kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jangan khawatir, aroma kedai kopi masih wangi


Senin, 11 Juli 2011 / 15:01 WIB
Jangan khawatir, aroma kedai kopi masih wangi
ILUSTRASI. Bocor di internet, begini penampakan gambar paten Honda Civic terbaru


Reporter: Handoyo, Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Bercengkrama sambil menikmati secangkir kopi di coffee shop sudah menjadi gaya hidup sebagian kelompok masyarakat, utamanya di kota-kota besar. Walau menyeduh kopi bisa dilakukan di rumah, duduk di kedai kopi tentu memberi suasana berbeda.

Belakangan, tren ngopi di kendai-kedai kopi juga menular ke kota-kota kecil. Beragam tempat ngopi bermunculan dengan menawarkan berbagai kelebihan, mulai dari menu sampai tempat yang nyaman, bermunculan di banyak kota di negeri ini.

Kebanyakan dari kedai kopi itu adalah kedai waralaba. Artinya, pemilik kedai kopi di daerah menjadi investor atau mitra dari pemilik kedai kopi yang sudah lebih dulu sukses. Tahun lalu, KONTAN sempat mengulas beberapa waralaba dan kemitraan kedai kopi. Sebut saja StreetBooth Coffee, Cetroo Coffee Latte, dan On the Spot Coffee (OTSC).

Sampai dengan bulan Juli ini, ketiga kedai kopi tersebut mencatat penambahan mitra. Ini sekaligus membuktikan bahwa bisnis kedai kopi semakin wangi.

Berikut review waralaba dan kemitraan dari usaha kedai kopi mereka.


• StreetBooth Coffee

Awal berdiri, kedai kopi ini bernama StreetBucks Coffee. Kedai ini didirikan oleh Wesley Hermawan bersama rekannya Yasa April pada 2010. Adanya gugatan merek oleh perusahaan besar pada bulan Juni lalu, kedua pendiri StreetBuck memilih untuk mengganti nama menjadi StreetBooth Coffee. "Semua yang berkaitan dengan merek lama, kami tarik dan ganti," jelas Wesley.

Menawarkan waralaba tiga bulan setelah beroperasi atau tepatnya pada bulan Juni tahun 2010, StreetBucks fokus pada menu kopi andalan yakni original. "Banyak kedai kopi menonjolkan kopi modifikasi dengan campuran varian rasa dan topping, kami setia dengan original," ujarnya.

Saat ini, StreetBooth Coffee masih menuai banyak mitra. Jika tahun 2010, mereka baru memiliki 10 mitra yang tersebar di pulau Jawa, hingga Juli ini, StreetBooth sudah memiliki 44 mitra.

Sebaran lokasi mitra pun meluas. Tak hanya di Pulau Jawa tapi hingga ke daerah seperti Makassar, Pekanbaru, Denpasar, Kutai, Dumai dan juga Batam. "Jika tahun 2010, kami fokus di Jawa, tahun ini ekspansi ke luar Pulau Jawa," kata Wesley.

Menurutnya, penambahan mitra StreetBooth ditopang tawaran kemitraan yang murah. Tahun ini, Wesley menawarkan kerjasama investasi senilai Rp 3,5 juta. Padahal, tahun lalu, mereka menawarkan kerjasama waralaba dengan nilai investasi minimal Rp 3,4 juta hingga Rp 4 juta.

Wesley bilang, dana investasi sebesar Rp 3,5 juta hanya untuk membeli merek selama satu tahun saja. "Kalau dulu paket kerjasama termasuk bahan baku, booth, dan media promosi," ujarnya.

Sekarang, calon investor harus membeli perlengkapan secara terpisah. Untuk booth, investor harus merogoh kocek Rp 1,5 juta dengan bahan baku fiber, atau Rp 2 juta dengan bahan baku kayu.

Meski setia dengan kopi original, StreetBooth Coffee juga menawarkan capuccino, coffeemix, kopi hitam, coffee blend, dan coffee cream. Harga jual tiap menu itu bervariasi, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 7.000 untuk tiap cangkir. "Harga kopi tergantung dari lokasi mitra," kata Wesley. Wesley memberi contoh, mitra yang ada di Makassar menjual kopi lebih mahal senilai Rp 7.000 per cangkir. sedangkan di Jawa harganya Rp 5.000 per cangkir.

Bahan baku kopi yang digunakan StreetBooth Coffee adalah kopi robusta. Kopi jenis ini merupakan kopi yang punya banyak penggemar di Indonesia. Dengan harga jual Rp 5.000 per cangkir, Wesley memperkirakan terwaralaba bisa menjual 60 cangkir per hari atau dengan omzet
Rp 300.000.

Dengan omzet sebesar itu, mitra bisa kembali modal dalam jangka waktu lima hingga enam bulan. "Tapi itu tergantung lokasi dan kemampuan penjualan mitra," ujarnya. Jika tahun lalu KONTAN StreetBooth Coffee hanya memiliki satu orang master franchise, sekarang kedai kopi ini sudah memiliki empat master franchise yang ada di Yogyakarta, Makassar, Semarang dan Surabaya.


• Cetroo Coffee Latte

Cetroo Coffee Latte merupakan waralaba semi kemitraan yang mulai beroperasi tahun 2009 di Pekalongan, Jawa Tengah. Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan dari Cetroo Coffee Latte tahun 2010 lalu, gerai kopi ini baru punya 90 mitra.

Sampai dengan bulan Juli ini, mitra Cetroo Coffee Latte sudah melonjak menjadi 200 mitra. Kedai kopi Cetroo juga sudah mengembang menjadi 240 gerai. Itu artinya, ada mitra yang memiliki lebih dari satu gerai.

Lutfi Adi, Marketing Cetroo Coffee Latte mengatakan, konsep kopi Centro Coffee Latte berbeda dengan kebanyakan kedai kopi. Mereka mengusung kopi dengan aneka rasa, mulai chocolate cetroccino latte, caramell cetroccino latte, serta vanilla cetroccino latte, "Total varian kopi kami saat ini ada 15 rasa," ujar Lutfi.

Tahun lalu, kerjasama investasi dengan Cetroo Coffee Latte hanya Rp 6,9 juta. Tahun ini, paket investasi kedai kopi dibagi menjadi lima paket. Pertama paket hemat senilai Rp 7,5 juta, kedua paket hebat senilai Rp 9 juta.

Dan paket ketiga adalah paket Dahsyat senilai Rp 12 juta, keempat paket Excelent Rp 32 juta, serta paket Mini bar senilai Rp 45 juta. Semakin mahal paket yang diambil, semakin besar peran yang diberikan kepada mitra.

Mitra juga wajib membayar royalty fee senilai 2,5% dari omzet setiap bulan. Dengan harga kopi mulai dari Rp 8.000 sampai Rp 18.000 per cangkir, Lutfi menjanjikan mitra bisa balik modal dalam masa empat bulan dengan asumsi, penjualan kopi mencapai 30 cangkir per hari.


• On The Spot Coffee (OTSC)

Kedai kopi On The Spot Coffee (OTSC) mulai menjaring mitra sejak 2006. Saat ini, OTSC sudah memiliki 18 mitra di Jabodetabek, Jawa hingga ke Kupang. November tahun lalu, kemitraan kopi asal Bekasi ini baru memiliki 10 mitra. Eko Junaidi, pemilik kemitraan OTSC bilang ada penambahan mitra dalam 9 bulan terakhir. "Penambahan mitra ini memang tidak banyak," jelas Eko.

Eko memiliki paket kerjasama investasi berupa paket Bazar, paket booth dan paket minicafe yang nilainya naik dibanding tahun lalu. Untuk paket Bazar naik dari Rp 3 juta pada tahun lalu menjadi Rp 4,9 juta tahun ini.

Begitu juga dengan paket booth, naik dari Rp 6 juta menjadi Rp 10 juta. Adapun paket minicafe naik dari Rp 16 juta menjadi Rp 50 juta. "Paket minicafe naik karena kami menyertakan mesin kopi keluaran terbaru," kata Eko.

Eko mengaku, pengadaan mesin pengolahan kopi menjadi terobosan terbarunya tahun ini. Ia mengklaim mesin tersebut telah meningkatkan citarasa kopi yang akan disuguhkan ke konsumen. Tahun ini, Eko juga menambahkan varian dari 12 varian menjadi 15 varian rasa kopi. Kopi unggulan dari Eko adalah rasa original, blackcoffee, vanila late, dan capuccino.

Dengan harga Rp 7.000 per cangkir, Eko menjanjikan mitra bisa balik modal dalam masa empat bulan, dengan asumsi penjualan kopi mencapai 50 cangkir per hari. "Balik modal sangat tergantung dari hasil penjualan mitra," ungkap Eko yang menargetkan memiliki 40 mitra sampai akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×