Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi
Kebiasan atau hobi ngemil seseorang bisa mendatangkan untung bagi pedagang makanan ringan alias snack. Modal usaha ini terbilang mini dan pasarnya luas. Tapi, Anda tetap harus teliti menjalankan usaha ini. Sebab, persaingannya cukup ketat.
Camilan, siapa yang tak suka? Makanan ringan nan renyah ini sering menjadi teman di kala seseorang menonton siaran televisi atau menjamu tamu. Bahkan, saat bekerja pun, banyak orang tak bisa lepas dari aktivitas ngemil.
Melihat kebiasaan masyarakat kita ini, tak perlu heran bila warung atau gerai khusus snack tak pernah sepi pembeli. Apalagi jika gerai itu membiarkan konsumen membeli aneka ragam snack sesuai kebutuhan mereka masing-masing.
Sejatinya, saat ini, kita bisa menemui banyak gerai snack dengan konsep kiloan ini di sekeliling kita, baik di pasar tradisional maupun di pasar modern. Namun demikian, pemain baru terus bermunculan. Nah, bagaimanakah prospek usaha snack kiloan ini?
Istijanto Oei, pakar pemasar-an dari Prasetiya Mulya Business School, menilai, pemain baru tetap bisa meraih keuntungan dari bisnis camilan kering ini. Syaratnya: mereka harus kreatif dan inovatif dalam menjalankan bisnis ini. “Karena, bisnis makanan bersifat monoton dan mempunyai siklus. Jadi, perlu cara cerdik supaya bisa survive,” ujarnya.
Bisnis ini monoton karena barang yang dijual itu-itu saja. Permintaan makanan dan snack juga mempunyai tren atau siklus. Misalnya, dulu orang “demam” singkong keju, sehingga makanan ini sangat laris. Tapi, sekarang, produk singkong keju tak terlalu laku lagi.
Waspadai kompetisi
Jika berminat menjajal bisnis ini, ada baiknya, Anda belajar dari pebisnis yang telah berpengalaman menggeluti bisnis snack ini. Salah satunya adalah Chandra Sasmita.
Chandra memilih membuka usaha snack kiloannya di mal alias alias pasar modern. Lewat toko bernama Apik Snack & Keripik, Chandra menjajakan aneka jenis keripik, kue kering, dan kacang-kacangan. Ia menjual aneka keripik dengan kisaran harga Rp 3.000–Rp 16.000 per ons. Sementara, manisan ia jual seharga Rp 3.000–Rp 10.000 per ons. “Per hari, saya bisa mengantongi omzet Rp 400.000–Rp 500.000,” kisah Chandra.
Sekarang, coba simak cerita Zainudin, pengelola toko snack Lesmana, yang berlokasi di luar mal. Ia membuka gerai di bilangan Kemanggisan yang dekat dengan kawasan permukiman dan pasar. Toko Lesmana membanderol dagangannya Rp 5.000 per 250 gram atau 2,5 ons. Ternyata, menurut Zainudin, omzetnya terus merosot. Per hari, ia hanya menjual 10 bungkus terjual. “Mulai sedikit penjualannya, karena di dekat saya banyak minimarket yang muncul,” keluhnya.
Dari dua kisah itu, bisa disimpulkan, Anda perlu cermat memilih lokasi usaha. Mau lokasi di mal atau pasar modern, sebenarnya tidak terlalu menjadi soal. Bahkan, tidak masalah juga bila Anda membuka usaha di luar pasar. Misalnya, di dekat sekolah, kampus, atau kompleks perkantoran dan permukiman penduduk.
Tapi, ada satu hal yang harus Anda cermati, yakni persaingan. Sebaiknya, di lokasi usaha Anda belum banyak pemain serupa. Di luar itu, minimarket juga bisa menjadi pesaing.
Lokasi usaha Anda sebaiknya juga mudah dijangkau oleh produsen dan agen camilan ringan tersebut. Tentu saja akan lebih afdal jika lokasi gerai Anda dekat dengan lokasi produsen atau agen. Dengan demikian, biaya transportasi bisa ditekan dan harga jual dagangan Anda juga bisa bersaing dengan para pemain lainnya.
Ingat, konsumen snack seringkali sensitif terhadap harga jual. Jika tahu di tempat lain ada produk yang serupa yang lebih murah, apalagi lokasinya tak jauh, mereka akan berpindah ke tempat lain.
Kedekatan dengan lokasi produsen juga memberi keuntungan lain. Anda bisa segera menukar barang yang kurang laku atau rusak.
Perhatikan sewa lokasi dan strategi harga
Pilihan lokasi Anda juga akan menentukan daya saing usaha Anda dibandingkan dengan pebisnis lainnya. Sebab, lokasi akan sangat mempengaruhi biaya sewa yang harus Anda tanggung.
Biasanya, ruang di mal memungut tarif sewa lebih mahal ketimbang di luar mal. Chandra mengaku bahwa saban bulan, ia mesti membayar sewa di mal berkisar Rp 350.000–Rp 800.000 per meter persegi (m2). Rata-rata gerai Apik berukuran 10 m² hingga 20 m².
Sekadar informasi, toko Apik tersebar di beberapa mal, yaitu Mal Cinere, Pasar Festival Kuningan, Metropolitan Mall Bekasi, dan Lippo Cikarang. Lain lagi cerita Zainudin. Di sekitar Kemanggisan dan Palmerah, saat ini, biaya sewa kios ukuran 2 meter x 2 meter alias 4 m² hanya sekitar Rp 12,5 juta per tahun atau hanya sekitar Rp 1 juta per bulan.
Nah, ongkos sewa lokasi dan ongkos operasional lainnya serta tingkat kompetisi di sekitar lokasi usaha turut menentukan harga jual snack Anda. Dua gerai tadi bisa jadi contoh. Toko Apik memasang harga lebih mahal dibandingkan Toko Lesmana. Tapi, karena segmen pasar yang dibidik lebih tajir, Toko Apik tetap ramai. Chandra mengaku bisa mendapat margin bersih 10%-15% dari usaha ini.
Variasi produk
Untuk memikat konsumen, penataan yang rapi dan kelengkapan produk juga harus mendapat perhatian. Paling standar, agar gerai snack kiloan Anda menarik, Anda harus menyediakan 20 jenis makanan ringan.
Agar mendapatkan banyak produk dengan modal tak terlalu besar, Anda bisa membayar dengan sistem konsinyasi. Sebaiknya, Anda juga membuat perjanjian dengan produsen agar bisa menukar barang yang rusak. “Biasanya (barang yang rusak) baru akan terlihat setelah satu atau dua minggu ketika dijual,” tutur Zainudin.
Istijanto mewanti-wanti, Anda harus kreatif menyusun strategi pemasaran dan inovatif dalam menyajikan produk. Untuk mendukung pemasaran, misalnya, Anda bisa menjalin kerja sama dengan hotel, kafe, dan biro perjalanan. Soal produk, Anda bisa menciptakan rasa yang unik dan bentuk yang lain dari yang lain.
Istijanto juga mengingatkan, seringkali, Anda tidak bisa bertahan dengan melulu mengandalkan pendapatan dari penjualan camilan ringan. Lihat saja, untuk mendongkrak omzet, baik Chandra maupun Zainudin menjual produk lain, seperti hotdog, burger, dan aneka minuman. “Ini cara kami supaya keuntungan tetap tebal,” kata Chandra.
Nah, setelah memahami seluk-beluk mengelola gerai snack, kini saatnya berhitung modal. Untuk membuka gerai di mal, modalnya cukup besar. Anda setidaknya harus menyiapkan dana Rp 10 juta-Rp 20 juta. Alokasi dana ini di antaranya: membeli peralatan seperti toples dan sendok snack Rp 2 juta, timbangan digital Rp 350.000, perlengkapan, dan renovasi gerai sekitar Rp 10 juta. Sisanya bisa Anda gunakan berbelanja barang dagangan.
Kebutuhan dana awal bisa lebih besar lagi jika pemilik ruangan yang Anda sewa meminta pembayaran sewa tahunan. Nah, selamat berbisnis, semoga segera mendatangkan hasil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News