Sumber: Kontan 5/10/2012 | Editor: Havid Vebri
Sejak tahun 2010, Chuzaivah Ichsan sukses menekuni usaha kerajinan dari limbah koran bekas. Tak hanya itu, pria asal Jakarta ini juga berperan mengembangkan keterampilan warga di sekitar tempat tinggalnya untuk menjadi pengrajin koran bekas.
Sejatinya, Ichsan sudah menekuni kerajinan limbah koran bekas sejak tahun 2003 di bawah bendera usaha bernama Cikiber. Namun, usaha ini sempat vakum lama karena ia sibuk dengan urusan lain.
Baru di tahun 2010 lalu, ia mulai menekuni lagi usaha ini. "Dan, sejak itu saya mulai memberdayakan masyarakat sekitar," kata Ichsan. Dari kertas koran, ia dapat menghasilkan pelbagai produk, seperti tas wanita, tas ransel, tempat baju kotor, kotak tisu, wadah payung, vas bunga, dan kotak pensil.
Setelah menjadi produk siap jual, nampak hasil karyanya itu tidak seperti terbuat dari kertas koran. Melainkan terbuat dari bahan baku rotan.
Soalnya, kertas koran itu telah digulung kecil-kecil lalu dianyam sesuai bentuk yang diinginkan. Tampilannya menjadi menarik, kuat, dan tahan air karena telah diberi lapisan pernis atau cat.
Kerajinan kertas koran ini tentu membutuhkan keahlian. Sementara tidak mungkin semuanya dikerjakan sendiri. Apalagi, kalau sedang mendapatkan banyak pesanan.
Makanya, Ichsan memutuskan untuk melibatkan warga di sekitar tempat tinggalnya di daerah Kramatjati, Jakarta Timur. Ia pun melatih warga sekitar untuk menggulung lembaran koran menjadi gulungan kecil-kecil.
Pasokan korannya sendiri berasal dari Ichsan. Warga membuat gulungan kertas koran ini di rumahnya masing-masing. Oleh Ichsan, gulungan kertas koran itu dibelinya dengan harga yang juga tinggi.
Untuk pekerjanya sendiri, ia juga merekrut warga sekitar. Jumlah pekerjanya saat ini ada belasan orang. "Total warga yang saya libatkan dalam usaha ini puluhan orang," ujarnya.
Ichsan bertekad, ke depannya bisa melibatkan lebih banyak warga dalam kerajinan koran yang ditekuninya ini. Dengan dibantu warga sekitar, kerajinan koran bekas yang ditekuninya kini berkembang pesat.
Ichsan mengaku, banyak mendapat pesanan dari pelbagai daerah, seperti Jakarta, Malang, Bogor, Yogyakarta. Bahkan, beberapa kali ia juga menerima pesanan dari luar negeri, seperti Taiwan.Dalam sebulan, ia bisa menjual minimal 400 produk kerajinan dengan harga mulai Rp 10.000 sampai Rp 150.000 per buah. Omzet yang dikantongi puluhan juta, dengan margin sekitar 60%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News