umbul, membuat banner, juga brosur.
Menurut Onma, promosi pada masa-masa awal memang harus dilakukan dengan media yang lengkap. Hal itu merupakan langkah awal untuk menarik konsumen sebanyak mungkin. “Jangka waktu satu hingga tiga bulan, kita harus geber promosi,” katanya. Karena ukuran kedai yang kecil, Kedai Moy Moy hanya membutuhkan dua orang karyawan yang digaji sekitar 10% dari omzet. “Belanja bahan baku dan pelengkap plus kemasan biasanya sebesar 40% dari total omzet kami,” kata Onma.
Selain itu, untuk promo bulanan sekitar 2% dari omzet dan biaya listrik dan air sekitar 1% hingga 2% dari omzet. Untuk biaya pemeliharaan alat 2% hingga 2,5% dari omzet. Biaya pemeliharaan ini, misalnya untuk mengganti piring atau gelas yang pecah atau ganti lampu kedai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News