Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi
Berkat menekuni hobi menulis sejak sekolah dasar, Indari Mastuti mampu mengembangkan komunitas menulis. Uniknya, anggota komunitas itu adalah para ibu rumah tangga yang ingin mempunyai penghasilan di tengah kesibukan mengurus keluarga.
Kini, komunitas di dunia maya ini memiliki anggota lebih dari 5.000 orang. Berbagai tulisan anggota komunitas ini telah menghasilkan omzet lebih dari Rp 100 juta per bulan.
Indari sendiri juga ibu rumah tangga yang tinggal di Bandung. Ia mulai menikmati menjadi penulis sejak 1996. Saat itu, tulisannya banyak dimuat di majalah Gadis dengan honor Rp 100.000 per tulisan.
Beruntung, sang ayah juga seorang penulis. Indari pun banyak belajar dan selalu mendapat dukungan untuk menjadi penulis dari ayahnya. "Ayah saya sebagai teladan dalam dunia tulis-menulis," ujar Indari.
Pada 2007 ia memutuskan berhenti bekerja. Ia meyakini, menulis adalah jalan hidupnya. Lantas, Indari mendirikan CV Indscript Creative, sebuah perusahaan penerbitan buku, naskah, ilustrasi, hingga terjemahan.
Di luar itu, Indari termasuk penulis yang produktif. Ia telah menghasilkan 60 judul buku sejak 2004. Tulisannya mencakup beberapa tema, seperti bisnis, pengembangan diri, hingga karya untuk anak-anak.
Untuk mengembangkan usahanya ini, Indari telah membangun jaringan dengan 30 perusahaan penerbitan, empat perusahaan, dan dua institusi pendidikan. "Semakin lama, permintaan tulisan semakin banyak," ujar alumni Universitas Pasundan ini.
Indari menyadari, banyak ibu-ibu rumah tangga yang ingin mempunyai penghasilan sendiri meski mereka sibuk mengurus keluarga. Maka pada 2010, ia pun mulai membuat komunitas menulis online bernama Ibu-Ibu Doyan Nulis. Lewat media itu, Indari berbagi pengalamannya sebagai penulis sambil mengajak para ibu-ibu untuk ikut aktif menulis.
Gayung bersambut, tidak kurang dari sebulan, ada 1.000 anggota yang menyatakan tertarik bergabung. Sementara itu, Indari juga semakin kewalahan memenuhi permintaan tulisan dari para kliennya. "Saya lalu memberdayakan para ibu-ibu tersebut dalam dunia menulis," ujar wanita kelahiran tahun 1980 ini.
Indari lalu memosisikan dirinya sebagai pengasuh komunitas menulis itu. Ia membimbing para anggotanya yang baru belajar sebagai penulis, dan juga sebagai konsultan bisnis dalam menghadapi para klien. Para anggota pun menulis untuk berbagai bidang, seperti bisnis, psikologi, masakan dan kesehatan. "Tulisan bisnis yang paling digandrungi karena sedang ngetren," ujarnya.
Dalam membuat sebuah tulisan, pertama-tama, ia akan meminta para anggota komunitas untuk mendalami ide cerita yang hendak ditulis. Kemudian, ia akan meminta para penulis tersebut untuk membuat sebuah ringkasan cerita atas ide yang ingin dituangkan.
Setelah sinopsis beres, maka harus dibuat lagi outline atau daftar isi agar tulisan tersebut semakin jelas arahnya. "Kerangka cerita inilah yang biasa saya sampaikan kepada para klien," ujar Indari. Untuk memperkaya tulisan, biasanya para anggota komunitas akan saling mengkritik.
Para penerbit biasanya akan membagi royalti fee 10% kepada penulis. Dari fee itu, penulis mendapat bagian 7%, sementara konsultan 3%. Besaran bayaran rata-rata penulis bisa dihitung dari harga per lembar tulisan sebesar Rp 12.500 per lembar, dengan buku setebal minimal 100 halaman.
Keanggotaan Ibu-Ibu Doyan Nulis kini tak terbatas hanya di Bandung. Indari bilang, anggota sudah tersebar di berbagai kota di Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara, seperti Amerika dan Malaysia.
Menurut Indari, sekitar 30 hingga 60 dari anggota merupakan penulis aktif. Mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan berkisar Rp 1 juta hingga Rp 6 juta setiap bulan.
Di masa mendatang, Indari berencana mengembangkan kursus menulis online. Di usaha barunya ini, ia akan melibatkan para anggota komunitasnya sebagai tenaga pengajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News