kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kampung Kembang Goyang, tempat produksi camilan tradisional (Bagian 1)


Sabtu, 13 April 2019 / 12:00 WIB
Kampung Kembang Goyang, tempat produksi camilan tradisional (Bagian 1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti mengenal kembang goyang. Jajanan tradisional berbentuk bunga ini banyak ditemui di berbagai kota di pulau Jawa. Saat Lebaran, camilan tradisional itu kerap menjadi suguhan wajib bersamaan dengan kue kering.

Sama dengan jajanan tradisional lainnya, popularitas kembang goyang kalah dengan camilan kekinian. Tapi siapa sangka, dengan mengandalkan penjualan makanan bertekstur renyah itu bisa meningkatkan taraf hidup sekelompok kecil warga ibukota di salah satu pinggiran wilayah Jakarta Selatan, dengan mendirikan Kampung Kembang Goyang.

Kampung ini terletak di blok proposal, Jalan Raya Lenteng Agung, RT 13/ RW 7, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kampung tersebut berdiri pada 2012 setelah ada program dari dinas sosial setempat bernama Kelompok Usaha Bersama (Kube).

"Program ini awalnya untuk masyarakat miskin," jelas Ahmad Junaedi, pelopor Kampung Kembang Goyang saat ditemui KONTAN di rumahnya, Selasa (9/4).

Pria yang akrab disapa Jun ini pada awalnya tidak memiliki keahlian membuat kembang goyang. Namun ia kepincut melihat sang isteri yang kerap menerima pesanan kue kering jelang Lebaran tiba. Akhirnya ia langsung punya gagasan untuk membuat kembang goyang. "Saat itu, kembang goyang masih jarang dan modalnya paling murah dibandingkan kue kering lainnya," tuturnya.

Mulanya, produksi kembang goyang hanya terpusat di rumah Junaedi. Ia dibantu empat orang tetangga dan keluarga adik iparnya saat awal membuka usaha kembang goyang. Seiring berjalannya waktu, empat tetangga yang semula membuat kembang goyang di rumah Jun mulai memproduksi kembang goyang di rumahnya masing-masing.

Langkah tersebut dilakukan untuk bisa mempersingkat waktu pembuatan. Sebelum membuat, para tetangga diberi resep kembang goyang. "Istri saya juga mengajari sampai bisa. Hingga akhirnya mereka bisa membuat sendiri dan mulai berjualan," ucapnya.

Salah satu murid, Nurhayati sudah mengikuti jejak Junaedi sejak empat tahun lalu. Ia mengaku awalnya membuat kembang goyang di rumah Junaedi karena keterbatasan peralatan dan modal. Saat itu, modal awal usaha cuma Rp 100.000 untuk membeli bahan tepung, telur, dan minyak. Adapun peralatan masih pinjam Junaedi. "Setelah sekitar dua bulan berjalan, saya mulai mencicil membeli peralatan dari uang yang terkumpul," ungkapnya.

Kini, sudah ada sekitar 15 orang di sekitar blok proposal, Lenteng Agung yang memproduksi kembang goyang. Uniknya, para perajin kembang goyang sudah punya kesepakatan soal harga jual makanan tersebut. Yakni untuk satu bungkus kembang goyang berisi 24 buah mereka membanderol Rp 15.000–Rp 20.000 di tingkat perajin.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×