Reporter: Gloria Natalia, Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Lele tidak lagi dianggap sebagai makanan pinggiran yang cuma dijual di warung kaki lima. Ikan berkumis ini sudah masuk ke restoran dan menjadi makanan lezat yang diolah dengan pelbagai bumbu yang mengundang selera.
Jumlah restoran yang mengangkat ikan lele menjadi menu andalan ternyata berkembang pesat. Hal ini, salah satunya lantaran pengolahan lele kian beragam berkat ketersediaan bumbu dan kreativitas para pengusaha kuliner.
Anda yang ingin menjadi mitra waralaba restoran yang menyajikan lele sebagai menu utama, tidak ada salahnya melihat kembali tiga pewaralaba yang pernah ditulis KONTAN sebelumnya.
• Pecel Lele Lela
Pecel Lele Lela menyediakan beragam menu lele. Seperti, lele fillet goreng tepung, lele saos padang, lele fillet kuah tom yam, dan lele fillet lada hitam. Mereka menjual seporsi makanan aneka ikan lele dengan harga Rp 12.000.
Dengan aneka menu serba lele itu, Rangga Umara berhasil mengibarkan bisnis Pecel Lele Lela. Kini ada 11 mitra dan 27 cabang berbendera Pecel Lele Lela di Jakarta hingga Bali. Dari 11 mitra itu ada yang berencana membuka gerai lagi. "Bahkan, ada seorang mitra lama kami yang sudah punya empat cabang dan akan buka lagi di Bali," ungkap Rangga.
Pecel Lele Lela juga memiliki mitra yang akan membuka gerai baru di Medan, Sumatra Utara. Sementara, di Purwokerto, Jawa Tengah, baru saja satu gerai berdiri.
Rangga juga menggandeng konsultan usaha untuk menentukan indikator-indikator pemilihan lokasi dan performa mitra. "Jadi, ketika mitra ingin buka lagi gerai akan kami survei lokasi dan menganalisanya lewat konsultan itu," papar pemilik Pecel Lele Lela itu. Dia juga bakal menganalisa strategi penjualan dan pemasaran.
Bagi Anda yang ingin berkongsi dengan Pecel Lele Lela yang berdiri sejak 2006 ini, Rangga mendongkrak nilai investasi kemitraan. Awalnya, investasinya Rp 54 juta untuk kerjasama selama lima tahun. Tapi mulai tahun ini, investasi naik menjadi Rp 75 juta untuk empat tahun. "Investasi naik karena nilai merek semakin tinggi dan sudah dikenal banyak orang," katanya.
Rangga menilai rasa masakan Pecel Lele Lela semakin akrab di lidah banyak orang. Ia bercerita, saat Pecel Lele Lela baru buka di Purwokerto, dalam satu hari saja omzetnya mencapai Rp 10 juta atau Rp 300 juta per bulan. Padahal, Rangga menargetkan omzet mitra yang baru buka minimal Rp 100 juta per bulan.
Tak hanya di Purwokerto, banyak mitra yang baru buka di kota lain mampu mengantongi omzet Rp 150 juta hingga Rp 280 juta saban bulan.
Itu sebabnya, Rangga optimistis, Pecel Lele Lela juga dapat hidup di kota-kota kecil. Apa lagi masyarakat melihat masakan lele sebagai sajian yang unik.
Berangkat dari pandangan ini, ia menargetkan membuka 17 gerai baru tahun ini. Bahkan, dia tengah mengkaji mitra yang hendak buka di Penang, Malaysia dan Jeddah, Arab Saudi. "Kami menyasar orang-orang Indonesia yang bermukim di sana. Semoga saja tahun ini dapat buka," kata Rangga.
• Lele Saurus
Ketika KONTAN mengupas waralaba ini pada Agustus 2010, Lele Saurus baru memiliki tiga mitra. Saat ini, mereka sudah punya enam mitra. Empat tersebar di Yogyakarta dan Jawa Tengah, dua di Jakarta dan Batam.
Andreas Andi Bayu, pemilik Lele Saurus, mitranya bertambah karena minat masyarakat mengonsumsi lele semakin tinggi. Selain itu, Lele Saurus juga terus berinovasi di menu masakan lele. Misalnya, mereka membuat steak lele dan teriyaki lele. Rasa kedua makanan ala asing itu tentu saja disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.
Sekarang, jumlah menu Lele Saurus telah bertambah dari sebelumnya 32 menjadi 60 jenis. Menu baru andalannya, lele lombok hijau dan lele oseng mercon yang bercita rasa pedas.
Meski rasa dan menu kian beragam, Andreas tidak mengerek harga jual. Jadi, masih terjangkau kantong, Rp 6.000 hingga Rp 50.000 per porsi.
Andrea mengklaim, keenam mitranya yang mengambil paket restoran selalu bisa melewati target omzet Rp 60 juta per bulan. Bahkan, "Gerai di Jakarta bisa tembus Rp 130 juta per bulan dan Rp 70 juta di Jawa Tengah," ujarnya.
Pendapatan yang tinggi itu membuat Andreas kian semangat memasarkan waralaba Lele Saurus. Apalagi, banyak permintaan dari pulau seberang, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.
Andreas menargetkan, Lele Saurus bakal berdiri di tiga pulau itu di masa yang akan datang.
Dia pun mengubah tipe gerai yang tadinya terbagi dalam tiga jenis, yakni mini resto, medium, dan resto, hanya menjadi konsep restoran. Dengan nilai investasi Rp 55 juta, mitra mendapatkan bahan baku, papan nama, seragam karyawan, dan brosur.
Sedangkan penyediaan bahan baku ikan lele, pemilihan lokasi restoran, peralatan dapur dan makan, serta meja dan kursi ditanggung mitra.
Si mitra juga akan mendapatkan pasokan bahan baku dari Lele Saurus. "Mitra tinggal memesan dan membayar bahan baku sesuai kebutuhan restoran tiap bulan," kata Andreas. Dia membebankan ongkos kirim ke mitra.
• Mbah Jingkrak
Waralaba satu ini tidak hanya terkenal dengan pedasnya ayam rambut setan dan gurihnya ayam bakar. Menu andalan lain yang juga selalu jadi incaran konsumen adalah lele penyet dan lele kobong.
Lele kobong adalah lele yang diasap lalu dipenyet dengan sambal terasi. Masing-masing menu harganya cuma Rp 11.000 per porsi. "Kedua menu ini selalu dicari pembeli terutama lele kobong," ujar Executive Chef Mbah Jingkrak Darmawan.
Mbah Jingkrak yang menawarkan waralaba sejak 2006 ini memiliki 11 waralaba di Pulau Jawa. Darmawan mengungkapkan, pertengahan Januari ini, akan buka lagi gerai di Jalan Veteran, Jakarta Pusat dan di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan pada pertengahan Februari nanti.
Di Maret 2011, Mbah Jingkrak bakal melebarkan sayap ke Bumi Serpong Damai (BSD) dan Palembang pada Juni 2011. Menyusul kemudian gerai baru di Bali.
Dengan nilai investasi sebesar Rp 320 juta, Mbah Jingkrak akan menyediakan menu makanan, tiga sampai empat koki terlatih, pelatihan karyawan, pendampingan operasional selama sebulan pertama bagi para mitranya.
"Kami memasang target omzet ke setiap terwaralaba Rp 250 juta per bulan," ungkap Darmawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News