Reporter: Fransiska Firlana, J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi
Kecintaan akan minuman sarsaparila semasa sekolah mendorong Hendrawan Judianto dan istrinya, Jessy Budi Harsono, terjun dalam bisnis minuman ini. Merintis produksi sarsaparila sejak 2008, kini pasangan suami istri ini mampu memproduksi ratusan kerat botol Indo Saparella setiap hari.
Pulang ke kampung halaman merupakan dambaan banyak perantau. Tergugah oleh keinginan untuk kembali ke kota kelahirannya di Yogyakarta, Hendrawan Judianto dan istrinya, Jessy Budi Harsono, akhirnya memilih merintis bisnis sebagai produsen minuman sarsaparila.
Hendra pun meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan migas yang berkantor di Kalimantan. Demikian pula dengan Jessy yang berkarier di perusahaan food and beverage multinasional di Indonesia. “Kami sepakat pulang ke Yogyakarta supaya dekat dengan keluarga,” kata Hendrawan.
Bermodal pengalaman saat bekerja dan ilmu yang dimiliki, mereka berkolaborasi merintis bisnis sendiri. Hendra yang menggondol dua ijazah, yakni Sarjana Teknik Mesin dari Universitas Gadjah Mada dan Sarjana Teknik Industri dari Unika Atmajaya Yogyakarta, segera menyusun konsep bisnis minuman nostalgia ini. Sarsaparila ia pilih karena minuman ini punya banyak peminat di Yogyakarta. “Kebetulan, kami berdua juga suka sarsaparilla sejak kuliah. Jadi, ini seperti minuman kelangenan,” tutur pria yang bertubuh subur ini.
Berbekal latar belakang pendidikannya di Teknik Pangan, Jessy segera melakukan riset untuk menentukan konsentrat sarsaparila yang tepat. Adapun Hendrawan lebih fokus mengurusi rencana produksi minuman, termasuk pembuatan pabrik minuman ini.
Dibantu tiga orang karyawan, Hendra mulai memproduksi Indo Saparella tahun 2008. “Persisnya, tidak lama setelah gempa tektonik yang kuat mengguncang Jogja,” kenang dia.
Pada tahap awal, usaha Hendra dan Jessy yang diberi nama Dea & Jes Tirta Segar Beverages ini hanya memproduksi puluhan botol setiap hari. Untuk menjajaki pasar, mereka banyak mengikuti pameran-pameran yang ada di Yogyakarta. “Saat itu kami banyak menawarkan minum gratis, baik saat pameran maupun pemilik kedai atau resto,” terang Hendra. pria yang Februari nanti genap berusia 32 tahun ini.
Botol unik
Bukan hanya rasa minuman yang menjadi keunggulan Indo Saparella untuk menarik minat pecinta minuman herbal ini, Hendra juga menyodorkan botol yang unik. Maklum, saat populer di zamannya, minuman sejenis limun ini memiliki rancangan kemasan unik, berupa tutup keramik yang dirangkai dengan kawat.
Dalam penilaian Hendra, kemasan yang unik akan memberi nilai tambah bagi produk. “Kami ingin produk kami eyecatching. Minimal, konsumen langsung tahu, begitu melihat botolnya,” seru dia.
Untuk mendapatkan kemasan yang unik, Hendra pun menjelajahi pabrik botol di Jakarta dan Surabaya. Alhasil, tercipta kemasan botol Indo Saparella yang menggelembung di bagian bawah. Hanya, Hendra tak lagi memakai penutup keramik seperti botol limun jaman dulu, dengan alasan menjaga higienitas.
Lantaran membidik pasar softdrink premium, Hendra hanya menawarkan produknya ke pemilik kedai, kafe, dan hotel di Yogyakarta. Sayang, dia tak langsung mengecap manisnya bisnis sarsaparila. Di awal usahanya, ia sering mengalami penolakan, dari para pemilik usaha kuliner dan penginapan itu.
Namun keberuntungan akhirnya menghampiri Hendra. Dia dirangkul Dinas Perindustrian Yogyakarta yang sedang giat mencari produk-produk khas daerah, untuk diangkat menjadi produk nasional. Indo Saparella pun kerap diajak ikut serta dalam pameran yang dihelat oleh Dinas Perindustrian. “Kami mengikuti hampir seluruh pameran yang terselenggara di Jogja,” kenang Hendra.
Dari pameran itu, produk Indo Saparella mulai dikenal. Banyak pemilik hotel dan restoran ingin menjual minuman ini di gerai mereka. “Mereka tertarik pada bentuk botol yang unik ini, sekaligus menjadi pajangan di restorannya,” kata ayah satu putri ini.
Bukan hanya di Yogyakarta, dari pameran-pameran yang diselenggarakan di tingkat nasional, Indo Saparella juga menuai pelanggan. Tak heran, kini pemasarannya terus meluas hingga keluar dari Yogyakarta.
Bahkan, Hendra tak hanya menjangkau pusat-pusat kuliner. Dia juga mulai merambah pasar melalui jaringan gerai ritel premium, seperti Ranch Market dan Gelael.
Selain di Yogyakarta, Hendra juga membuka kantor cabang khusus distribusi di Jakarta. Dalam waktu dekat, dia akan membuka cabang distribusi serupa di Solo. Seiring kenaikan penjualan yang mereka petik, Hendra juga berencana membangun pabrik baru di sekitar Ring Road, Yogyakarta. “Karena kapasitas saat ini sudah tak mencukupi lagi,” ujar dia.
Kini, dalam sehari, pabrik Dea & Jes Tirta Segar Beverage ini bisa memproduksi ratusan kerat Indo Saparella. Ribuan kedai, restoran, dan hotel yang menjadi pelanggan setianya.
Asal mau kerja keras, pulang kampung membawa berkah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News