Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Semua juga sudah tahu, mi merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Bahkan, bagi banyak orang, mi sudah menjadi makanan pokok kedua setelah nasi. Karena itu, permintaan aneka masakan dari mi termasuk bakmi, tak pernah surut, bahkan semakin meningkat.
Tawaran menu mi juga datang dari Bakmi Meoong yang sudah hadir sejak 1962. Awalnya, usaha mi ini bernama Bakmi Salemba. Maklum, lokasinya ada di Salemba Tengah, Jakarta Pusat.
Kian Hin, pemilik Bakmi Meoong, bercerita, usaha mi ini dirintis ayahnya. Ketika sang ayah meninggal dunia pada 1996, usaha tersebut sempat vakum karena tidak ada yang melanjutkan.
Baru di 2007, Kian menghidupkan kembali usaha bakmi peninggalan ayahnya itu. "Pertimbangan awalnya, hanya untuk memenuhi permintaan para pelanggan lama," katanya. Ternyata, bukan hanya pelanggan lama yang datang, tapi juga pembeli baru. Permintaan pun naik tajam.
Kian mengklaim, Bakmi Meoong memiliki rasa oriental yang khas tetapi tetap halal. "Ini yang menjadi kelebihan kami sehingga para pelanggan selalu setia," ujar dia.
Sejak usahanya berkembang, permintaan menjadi mitra berdatangan dari banyak wilayah, mulai Cibubur, Tangerang, hingga Bandung. Namun Kian baru menawarkan waralaba sejak Oktober 2010.
Dari dua kali mengikuti pameran waralaba pada Oktober dan November tahun lalu, Kian sudah menerima 29 penawaran kemitraan. Tapi hingga kini, baru lima mitra yang sudah mulai beroperasi, yakni di Kelapa Gading, Cibubur, Kemanggisan, Tebet dan Senen, Jakarta. Sisanya masih dalam tahap persiapan.
Untuk menjadi mitra, Mie Meoong menawarkan kemudahan. Para calon mitra cukup menyediakan modal awal sebesar Rp 22 juta untuk paket gerobak kecil dan Rp 39 juta untuk paket gerobak besarplus booking fee sebesar 500.000. Kemudahannya, investasi awal itu bisa dicicil sebanyak empat kali.
Nilai investasi tersebut sudah termasuk peralatan operasional lengkap, baju seragam untuk karyawan, pelatihan karyawan, 1.500 brosur promosi, dan 140 porsi mi.
Dengan harga bahan baku per porsi sebesar Rp 5.800 dari Mie Meoong, mitra bisa menjual seporsi mi seharga Rp 10.000 atau lebih.
Dengan penjualan minimal 50 porsi sehari, mitra yang mengambil paket gerobak kecil bisa memperoleh omzet sebesar Rp 15 juta per bulan. Balik modalnya sekitar sembilan bulan. "Semakin banyak porsi yang kita jual per harinya, semakin cepat balik modalnya," tambah Kian.
Untuk lokasi berjualan, calon mitra harus mendapat persetujuan dari pusat. Syartanya, "Harus dekat dengan pusat keramaian, seperti kantor, pasar, sekolah, kampus dan perumahan," tegas Kian.
Waralaba ini juga menawarkan kelonggaran lain, yakni berupa penundaan biaya royalti sebesar 2,5% sampai mitra bisa menjual minimal 50 porsi per hari dalam dua bulan. "Setelah mencapai target, baru kami pungut biaya," ujar Kian.
Menurut Kian, prospek waralaba Bakmi Meoong cukup cerah. Selain karena masyarakat Indonesia doyan menyantap mi, citarasa Bakmi Meoong juga sudah teruji. "Banyak yang baru pertama kali mencoba langsung ingin buka waralaba," kata Kian.
Pengamat Waralaba Erwin Halim mengatakan, prospek bisnis bakmi cukup menjanjikan. Soalnya, mi ayam sangat familiar dan merupakan salah satu makanan favorit masyarakat kita. Namun, "Mitra harus memperhatikan betul strategi pemasaran mengingat faktor persaingan yang cukup ketat dalam bisnis mi ayam," ujar Erwin menyarankan.
Bakmi Meoong
Jl. Salemba Tengah No. 43 Jakarta Pusat
021-3919058
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News