Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Tri Adi
Bermodal pinjaman dari mertua dan Rp 500.000, Rizka Wahyu Romadhona merintis bisnis kue Lapis Bogor Sangkuriang untuk pertama kalinya. Sebelum itu, perempuan yang sudah berposisi manajer di sebuah perusahaan telekomunikasi itu memilih resign dan merintis usaha bakso.
Sayang, bisnis baksonya merugi sampai-sampai sempat menunggak cicilan rumah empat bulan. Tagihan-tagihan menumpuk. Tapi, Rizka tak menyerah. Bermula dari pengalaman sehari-hari, muncul ide menjual oleh-oleh lantaran Bogor, tempatnya tinggal, selalu macet oleh pengunjung dari luar kota.
Merintis bisnis kue lapis sejak 2011, kini usahanya membesar. Rizka sempat kewalahan lantaran pekerja makin bertambah. Bahkan, terbersit ingin mengakhiri bisnis gara-gara pusing memikirkan karyawan. Lulusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Surabaya, ini lagi-lagi punya solusi.
Rizka Wahyu Romadhona berbagi kisah kepada wartawan KONTAN, Kornelis Pandu Wicaksono, Senin (6/1):
KONTAN: Bagaimana awal Anda berbisnis kue lapis ini?
RIZKA: Karena kepepet. Dahulu, sebenarnya punya bisnis lain. Namun kurang jalan sehingga akhirnya minus. Kemudian waktu itu banyak sekali tagihan-tagihan yang belum kami bayar. Akhirnya, puter otak, coba–coba usaha menjual beberapa produk lain sampai akhirnya menemukan ide membikin ini (kue lapis). Mulai 2011. Waktu itu bisnis usaha rumahan. Setelah itu gerilya, dari tetangga terus masuk komunitas dan dinas-dinas (lembaga/instansi pemerintah). Hingga akhirnya punya outlet di Jalan Sholeh Iskandar, Bogor.
KONTAN: Asal mula idenya dari mana?
RIZKA: Kami lihat potensi bogor seperti apa. Bogor kan kota wisata, setiap Sabtu-Minggu macet pengunjung dari kota lain. Nah, budaya kita kan selalu membawa oleh-oleh setelah bepergian. Jadi, kami lihat kenapa tidak membuat bisnis khas Bogor yang memanfaatkan itu? Apalagi Bogor juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Ini konsep baru. Memang awalnya kami lihat produk-produk dari kota lain seperti Bandung dan Batam. Dari sana, kami adopsi menyesuaikan ciri khas Bogor.
KONTAN: Bagaimana kondisi bisnis Anda saat ini?
RIZKA: Menurut saya Insya Allah lebih baik. Sekarang kami sedang menata manajemen mulai dari bahan baku hingga penjualan. Saat ini banyak perbaikan yang dilakukan. Untuk penggunaan bahan baku, sudah ada pendataan. Jadi, kami mengetahui seberapa besar kerugian yang terjadi dari kelebihan bahan baku. Karena dari kelebihan itu, banyak opportunity loss atau kesempatan yang hilang untuk mencari pendapatan tambahan. Untuk mengukur kinerja kami ada Key Performance Index (KPI). Jadi, setiap bulan kami melakukan evaluasi, mulai dari kegiatan produksi sampai proses penjualan. Untuk penilaian KPI tergantung masing-masing bagian. Misal, KPI untuk bagian produksi, indikator yang dinilai adalah jumlah produksinya.
KONTAN: Apa hambatan terbesar bisnis Anda?
RIZKA: Keterbatasan ada di sumber daya manusia (SDM). Bisnis kami membutuhkan SDM dalam jumlah banyak. Namun, untuk meng-hire orang membutuhkan waktu yang lama. Belum lagi, pelatihan-pelatihan yang perlu kami berikan untuk mereka.
KONTAN: Menurut Anda, merintis bisnis di tengah kondisi saat ini bagaimana?
RIZKA: Sekarang lebih mudah. Karena pasar Indonesia itu, kan, sangat besar. Selain itu, kita juga sudah bisa menggunakan fasilitas-fasilitas seperti internet, Facebook, Twitter, dan blog untuk promosi. Fasilitas-fasilitas ini memungkinkan tidak perlu outlet fisik yang butuh modal besar.
KONTAN: Apa strategi utama ibu mengembangkan bisnis?
RIZKA: Jasa konsultan. Konsultan itu memastikan kami berada di track yang benar.
KONTAN: Mengapa menggunakan jasa konsultan?
RIZKA: Waktu itu, kami sudah mulai jalan. Karena berada di dalam, kami tak bisa melihat sendiri beberapa hal yang mungkin bisa terlihat oleh orang luar. Konsultan bisa memberi pandangan dari luar. Mereka bisa memberikan rekomendasi apa saja yang bisa dilakukan untuk menaikkan
produktivitas.
KONTAN: Apa biaya konsultan itu mahal?
RIZKA: Tergantung, sesuai dengan target yang ingin diraih. Semakin tinggi target yang ingin dicapai, biasanya, jasa konsultan akan semakin mahal.
KONTAN: Apakah dana yang Anda keluarkan untuk jasa konsultan itu sepadan dengan hasil yang diperoleh?
RIZKA: Malah lebih. Karena kinerja menjadi lebih baik setelah memakai jasa konsultan.
KONTAN: Untung rugi pakai jasa konsultan?
RIZKA: Lebih banyak untungnya, ya. Rugi tidak ada. Karena ketika menjalani konsultansi, banyak sekali perbaikan yang dijalankan sehingga tercipta efisiensi. Sekarang penjualan semakin naik setelah kehadiran konsultan tersebut. Jadi, modelnya lebih ke konseling. Kami punya masalah, lalu sharing ke mereka. Nanti mereka bantu dengan memberi saran. Tapi, tetap pengambilan keputusan ada di kami. Contoh terakhir, ya, masalah SDM. Jadi, ada karyawan masih baru, sudah keluar. Nah, kami harus buat sistem mengenai itu. Misalnya, job desk, kontrak, dan lain-lain.
KONTAN: Berapa nilai omzet dan jumlah outlet sekarang?
RIZKA: Sekarang ada tiga outlet, di Jalan Sholeh Iskandar dan Jalan Pajajaran, Bogor, serta satu di Cibinong. Omzet alhamdullilah banyak. Cuma kami ini lagi benerin laporan pajak, jadi, maaf, belum bisa menyebutkan nominal.
KONTAN: Bagaimana rencana bisnis ke depan?
RIZKA: Meningkatkan jumlah produksi dahulu supaya stabil. Saat ini, demand jauh lebih banyak daripada volume produksi kami. Untuk mengakalinya, kami membatasi jumlah pembelian tiap pembeli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News